Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Geolog Universitas Gadjah Mada, Dwikorita Karnawati, sudah banyak melihat dan mendengar bencana tanah longsor di berbagai daerah, dari Sumatera Utara hingga Gowa. "Sejak 2000, tercatat sudah lebih dari 1.200 orang meninggal akibat bencana longsor," kata perempuan kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1964, itu pada awal Juli lalu.
Bersama mahasiswa terbaik di kelasnya, Teuku Faisal Fathani, Dwikorita mengembangkan pendeteksi tanah longsor. Pendeteksi ini dipasang di lokasi rawan longsor. Caranya dengan membentangkan kawat sepanjang 30 meter melintasi retakan. Alat ini mendeteksi lebar retakan tanah.
Jika lebar retakan tanah mencapai batas kritis, misalnya lima sentimeter, berarti lereng akan segera longsor dalam beberapa jam. Saat itu juga kawat akan menegang dan memantik sirene berbunyi. Bunyi itu akan terdengar hingga rumah penduduk sejauh 500 meter dari lokasi longsor. Masyarakat dapat memukul kentongan secara bersahut-sahutan untuk memperluas jangkauan peringatan. Keberhasilan alat ini sangat bergantung pada masyarakat yang menjaga dan memeliharanya.
Hingga April lalu, alat ini sudah dipasang di 30 lokasi rawan longsor, seperti Kebumen, Karanganyar, dan Situbondo. Alat ini juga terbukti berhasil, misalnya, menyelamatkan warga Desa Kalitelaga, Banjarnegara, saat terjadi tanah longsor pada November 2007.
Tapi, "Ukuran alat masih harus diperkecil agar mudah dibawa, murah, dan bisa diproduksi massal," kata Dwikorita, yang banyak mendapat penghargaan di bidang ketanahlongsoran, termasuk International Program on Landslides Award dari World Landslide Forum pada 2011. Peneliti yang meraih PhD di Department of Earth Sciences, Leeds University, Inggris, itu kini mengembangkan pendeteksi generasi kedua dengan sistem digital telemetri untuk pemantauan jarak jauh secara online buat perusahaan. Pendeteksi generasi ketiga dan keempat akan dirancang supaya bisa memantau pergerakan di bawah permukaan tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo