Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INILAH sesumbar Netty Prasetiyani agar warga Jawa Barat memilih kembali suaminya, Ahmad Heryawan, menjadi gubernur pada hari pemilihÂan, 24 Februari 2013. "Akan saya sediakan peti mati jika Kang Aher membawa uang hasil korupsi," katanya saat berkampanye di lapangan Kawali, alun-alun Kabupaten Ciamis, Selasa pekan lalu.
Netty yakin suaminya tak pernah mencuri uang negara selama menjadi gubernur pada 2008-2013. Ia mengklaim hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap kas Jawa Barat dengan predikat wajar tanpa pengecualian. Baik Heryawan maupun Netty tak risau permainan suap impor daging sapi yang melibatkan elite Partai Keadilan Sejahtera, pengusung Heryawan, yang berpasangan dengan aktor Deddy Mizwar dalam pemilihan ini, bakal menggerus dukungan.
Ucapan Netty ini menghadang keunggulan yang diusung pasangan dari PDI Perjuangan, Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki. Teten, pendiri Indonesia Corruption Watch, mengkampanyekan gerakan "Jawa Barat bersih". Sebagai penantang dua calon bertahan, Rieke-Teten juga mengusung perubahan dalam pembangunan di provinsi ini.
Putaran pertama kampanye calon Gubernur Jawa Barat sepekan lalu masih memakai cara konvensional. Para kandidat mendatangi pasar dan terminal atau mengumpulkan massa di lapangan, lalu menebar janji jika terpilih nanti. Selain mengkampanyekan program unggulan, saling serang di antara mereka tak terhindarkan. Misalnya melalui pidato seperti yang dilakukan Netty atau lewat survei dan baliho.
Lingkaran Survei Indonesia menempatkan pasangan Dede Yusuf-Lex Laksamana sebagai juara pemilihan dengan suara tertinggi sebanyak 35 persen. Namun Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis, yang melakukan survei sepekan berikutnya, pada 2-7 Februari lalu, menyebutkan pasangan Heryawan-Deddy Mizwar yang jadi juara dengan perolehan 30 persen. Popularitas Rieke-Teten juga merangkak naik.
Menurut Direktur Pusat Kajian Husin Yazid, Heryawan terkerek oleh popularitas Deddy Mizwar, model iklan dan pemain sinetron yang wajahnya nongol hampir setiap hari di televisi. Dalam survei kepada 1.250 responden itu, tingkat popularitas Deddy mencapai 96 persen, disusul Dede 94 persen, lalu Rieke 91 persen. Ketiganya adalah pesohor sebagai bintang film.
Dukungan terbesar Heryawan berasal dari Bogor, yang menyumbang 11 persen suara. Irianto Syaifuddin, yang diusung Golkar, menang di jalur pantai utara karena ia dua kali menjabat Bupati Indramayu. Tapi menurunnya perolehan suara di Bekasi membuatnya tergeser dari posisi ketiga oleh Rieke, yang merangkak naik dibanding survei sebulan sebelumnya. Sedangkan Dede unggul di sepuluh wilayah, antara lain Bandung, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Depok. "Ini sedikit mewakili suara partai," kata Husin.
Dalam Pemilihan Umum 2009, Jawa Barat menjadi basis tiga partai besar: Demokrat, Golkar, dan PDI Perjuangan. Karena itu, Irianto dan Rieke memakai jaringan partainya untuk menembus suara di kantong-kantong yang dikuasai partai lain. PDI Perjuangan memakai strategi dua kaki dengan Rieke memakai mesin partai ke kalangan bawah dan Teten pada jaringan aktivis antikorupsi dengan sasaran kelas menengah.
Perang survei dan urat saraf antarpasangan pun mulai bergema dalam sepekan terakhir. Abdi Yuhana, ketua tim sukses RieÂke-Teten, mengklaim kartu "Jabar Bangkit" dipelopori jagoannya, yang belakangan juga dipakai Dede Yusuf dengan mencetak kartu "Tri Bakti" untuk mencairkan dana layanan kebutuhan dasar, seperti kesehatan dan pendidikan. Irianto belakangan punya "kartu sehat".
Pada kampanye putaran kedua pekan ini, para kandidat mengubah strategi. PDI Perjuangan, misalnya, menyewa satu rangkaian kereta bisnis lima gerbong untuk mengangkut 200-an simpatisan dan elite partai dari Jakarta ke Bandung, Sabtu pekan lalu. Gubernur Jakarta Joko Widodo rencananya berada dalam gerbong kereta ini. Di 40 stasiun yang dilewati sepanjang 173 kilometer, mereka turun berkampanye ke kecamatan-kecamatan. Dengan cara unik ini, kata Abdi Yuhana, sekali kayuh wilayah terpencil terlampaui karena daerah-daerah itu termasuk kantong suara gemuk.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri turun lapangan berkampanye di Bandung. Begitu pula Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa dan penasihat Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto. Kedua partai berkoalisi mendukung pasangan Dede-Lex. Tiga calon presiden ini perlu memastikan dukungan kepada jagoannya. Sebab, Jawa Barat, dengan 37 juta pemilih, merupakan provinsi dengan suara terbesar.
Selain "serangan" darat, di putaran kampanye kedua ini para kandidat memanfaatkan jaringan telepon dan surat elektronik. Tim Dede menyebar ajakan melalui surat elektronik. E-mail dengan judul "Pilih No. 3" berisi permintaan, "Kami mohon do'a dan dukungan masyarakat untuk menjadikan Jabaraya... Jawa Barat Berjaya!!!". Sedangkan Heryawan dan calon independen Dikdik Mulyana menyebarkan ajakan mencoblos pada 24 Februari melalui pesan pendek telepon seluler.
Para kandidat tak terlalu jorjoran memasang spanduk yang memajang foto mereka. Menurut Ketua Relawan Paten Dwi Subawanto, spanduk dan stiker tak menggerakkan orang untuk memilih calonnya. Dwi meminta relawan yang akan menjadi saksi saat pencoblosan mempengaruhi pemilih di tempatnya hingga malam pencoblosan. "Sasarannya sudah pada nama dan alamat," katanya.
Cara ini juga ditempuh tim Dede Yusuf. Menurut Ketua Demokrat Jawa Barat Iwan Sulanjana, baliho dan poster adalah strategi yang masih seperti menawarkan kucing dalam karung. Karena itu, Dede dan Lex lebih mengutamakan tampil di depan masyarakat langsung. Keduanya pun berbagi tugas. Lex, yang puluhan tahun bekerja di kantor pemerintah daerah, menggalang dukungan ke birokrasi dan kampus di kabupaten. Adapun Dede tebar pesona di tempat umum, seperti pasar dan terminal.
Cara ini, kata Iwan, jauh lebih efektif menjaring suara ketimbang menyebar pamflet. Iwan meminta kader partai penyokong Dede-Lex mendatangi daerah pemilihannya satu per satu. Meski di Jakarta cara ini gagal mengusung Fauzi Bowo kembali ke kursi gubernur, di Jawa Barat, menurut Iwan, cukup berhasil. Popularitas Dede-Lex naik mengalahkan Deddy Mizwar dalam survei oleh partai. "Kami pakai cara berbisik ke pemilih," ucap Iwan.
Sasaran para kandidat masih di daerah gemuk di Priangan Barat. Depok, Bandung, Bogor, Cianjur, Bekasi, dan Sukabumi menjadi kantong-kantong suara terbesar. Menurut Teten Masduki, pemenang pemilihan Gubernur Jawa Barat adalah tim yang bisa menguasai wilayah ini. Sebab, selain jumlahnya besar, di kota-kota ini pemilihnya relatif terpelajar, bekerja di kota, dan melek berita.
Tapi Irianto memilih sebaliknya. Ia dan calon wakilnya, Tatang Farhanul Hakim, sejak awal berkunjung ke daerah-daerah terpencil di selatan Jawa Barat dan pesantren. Tatang, yang menjabat Bupati Tasikmalaya dua kali, diandalkan meraih dukungan di daerah ini ketimbang Irianto, yang populer di utara. Andalannya, setelah berkampanye, mereka membagikan kalender, kaus, stiker, dan janji Rp 500 juta per kampung. "Kami yakin ini cara yang efektif," kata Lili Asdjudiredja, ketua tim sukses Irianto.
Semua tim sukses kandidat mengklaim telah menguasai basis-basis pemilih dan bukan pemilih partai penyokong. Ukurannya sederhana. Seperti kata Didin Supriadin, ketua tim sukses Dede-Lex, "Di Jatibarang, Cirebon, setelah Dede berkampanye, warga meminta foto bersama."
Bagja Hidayat, Anwar Siswadi, Ahmad Fikri, Risanti, Candra Nugraha
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo