Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

"Ikuti Uangnya, Semua Informasi Akan Berdatangan"

27 Juni 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KROLL Associates. Nama ini sulit dipisahkan dari kegiatan investigasi kekayaan para bekas penguasa korup di seluruh dunia. Merekalah yang berhasil memburu timbunan dolar tokoh dunia seperti bekas presiden Filipina, Ferdinand Marcos, mantan pemimpin Haiti, Jean-Claude "Baby Doc" Duvalier, dan Presiden Irak Saddam Hussein. Pemerintah Indonesia juga pernah menyewa Kroll untuk menelisik jejak Eddy Tansil, bos Golden Key Group yang menggondol duit negara sebesar Rp 1,3 triliun. Belakangan, nama Kroll disebut-sebut lagi setelah Menteri Kehakiman yang juga Menteri-Sekretaris Negara Muladi menyatakan bahwa pemerintah Indonesia hendak memanfaatkan jasa detektif swasta untuk menelusuri harta bekas presiden Soeharto. Jasa penyidik internasional guna mengejar pundi-pundi harta Keluarga Cendana itu sengaja diambil setelah misi Menteri Muladi dan Jaksa Agung Andi M. Ghalib ke Swiss bulan lalu dianggap kurang memuaskan. Untuk membantu pekerjaan detektif swasta itu, akan ditunjuk sebuah firma hukum dalam negeri. Rumor pun berembus, meniupkan kabar nama-nama perusahaan penyedia jasa investigasi internasional. Salah satu nama yang muncul dan santer disebut adalah Kroll Associates. Namun, lagi-lagi Muladi tak mengiyakan. Ia malah berkomentar bahwa perusahaan tersebut pernah mengecewakan pemerintah dalam kasus perburuan Eddy Tansil tempo hari. Walhasil, pagi-pagi terdengar kabar bahwa nama perusahaan yang berdiri pada 1972 ini justru yang pertama dicoret dari daftar calon. Siapa Kroll? Ini adalah perusahaan penyedia jasa intelijen dan investigasi bisnis yang bermarkas di New York dan Fairfield, Ohio, Amerika Serikat. Sebagai perusahaan publik yang didirikan pada 1972, pendapatan tahunannya naik terus. Sebagai misal, perusahaan yang tercatat di bursa Nasdaq dengan nama Kroll-O'Gara Company ini meraih US$ 206,1 juta pada 1997. Setahun kemudian, pendapatannya naik 29 persen, menjadi US$ 264,8 juta. Jaringan operasinya menjangkau semua benua. Kantor cabangnya saja terserak dari Amerika Latin, Asia Pasifik, Eropa, Afrika, sampai Timur Tengah. Dengan jumlah karyawan sekitar 2.000 orang di 60 kantor di seluruh dunia, Kroll tergolong sudah kenyang pengalaman. Di Asia, Kroll punya kantor cabang di Hong Kong. Di situlah Stephen Vickers, Direktur Eksekutif Kroll Associates (Asia) Limited, berkantor. Pekan lalu, ia memberikan wawancara melalui telepon internasional kepada Purwani Diyah Prabandari. Petikannya:

Pemerintah Indonesia hendak menyewa penyelidik swasta. Anda termasuk salah satu yang dikontak?

Ya. Kami telah melakukan kontak beberapa kali. Ada orang-orang di kantor Kejaksaan Agung yang melakukan kontak-kontak dengan kami. Kami yakin mereka adalah orang yang sangat profesional dan menyenangkan untuk bekerja sama. Tapi saya tidak mau menyebut nama mereka, dengan alasan pertimbangan politik, karena situasi sekarang sedang memanas. Saya tidak mau menempatkan mereka pada posisi yang sulit.

Jadi, Kroll akan ikut tender proyek ini?

Ya. Kami sangat ingin ikut investigasi itu. Saya sendiri yang akan memimpin proyek ini kalau bisa.

Apa strategi yang akan digunakan Kroll?

Ada beberapa tahap yang akan kami lakukan. Pertama adalah mengembangkan strategi. Kami akan bekerja dengan tim pemerintah yang kecil untuk menentukan prioritas dan skala (jangkauan) penyelidikan. Keamanannya juga harus sangat ketat. Buruan kami kali ini tidak pernah berhenti dalam memindahkan aset atau mengubah perusahaan, domisili, dan bank-banknya. Kedua, para penyelidik mulai mengumpulkan dan menganalisis informasi yang telah ada. Sebuah tim penyelidik dan akuntan forensik akan mempelajari catatan pajak dan bank serta mengidentifikasi perusahaan dan lembaga keuangan yang bisa dibongkar.

Apa yang akan dicapai dengan langkah ini?

Tujuannya adalah menemukan aset yang nyata dan bisa dibuka, dan juga mengembangkan pengungkapan atas individu dan lembaga yang terlibat dalam penyembunyiannya. Tahap ketiga adalah mengidentifikasi individu, dari pengemudi hingga pengacara atau mitra bisnis, yang terlibat sangat dekat dengan target, keluarganya, dan kroni-kroninya. Kami mulai mencari rekening telepon, faks, dan catatan komputer. Ini berguna dalam membuat daftar inti orang yang mungkin mau berbicara.

Anda juga akan menemui para pejabat?

Pejabat negara-negara lain bisa didekati dengan landasan hubungan antarpemerintah. Mereka ini sangat diperlukan untuk membuka aturan kerahasiaan bank. Seperti dalam kasus Saddam Hussein, terbukanya pintu kami dimulai dengan terbukanya para pengacara Saddam di Swiss. Dari situ berlanjut ke Prancis, tempat Saddam menyimpan miliaran dolar dalam bentuk saham di perusahaan penerbitan. Tahap terakhir adalah memulai serangkaian likuidasi, tindakan perdata (civil action), dan mengembangkan diskusi untuk membongkar rahasia. Ada aksioma sederhana: ikuti uangnya, dan semua informasi akan berdatangan. Ketika kejahatan telah dilakukan oleh akuntan atau pengacara dengan atas nama target (sasaran), laporan-laporan formal akan dikirimkan ke lembaga yang berkepentingan. Ini membuat para koruptor lain akan lebih mudah bekerja sama.

Berapa imbalan yang Anda harapkan?

Tergantung jangkauan penyelidikannya. Saya kira, pemerintah lebih suka bila hanya sedikit uang yang dihambur-hamburkan dan juga cepatnya proses kami. Berapa uang yang kami harapkan bergantung pada skala tugas kami. Kami ingin murah. Tapi, kalau Anda menginginkan yang terbaik di dunia, itu memang mahal.

Berapa lama waktu yang Anda targetkan untuk mengusut harta Soeharto?

Mungkin kami perlu waktu satu atau dua tahun. Kami merekomendasikan sebuah tim yang terdiri atas lima investigator, lima manajer kasus, 15-20 akuntan, lima pengacara, dan sebuah tim lapangan global yang bisa meliputi 100 orang kalau memang diperlukan. Saya sangat yakin bahwa proyek ini akan berhasil. Yang penting, kami punya waktu dua atau tiga minggu dengan mempekerjakan tim kecil yang menjalankan strategi kami, dengan menentukan target dan tujuan setahap demi setahap. Kami tidak akan melibatkan diri dalam urusan politik. Kami hanya akan melibatkan diri dalam upaya menemukan harta Soeharto.

Bukankah kasus Marcos perlu waktu lebih dari 10 tahun dan tidak semua uangnya dapat ditarik?

Dalam kasus Marcos, kami hanya melakukan penyelidikan di New York dan saya pikir kami sukses. Semua departemen dalam pemerintahan di Filipina memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengurus masalah politik dulu. Jadi, kami yakin, kalau kami membantu, kami harus memfokuskan diri pada sumber, bukan pada birokrasi.

Tapi, kabarnya, Kroll justru sudah dikeluarkan dari daftar penyelidik yang akan ikut investigasi?

Kami hanya ingin melakukan investigasi dengan tim kecil yang terfokus pada tujuan awal. Kami tidak tertarik dengan politik. Jadi, alasan pengeluaran Kroll dari daftar itu tidak masuk akal.

Tapi Anda sendiri mendengar kabar tersebut?

Saya memang mendengar cerita itu dan hal itu membuat saya tertawa. Saya menanyakan kenapa mereka tidak ingin Kroll terlibat. Saya tidak mau mengatakan alasannya. Tapi yang ingin saya tekankan adalah kami tidak ingin melibatkan diri dalam urusan politik. Kami hanya ingin melakukan pekerjaan terbaik yang bisa kami lakukan untuk pemerintah.

Apa kesulitan yang serius yang mungkin dihadapi dalam pengusutan harta Soeharto ini?

Mungkin masalah waktu. Sekarang ini sudah setahun lewat Soeharto jatuh. Jadi, mereka mungkin telah melakukan sesuatu dengan aset mereka. Tapi saya pikir kami bisa melakukannya. Tim kami sudah siap dan akan bergerak cepat kapan pun pemerintah Indonesia mengontak kami.

Berapa orang yang akan Anda kerahkan untuk tim Anda?

Tergantung skala penyelidikannya. Secara umum, kami bisa mengerahkan 200-300 orang kalau memang harus.

Anda pernah menangani kasus Eddy Tansil. Bagaimana kelanjutannya?

Kasus itu jauh lebih kecil. Kami relatif sukses mengidentifikasi keberadaannya dan juga aset-asetnya. Sebagian besar ada di Cina. Menurut saya, kasus ini benar-benar berbeda dengan kasus Soeharto. Kami tidak akan sekadar mencari aset di Cina. Kami juga mencari aset di Swiss, Austria, Hong Kong, Singapura, dan juga di Inggris serta tempat-tempat yang menjadi pusat finansial.

Meski keberadaan dan aset Eddy Tansil sudah diketahui, mengapa dia tetap tidak bisa disidangkan di Indonesia?

Saya pikir, kita tidak boleh emosional dalam hal ini. Kami adalah orang yang profesional. Kami bukan orang yang ingin terlibat dalam urusan politik. Target kami adalah kekayaan. Pengadilan Soeharto bukan urusan kami. Tugas kami adalah menemukan aset serta mendukung pemerintah Indonesia untuk melacak aset-aset tersebut dan mengambilnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus