Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak begitu jago bahasa Inggris saat mulai kuliah program gelar ganda ternyata tidak menjadi hambatan. Contohnya Lavena Esperanza. Mahasiswa jurusan desain interior di Universitas Bina Nusantara Jakarta, ini bisa menyelesaikan tahun keempatnya di Northumbria University, Newcastle, Inggris, dengan lancar.
Meski sempat kursus bahasa Inggris di EF, skor TOEFL Lavena masih di bawah 550 saat awal masuk program internasional Universitas Bina Nusantara. Karena itu, ia mesti mengikuti kelas pre-academic, kelas intensif untuk bahasa Inggris.
Begitu mulai kuliah reguler, Lavena sempat kagok juga mesti menggunakan bahasa Inggris sepenuhnya. ”Tetapi lama-kelamaan mulai terbiasa, karena setiap hari mendapat materi dari dosen dan harus presentasi dalam bahasa Inggris,” katanya.
Gemblengan bahasa Inggris di awal kuliah yang cukup berat itu membuatnya bersyukur sekarang, saat ia di Newcastle. ”Karena kemampuan berbahasa Inggrisnya terus diasah secara intens,” katanya.
Lavena memilih program desain karena memang menyukai seni. ”Dari kecil, minat terhadap seni tari dan sastra membuat saya mencoba mendalami bidang desain grafis, yang juga berhubungan erat dengan artistik, ekspresi diri, dan kreativitas,” katanya.
Ia pun memilih double degree di Binus International karena alasan sederhana. ”Dengan masa belajar yang sama, saya akan mendapatkan dua gelar, sarjana seni rupa dan BA (Hons) graphic design dari luar negeri,” katanya. ”Tidak hanya gelar, tapi pengalaman belajar dan hidup mandiri di negeri orang yang merupakan tujuan saya masuk Binus International.”
Lulus dengan dua gelar sekaligus ini pula yang membuat Olivia Calypso mendaftar ke Binus. ”Binus International memiliki jaringan untuk melanjutkan studi ke luar negeri,” kata Olivia.
Namun tidak semua mahasiswa masuk karena ingin kuliah di luar negeri. ”Waktu itu malah enggak terpikir kuliah ke luar negeri,” kata Rafaela Jessica. Ia satu dari tiga mahasiswa pertama Jurusan Desain Interior Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang, yang sedang menyelesaikan separuh kuliahnya di Queensland University of Technology di Brisbane, Australia. Saat ini ia tidak hanya kerasan di Brisbane. ”Saya berharap, selesai kuliah, akan bekerja di sini,” katanya.
Awalnya Rafaela hanya ingin kuliah di jurusan desain interior. Ada dua kampus yang diincar. ”Setelah berbicara dengan orang tua, diputuskan mengambil di UPH,” katanya.
Di UPH ini ia kemudian baru tahu ada program internasional dan ia pun kemudian mendaftar. Di jurusan desain interior angkatannya, 35 orang mengambil program internasional. Tapi akhirnya hanya tiga, termasuk Rafaela, yang berhasil memperoleh kesempatan menyelesaikan separuh pendidikan di Brisbane.
Saat pertama datang ke Brisbane, yang menjadi masalah utama adalah bahasa dan kultur. ”Walaupun di UPH sudah dipersiapkan bahasa Inggrisnya, aksen orang Australia beda,” kata Rafaela.
Rafaela sedikit beruntung karena ia tidak datang ke Brisbane untuk tahun terakhir saja. Dalam sistem pendidikannya, dua tahun diselesaikan di kampus Karawaci dan dua tahun sisanya di Australia.
Lavena, yang mengambil jurusan desain grafis di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, pergi ke Inggris pada tahun terakhir, tahun keempat kuliahnya. Hal ini membuatnya mesti belajar menyesuaikan diri. Ini berbeda dengan teman-teman ”baru”-nya yang sejak awal kuliah sudah di kampus ini. ”Masuk di tahun terakhir menyebabkan saya harus beradaptasi dengan cepat karena tuntutan sebagai mahasiswa tingkat akhir yang sebentar lagi akan lulus,” katanya.
Sebelum berangkat ke Northumbria University di Newcastle, Inggris, Lavena sudah mencari-cari informasi kehidupan di sana. ”Sebelum pergi, saya sudah mengontak pelajar-pelajar Indonesia yang tinggal di sana,” katanya. ”Perkumpulan Pelajar Indonesia di sana pun sangat kuat kekerabatannya, seperti keluarga kedua.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo