Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PAGI baru menyongsong ketika Firman, dengan langkah sedikit tergesa, menenteng sebuah koper cokelat besar di tangan kiri dan koper sedang berwarna kuning di tangan kanan. Langkahnya sedikit tertahan ketika memasuki gerbang, tapi tetap diteruskan. Keraguan mendera laki-laki itu ketika sampai di depan pintu yang terbuka di depannya. Firman baru masuk ketika Satria, adiknya, dan neneknya mengajak dia ke dalam rumah.
Inilah sosok Firman, yang diperankan Teuku Rifnu Wikana, lelaki penyuka sastra yang dianggap penganggur dalam film Sebelum Pagi Terulang Kembali. Lelaki ini pulang ke rumah orang tuanya setelah bercerai dari sang istri. Dia menemukan cintanya kembali pada Nisa (Mariyam Supraba), yang tak lain istri sopir ayahnya. Firman lelaki yang datang dan bergelut dengan masalah yang kompleks.
Rifnu tampil sebagai tokoh yang tak banyak berdialog, tapi karakternya sebagai "orang kalah" di keluarga itu terbaca dalam tingkah lakunya. Dengan skenario yang menampilkan kemalangan yang beruntun dari tokoh ini, bisa saja aktor yang memerankan Firman terjebak dalam pemeranan yang melankolis. Tapi Rifnu mampu menghindari hal tersebut, Aktingnya tidak berusaha mencari efek yang membuat penonton berurai air mata.
Dengan ekspresi tubuhnya, Rifnu mampu menampilkan sosok anak yang tak berhasil dalam keluarga. Bahwa selama ini penghidupannya dibantu sang adik. Dipekerjakan sebagai kurir pengantar uang. Dia tak mampu menerangkan pekerjaan sebagai "pengantar uang". Ia hanya terdiam kikuk ketika ditanya neneknya, lalu memilih pergi. Rifnu juga mampu menampilkan diri sebagai orang yang disepelekan pada beberapa adegan.
Gagal sebagai anak yang berhasil, Firman mencoba menjadi ayah yang baik bagi dua buah hatinya. Dia membiayai mantan istrinya dan anaknya yang bersekolah di sekolah mahal. Malangnya, ia hanya bisa melepas rindu kepada anak-anaknya di sekolah. Sebagai ayah yang sangat mencintai anaknya, Rifnu juga menampilkan akting alami dan menyentuh. Ini terlihat ketika ia mampu menghadirkan situasi mengharukan tatkala mendapat pelukan sebelum sang anak meninggalkannya masuk ke kelas.
Sebagai penyuka sastra, sepintas sosok Firman digambarkan sebagai anak muda yang menyenangi karya sastrawan Iwan Simatupang dan eksistensialisme. Rifnu punya modal cukup karena, jauh sebelum bermain dalam film ini, dia sudah tamat membaca semua karya Iwan Simatupang. Dia merasa tertantang bermain sebagai seseorang yang menyukai sastra dan tersisih di keluarga dalam film bertema korupsi yang diproduseri M. Abduh Azi ini. "Itu nantang aku banget. Seorang penyuka sastra yang dianggap pengangguran dengan beragam masalahnya, terlibat korupsi," katanya.
Rifnu mengatakan, dalam proses, dia terlibat diskusi panjang bersama aktor Alex Komang dan sutradara Lasja F. Susatyo tentang "arus bawah" Firman. Dia menyebut Firman sebagai tokoh yang tak jelas antara antagonis dan protagonis. Tapi Rifnu merasa sangat terbantu memahami karakter Firman karena latar belakangnya sebagai orang teater, yang sehari-hari sering nongkrong di kawasan Taman Ismail Marzuki. Menurut dia, banyak sahabatnya yang seniman Jakarta seperti Firman. Tersisih dalam keluarga karena dianggap tak jelas, tapi tetap menjaga martabat. Keberhasilan Rifnu memerankan Firman secara tak berlebihan membuat kami memilihnya sebagai Aktor Pembantu Terbaik dalam Film Pilihan Tempo 2014.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo