Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tanjung Karawang – Tim penyelam menemukan hambatan ketika berupaya menemukan korban dan badan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada dua kendala yang dihadapi puluhan tim penyelam dari berbagai instansi dan lembaga.
“Pertama, arus di dalam sangat kuat. Kami masih melihat situasi terlebih dahulu sebelum menyelam,” ujar Ajun Komisaris Ibrahim Sajak di atas Kapal Parikesit 7009 di perairan Tanjung Karawang, pada Jumat siang, 2 November 2018.
Ibrahim Sajak bersama 17 orang penyelam lainnya dari Polri bergantian menyelami laut sedalam 35 meter.
Kendala kedua adalah lumpur setinggi 2 meter pada bagian dasar laut.
“Ketiga, jarak pandang yang hanya berkisar antara 2-3 meter saja,” ujar Ibrahim.
Para penyelam bergerak di bawah instruksi Badan SAR Nasional (Basarnas) dan diberi waktu hingga pukul 17.00 WIB setiap harinya untuk menyelam.
Selama lima hari rutin menyelam, Ibrahim dan para penyelam telah menemukan puing-puing yang diduga berasal dari pesawat Lion Air JT 610, maupun bagian tubuh para penumpangnya.
Pencarian korban dan black box, kata Ibrahim, menjadi prioritas para penyelam saat ini.
“Tadi pagi kami menemukan baju, pakaian, dan seatbelt. Kalau kemarin jenazah sempat ditemukan dari Angkatan Laut,” tutur dia.
Penyelam dari Angkatan Laut mencari serpihan pesawat Lion Air JT 610 saat operasi pencarian di Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, 31 Oktober 2018. NET/via REUTERS
Ibrahim menjelaskan, puing-puing pesawat yang ditemukan nantinya dibawa ke posko utama di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sementara bagian tubuh korban, lanjut dia, diserahkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Lion Air JT 610 jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Senin, 29 Oktober 2018. Pesawat jenis Boeing 737 Max 8 itu hilang kontak pada pukul 06.32 atau sekitar 12 menit setelah terbang dari Bandar Udara Soekarno-Hatta. Saat itu disebutkan pesawat hilang di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” atau sekitar Karawang.
Pesawat dengan registrasi PK-LQP itu dipiloti Kapten Bhavye Suneja dan kopilot Harvino. Keduanya bersama enam awak kabin mengangkut 181, yang tiga di antaranya adalah anak-anak dan bayi. Adapun black box Lion Air ditemukan pada Kamis pagi oleh tim penyelam di kedalaman 32 meter.