Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

"Saya Tidak Mungkin Agresif"

28 Desember 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK yang berharap Nurcholish Madjid maju ke gelanggangperebutan jabatan Presiden RI. Cak Nur?begitu Rektor Universitas Paramadinaitu biasa disapa?pun oke dan menyiapkan diri. Dia pernah berniatmengikuti konvensi Partai Golkar. Tapi, pada 30 Juli 2003, doktor lulusan Universityof Chicago, Illinois, Amerika Serikat, itu mundur karena tak tahan dengantuntutan "uang dukungan" dan akal-akalan orang dalam Partai Beringin."Mereka guyon, tapi serius," ujar priakelahiran Jombang 17 Maret 1939 itu.

Cak Nur kini kehilangan kendaraan politik. Tapi ia tidak menyerah. Iarajin mengetok pintu sejumlah partai. Ia juga melahirkan gagasan KoalisiPelangi, yang ia sebut sebagai menggabungkan beragam inklinasi politik yang iaarahkan untuk membangun kembali Indonesia. Kepada Adi Prasetyadari TEMPO beberapa waktu lalu, Nurcholish Madjid memaparkangagasannya membangun kembali Indonesia.

Pencalonan Anda mengagetkan. Bukankah sebagai cendekiawan Andaseharusnya berdiri di atas semua golongan?

Untuk tidak mengatakan saya tidak punya ambisi sama sekali,kedengarannya kok tidak pas. Sejak semula, dunia akademik adalah bidang yangsaya akrabi. Tapi saya juga punya pengalaman organisasi kemahasiswaan.Ada minat-minat politik di sana.

Awal tahun 70-an, saya aktif di HMI dan banyak orang mengajak saya kepartai politik. Saya tolak dan memilih belajar. Tahun 1977, saya pulang (dariAmerika) dan berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan bersamaPak Naro (Jaelani Naro, Ketua PPP?Red.).

Mengapa di tahun 1999 Anda tak mau jadi presiden, justru ketikabanyak orang meminta?

Pemilu 1999 itu pemilu yang demokratis. Sebagai orang yang inginmenjunjung demokrasi, saya tahu diri. Saya kan tidak ikut dalam proses pemiludalam arti aktif di partai politik. Kok tiba-tiba mau jadi presiden. Itunamanya menginjak-injak demokrasi.

Kenapa sekarang berhasrat?

Saya ini sudah geregetan. Hal yang sangat buruk di masa laludilakukan lagi di masa sekarang dengan cara yang lebih buruk lagi.

Anda kan bisa berpartisipasi sesuai dengan kapasitas Anda.

Itu tidak mudah. Tentu semua orang senang dengan apa yangdikemukakan sebagai nasihat. Sebagian lagi mungkin tidak.

Yang juga mencengangkan, Anda memilih Golkar, meski akhirnya mundur.

Bayangan saya, konvensi itu ya conventionseperti di Amerika Serikat. Itu cara paling demokratis di partaimenentukan siapa politikus terbaik. Tapi ternyata konvensi Golkar tak sepertiyang saya bayangkan di Amerika. Sejak awal ada keraguan. Tapi saya tak bolehmenyimpulkan sebelum membuktikan.

Siapa yang mula-mula mendorong Anda?

Forum lintas fraksi di DPR. Tapi mereka tak punya kendaraan. Yangpaling mungkin, ya, ikut konvensi (Golkar). Makanya saya ikut.

Setelah konvensi tak bisa diharapkan, apa rencana Anda selanjutnya?

Sampai sekarang saya pasif saja. Saya tidak mungkin agresif. Agresivitasakan diartikan ambisi. Itu merusak kredibilitas. Begitu agresif, orang akanbilang "Cak Nur kok ngebet".

Anda rajin bersilaturahmi ke banyak partai. Apakah itu jalan selanjutnya?

Kita pilih Koalisi Pelangi. Negara ini kan dirancang sebagai negarabangsa, nation state. Karena itu, haruspluralis, supaya tidak terjebak pada eksklusifisme ideologi atau agama. Politikaliran sekarang tak zamannya lagi.

Apa yang bisa Anda berikan kepada partai, misalnya?

Simbiosis mutualisme. Yang paling kelihatan, misalnya, pelibatan diridalam kampanye untuk menaikkan perolehan suara mereka.

Kenapa tidak bikin partai sendiri?

Wah, itu sulit sekali.

Jadi, partai apa saja yang sudah Anda rangkul?

Ha-ha-ha.... Ada proses-proses ke sana, tapi masih belum bisa dibukake Anda karena terhalang etika.

Koalisi Pelangi itu apakah bukti bahwa Anda tetap memegang teguhslogan "Islam yes, partai Islam no"?

Itu masalah substansi. Sama juga dengan teman-teman agama lainyang juga keberatan dengan partai agama mereka. Tahun 1971, orangmengatakan partai Islam-lah pintu masuk surga. Jadi, kampanyenya, masuk partaiIslam dijamin masuk surga. Dari mana surganya? Itu kan enggak betul. Partaiurusan dunia.

Omong-omong, seberapa kans Anda?

Ha-ha-ha.... Bagaimana mengukurnya, ya? Kan susah menilai dirisendiri. Saya sadar, dalam diri partai-partai itu juga ada persoalan internal.Tidak mudah, kan, memberikan kesempatan kepada orang di luar partai mereka.

Itu problem terbesar Anda?

Betul, dan itu logika lama. Undang-Undang Parpol dan Pemilusekarang kan bikinan parlemen yang punyainterest pada kepentingan politik 2004. Kalau mau ada terobosan, ya, harusdilakukan gerakan ekstraparlementer. Bukan demonstrasi massa, tapibombardir pemikiran, konsep, dan wacana dari luar. Tapi waktunya tidak cukup,karena semua serba mendadak. Turunnya Pak Harto mendadak, ide reformasijuga mendadak, sehingga reformasi hanya ada dalam retorika dan belum adahasil maksimal. Hal-hal yang fundamental seperti kepartaian belumdidiskusikan dengan baik.

Kalau sudah terlambat, apa yang harus dilakukan?

Teorinya, menangkanlah pemilu dan ambil inisiatif itu.

Jika Anda terpilih jadi presiden, apa yang akan dilakukan dalam 100hari pertama?

Seratus hari terlalu pendek. Karena itu, yang bisa dilakukan adalahmenyiapkan mental melalui retorika dan komunikasi politik yang kuat sekalikepada rakyat bahwa kita harus bersama-sama memberantas kolusi, korupsi,dan nepotisme. Supaya tak sewenang-wenang, harus ada proses hukum.Karena itu, hukum harus direformasi dulu.

Anda yakin 10 platform Andabisa diterapkan?

Itu tidak akan terlaksana dalam waktu lima tahun. Paling jauh yang bisa kita laksanakan adalah menyiapkan landasan. Yang lebih muda yang akan melaksanakan. Karena itu, obsesi saya bukan menjadi siapa-siapa pada 2004, tapi menyebarkan ide-ide itu agar sebanyak mungkin orang mulai mencernanya, supaya kita punya kedalaman informasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus