Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua tahun dilengserkan dari kursi presiden tak membuat Kiai HajiAbdurrahman Wahid kehilangan "panggung". Dari New York, ia terbang kePrancis, lalu meluncur ke Purwakarta. Pada usia 63 tahun, Ketua Dewan SyuroPartai Kebangkitan Bangsa itu bahkan sanggup berkeliling Sumatera melaluijalan darat. Gus Dur?panggilan akrabnya?giat bersilaturahmi dari satupesantren ke pesantren berikutnya, mencari restu ke para kiai. Staminanya luar biasa,semangatnya membubung ke atas langit. Semuanya dia lakukan dengansatu tujuan: merebut kembali kursi presiden yang lepas dari tangannya padaAgustus 2001.
"Presiden depan INUL. Insya Allah NU lagi," ujar cucu pendiriNahdlatul Ulama, K.H. Hasyim Asy'ari, itu sembari terkekeh-kekeh. Apa sajapersiapannya menuju pertarungan 2004?
Berikut ini petikan wawancaranya dengan wartawan TEMPO AdiPrasetya dan Sudrajat beberapa waktu lalu di Jakarta.
Banyak orang menyarankan agar Anda jadi guru bangsa saja. Tapi Andatetap mencalonkan diri. Mengapa?
Banyak yang ngomong begitu. Teman-teman di luar negeri juga. Tapidari kecil saya dididik untuk mengikuti perintah kiai. Ya, saya ikuti.
Jadi, Anda maju karena disuruh para kiai sepuh?
Ya, saya ikut saja apa kata kiai. Prinsipnya, asal diperintah, saya maju.Ngotot saya. "Tabrakan" kalau perlu.
Siapa saja kiai sepuh yang merestui Anda?
Sampean tanya saja kepada Kiai Abdullah Faqih, Kiai MuhaiminanGunardho, Kiai Abdurrahman Khudori, dan Kiai Ahmad Subadar.
Bagi Anda, mana yang lebih penting: konstituen atau restu para kiai?
Dua-duanya harus jalan. Sejak lengser, saya berkeliling kedaerah-daerah untuk mencari konstituen.Konsolidasi. Kenapa? Sampean tulis, ya, saya tidak bisa bersandar pada pers. Sebab,saya tahu, pers susah diajak menulis sesuatu yang tidak menarik baginya.Pemerintah juga tidak ada aksi. Jadi, saya harus berkomunikasi langsung kerakyat. Saya kira tidak ada calon presiden seperti saya,mubeng ngalor-ngidul.
Banyak orang takjub dengan stamina Anda. Apa resepnya?
Sejak berumur 16 tahun, saya sudah biasa keluyuran. Saya biasa tidur3-4 jam saja sehari. Hari ini, misalnya, saya bangun sebelum subuh, salat, laluberangkat ke Purwakarta. Siang sudah di Jakarta karena banyak tamu.Padahal saya baru pulang dari Amerika dan Prancis. Lusa ke Israel. Biasanyasaya tidur di mobil. Perjalanan terberat saya alami belum lama ini, berkelilingSumatera, dari Medan sampai Padang nonstop, berpidato dari satu tempatke tempat lain. Alhamdulillah, di daerah yang katanya basis PAN, ribuanorang menunggu saya dengan sabar, bahkan di Padang saya berpidato jam dua pagi.
Dari "keluyuran" itu, apa yangAnda tangkap?
Mereka ingin presiden mendatang bisa meyakinkan bahwa kitapunya masa depan.
Umpamanya partai Anda kalah pemilu, partai mana yang cocok Andaajak berkoalisi?
Saya bilang ke Pak Alwi Shihab dan Mahfud Md. (ketua umum danketua Partai Kebangkitan Bangsa), soal koalisi itu nanti. Sekarang yangpenting menang pemilu dulu. Setelah itu, baru bicara kriteria presiden dan wakilpresiden.
Apa mungkin lahir Poros Tengah jilid kedua?
Itu hampir tidak mungkin. Kita sudah tidak percaya sama Pak Amien(Rais, Ketua Umum Partai Amanat Nasional?Red.). Bolak-baliknipu terus. Sampean tulis saja, apa punjanjinya, kita enggak dengerin.
Bagaimana perkembangan kesehatan Anda setelahcheck-up di Belanda?
Saya sudah diperiksa lima orang dokter, dari Korea, Belanda, Israel,Portugal, dan Amerika. Kesimpulannya sama, urat saraf saya di mata itupenuh gula, tapi karena terlalu kecil, mereka tidak berani mengoperasinya. Belumlama ini ada orang yang mengobati pakai cara kungfu. Dia bisamengeluarkannya tanpa operasi. Saya merasamembaik. Dia bilang, insya Allah, akhir Maret mata saya akan sembuh.
Kalau Anda jadi presiden lagi, apa prioritas pemerintahan Anda?
Membenahi perekonomian nasional, memberantas korupsi, kolusi, dannepotisme. Untuk itu, dalam tiga tahun ke depan, gaji pegawai, anggotaTNI/Polri, dan pensiunan harus naik 10 kali lipat. Ke luar, kita merintis peran menjadipemimpin negara-negara Islam.
Kira-kira apa banyolan Anda kalau kampanye nanti?
Saya akan bilang, "Hidup INUL!" Ini bukan Inul yang suka ngebor. INUL saya itu singkatan dari "insya Allah NU lagi", ha-ha-ha.... Kepada konstituen, saya bisa guyon begini, "Sampean harus hati-hati menjelang pemilu. Sebab, PDIP kabarnya masih pakai lambang banteng. Awas, kalau bantengnya ngamuk, habislah sampean. Golkar katanya masih pakai lambang pohon beringin. Beringin itu tempatnya apa? Setan...." Yang gitu-gitulah. Wong, namanya juga mbanyol, ha-ha-ha....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo