Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TERPERENYAK oleh popularitas Partai Demokrat yang semakin merosot, Susilo Bambang Yudhoyono mengambil alih komando organisasi yang ia dirikan 12 tahun silam itu. Ia menilai Anas Urbaningrum, ketua umum yang terus dituduh terlibat perkara korupsi Hambalang, tak mampu mengatasi krisis partai.
Pekan lalu, Tempo mengatur janji untuk mewawancarai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu. Tapi, karena mesti menunggui cucu keduanya, Airlangga Satriadhi, menjalani operasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Yudhoyono hanya bisa memberikan jawaban tertulis. Jumat malam, sang Presiden menelepon, memastikan jawaban itu berasal darinya. Ia juga bersedia menerima pertanyaan tambahan.
Kenapa Anda mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat?
Yang mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat bukan SBY dalam kapasitas sebagai Ketua Dewan Pembina, melainkan Majelis Tinggi Partai. Saya ketua, dan Wakil Ketua Majelis adalah Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat. Anggota lainnya empat dari Dewan Pimpinan Pusat: dua orang wakil ketua umum, sekretaris jenderal, dan direktur eksekutif. Tiga anggota adalah Wakil Ketua dan Sekretaris Dewan Pembina serta Sekretaris Dewan Kehormatan. Jadi, sebenarnya komposisi dan keanggotaan Majelis Tinggi mencerminkan gabungan dari struktur inti Partai Demokrat, terutama Dewan Pembina, Dewan Pimpinan Pusat, dan Dewan Kehormatan. Persepsi publik yang terbangun, seolah-olah Anas Urbaningrum sebagai ketua umum dinonaktifkan dan segala sesuatunya diambil alih oleh SBY. Itu salah.
Mengapa Majelis Tinggi melakukannya?
Pertama-tama, Partai Demokrat dalam keadaan krisis. Bayangkan, pada Pemilu 2009, perolehan partai ini lebih dari 21 persen. Kini elektabilitasnya menurun tajam hingga tinggal 8 persen. Jumlah suara yang hilang sekitar 20 juta. Yang lebih mencemaskan, kecenderungannya terus menurun sejak satu setengah tahun lalu.
Diperlukan sesuatu yang berbeda, bukan business as usual, untuk mengatasi krisis itu. Yang harus kami jalankan adalah crisis action management dan crisis action leadership.
Mengapa Anda sendiri yang memimpin, bukan Anas Urbaningrum?
Mengikuti perkembangan satu tahun terakhir, saya berkesimpulan Ketua Umum tidak mungkin bisa melaksanakannya sendiri. Apalagi di masyarakat terbentuk persepsi kuat bahwa Anas terlibat dalam kasus Hambalang yang sedang ditangani KPK. Sekali lagi persepsi, karena sejauh ini Anas tidak atau belum ditetapkan sebagai tersangka. Bisa saja Anas tidak bersalah. Saya menjunjung tinggi dan memegang asas praduga tidak bersalah, dan tidak boleh ikut-ikutan mengatakan Anas pasti bersalah. Tapi politics is about perception. Persepsi seperti ini yang memperdalam dan mempercepat penurunan elektabilitas Partai Demokrat.
Anda berkomunikasi dengan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sebelum mengambil keputusan?
Sama sekali tidak. Keputusan Majelis Tinggi tidak ada kaitannya dengan apa yang dilakukan KPK. Yang memicu kecemasan dan desakan para kader agar saya turun tangan adalah hasil survei beberapa lembaga yang menyatakan elektabilitas Partai Demokrat merosot tajam.
Sejak kapan Anda merencanakan pengambilalihan partai?
Saudara masih ingat, pada 3 Februari 2013, Saiful Mujani Research and Consulting melakukan jumpa pers menjelaskan hasil surveinya. Di situlah kader dan jajaran Partai Demokrat tahu bahwa elektabilitas partai jatuh dan merosot sangat tajam. Semua cemas. Bahkan sebagian kader menjadi amat marah dan emosional.
Ketika muncul berbagai suara dan pandangan dari para kader soal situasi partai yang tidak baik itu, saya tengah berada di Afrika dan Timur Tengah, menjalankan tugas-tugas internasional. Menanggapi keinginan dan desakan para kader di Tanah Air, termasuk yang dikirimkan langsung melalui SMS, agar saya turun tangan, saya mulai memikirkan opsi dan solusi paling baik.
Apa saja opsi yang Anda pikirkan?
Ada sejumlah pilihan, termasuk opsi radikal, yaitu kongres luar biasa untuk memberhentikan Anas. Usul dan opsi itu saya tolak. Ketika beribadah di Tanah Suci, di Mekah dan Madinah, saya menyusun opsi dan solusi penyelamatan. Setiba di Tanah Air, setelah mendapat laporan tentang perkembangan situasi internal partai dan politik nasional, saya melakukan tindakan penyelamatan partai.
Apakah Anas Urbaningrum tetap bisa menjalankan tugas sebagai ketua umum?
Anas tetap ketua umum. Dia juga Wakil Ketua Majelis Tinggi. Jadi, Anas tetap menjalankan tugas-tugasnya. Cuma, keputusan yang penting dan strategis berada di tangan saya. Anas juga tahu tentang hal ini. Sekarang pun mekanisme ini telah berjalan.
Bagaimana Anda membagi waktu untuk tugas kenegaraan dan partai?
Tidak akan ada konflik dan permasalahan di antara keduanya. Seperti selama delapan tahun ini, prioritas dan fokus saya akan tetap menjalankan roda pemerintahan dan kegiatan kenegaraan. Bahkan, kepada sebagian kader yang berpandangan bahwa saya kurang involved mengurusi partai, selalu saya katakan bahwa itu sumpah saya kepada rakyat dan konstitusi. Toh, pada Pemilu 2004 dan 2009, saya memimpin mereka secara langsung.
Di tengah kesibukan sebagai kepala negara, kapan Anda bekerja untuk partai?
Pada prinsipnya, saya akan menggunakan waktu di luar hari kerja untuk memimpin upaya penyelamatan partai. Pada Sabtu dan Minggu pun, jika ada permasalahan di bidang pemerintahan yang harus saya tangani, urusan partai akan saya nomor duakan. Lihat saja nanti. Ingat, Ibu Megawati dan Pak Jusuf Kalla dulu juga menjadi ketua umum partai. Tugas-tugas mereka di pemerintahan juga tidak terganggu, kan?
Anda sepenuhnya bekerja sendiri untuk menyelamatkan Demokrat?
Langkah penyelamatan bukan one man show. Ini tanggung jawab dan pekerjaan Majelis Tinggi Partai, yang beranggotakan sembilan orang. Meskipun pelaksanaannya harus tegas, jelas, dan serius, dan keadaan demikian memang memerlukan kepemimpinan saya, tetaplah saya akan menggunakan sistem dan manajemen krisis sebagaimana layaknya pengelolaan krisis dalam organisasi partai modern.
Mengapa Edhie Baskoro mundur dari Dewan Perwakilan Rakyat?
Ibas akan lebih memfokuskan pelaksanaan tugas sebagai Sekjen Partai. Ini juga harus dilihat sebagai bagian dari upaya memobilisasi dan menggerakkan semua sumber daya yang dimiliki Partai Demokrat. Mesin partai harus bergerak lebih kencang dan lebih efektif lagi.
Sampai kapan Majelis Tinggi mengambil alih partai?
Begitu kondisi partai pulih, semua kembali kepada manajemen yang normal. Kalau dalam waktu 4-6 bulan krisis bisa diatasi, berakhir pulalah peran dan tugas saya memimpin langkah-langkah penyelamatan. Mungkin bisa lebih cepat. Saya lebih baik tidak menetapkan target waktu yang kaku, tapi akan saya lihat dinamika dan perkembangannya. Bagaimanapun, lebih cepat selesai lebih baik. Yang penting, kepercayaan rakyat terhadap Demokrat telah pulih. Tidak kalah penting, keyakinan dan semangat jajaran partai juga telah dapat saya pulihkan dan bangkitkan kembali.
Apa yang akan Anda lakukan untuk meningkatkan elektabilitas Demokrat?
Tema besarnya adalah "penertiban, penataan, dan pembersihan" partai, agar persepsi buruk terhadap partai ini sirna. Terus terang, di samping ada kesalahan sejumlah kader, partai kami menjadi korban serangan politik bertubi-tubi, masif, dan terus-menerus. Simak saja, sepertinya tiada hari bagi media massa untuk tidak mengangkat permasalahan Demokrat dari kacamata yang negatif selama satu setengah tahun ini.
Anda menyalahkan media massa?
Saya tidak menyalahkan pihak luar. Bagi saya, lebih baik Demokrat melakukan introspeksi dan pembenahan diri. Saya sudah meminta semua kader tidak berpikir dulu tentang Pemilu 2014. Nanti saja. Yang harus kita lakukan adalah bebersih dan berbenah diri. Insya Allah, jika Demokrat menjadi partai yang semakin amanah dan bersih, rakyat akan kembali memberikan kepercayaan dan dukungan.
Caranya?
Saya ingin Demokrat kembali ke prinsip politik dan identitas yang saya tetapkan sejak partai ini saya gagas dan dirikan 12 tahun lalu. Ini bukan retorika dan lip service, tapi nyata dan sungguh-sungguh. Demokrat kami dirikan untuk menjadi "partai tengah" dan "partai modern", partai yang mengayomi segala perbedaan dan kemajemukan. Prinsip berpolitik yang kami tempuh adalah politik yang cerdas, bersih, santun. Saya yakin, pada saatnya, Demokrat akan mendapatkan kembali dukungan dan kepercayaan rakyat, manakala kadernya benar-benar menjunjung tinggi identitas dan prinsip politik tadi. Kepada para kader yang tidak sanggup dan tidak mau, tinggalkan Partai Demokrat. Saya persilakan pergi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo