Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LULUS sarjana pertanian dari Universitas Jenderal Soedirman, Mulyoto Pangestu kini diakui dunia sebagai peneliti andal penemu teknologi murah untuk bayi tabung. Jalan hidup laki-laki 48 tahun ini berbelok ketika ia mengambil master di Monash University pada 1998. Ia tertantang masuk fakultas kedokteran dengan penelitian tentang teknik membekukan sperma.
Selama ini pembekuan sperma untuk disuntikkan ke sel telur memakai mesin canggih berbiaya mahal. Di tangan Mulyoto, sperma bisa dibekukan dengan disemprot gas nitrogen. "Karena itu biayanya jadi lebih murah," kata dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, ini bulan lalu.
Pembekuan sperma diperlukan sebagai langkah pertama menghasilkan bayi tabung, teknik pembuahan tanpa persetubuhan. Fase pembekuan inilah yang membuat ongkos bayi tabung sangat mahal. Program bayi tabung seperti yang dilakukan penyanyi dangdut Inul Daratista perlu biaya Rp 80-100 juta. Rasio keberhasilannya pun hanya 30-40 persen.
Mulyoto mencoba tekniknya pada mencit. Sperma beku spesies tikus itu disuntikkan ke sel telur. Hasilnya, mencit betina hamil lalu melahirkan anak yang sifat-sifatnya mirip orang tuanya. Temuan Mulyoto kemudian dikembangkan di Harvard Medical School, Amerika Serikat. "Dengan temuan ini, keberhasilan bayi tabung bisa meningkat," katanya.
Karena temuan ini pula Mulyoto diminta bekerja di klinik bayi tabung di Monash dan mengajar di Fakultas Kedokteran Monash University. Kini ia sedang berfokus meneliti pembekuan indung telur. Jika berhasil, teknik ini memberikan harapan kepada perempuan pengidap kanker yang masih ingin hamil. Soalnya, kemoterapi dengan laser pembunuh sel kanker berimbas pada keringnya sel telur, sehingga tak bisa lagi dibuahi. Caranya, ovarium perempuan pengidap kanker dibekukan lebih dulu sebelum ia menjalani kemoterapi. Sel-sel telur itu tetap segar dan bisa dibuahi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo