Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

4 lampu mercuri 4 lampu merkuri

Selong, ibu kota kab. lombok timur menerima 4 buah lampu mercuri dari menteri sutami. akan dibangun jalan lintas ke sumbelia. harga tanah meningkat. selong dikenal sebagai kota pendidikan agama islam.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBUKOTA Kabupaten Lombok Timur, Selong tak lagi remang-remang jika malam hari. Di akhir Mei lalu, 4 buah lampu merkuri mulai menerangi pusat kota berpenduduk 78.888 jiwa ini. Lampu-lampu dengan cahaya menyebar ini merupakan hadiah dari Menteri Sutami. Ketika berkunjung ke Lombok Timur bulan Desember tahun lalu, Menteri PUTL Sutami pernah berjanji kepada Bupati R. Rusdi: akan turut mempercantik kota Selong dengan lampu merkuri dan membantu biaya membuat jalan lintas ke jurusan Sambelia. "Satu janji sudah terpenuhi, kita masih tunggu janji yang satunya" ucap Bupati Rusdi kepada TEMPO. Sambelia yang terletak di wilayah bagian utara Kabupaten Lombok Timur dimaksudkan Bupati Rusdi untuk lokasi transmigrasi lokal. Yaitu untuk memindahkan penduduk yang sekarang mendiami 3 kecamatan kritis di Lombok Timur bagian selatan yang sering ditimpa musibah kelaparan itu. Dengan membawahi 9 buah desa, Selong sebenarnya berstatus kota kecamatan. Sudah sejak beberapa waktu lalu kota ini tampak mulai dibenahi. Berbagai bentuk bangunan baru muncul di mana mana. Sehingga tak heran jika kesukaran mendapatkan sejengkal tanah sudah menjadi masalah cukup pelik bagi kot ini. "Banyak penduduk tak mau melepaskan tanahnya" keluh Camat Selon. Lalu Suriade BA. Meski demikian ia memaklumi juga. Sebab dengan standar harga Rp 27.500 per are seperti ditetapkan pemerintah, banyak penduduk tergoda dengan harga Rp 50.000 per are yang sering ditawarkan para pembeli perseorangan. Tuan Guru Selong umumnya dikenal sebagai kota pendidikan agama Islam. Ini ditandai dengan banyaknya madrasah, mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Gedung-gedung madrasah di sini umumnya dibangun dengan cara gotong royong yaitu dengan melalui pengaruh para Tuan Guru (alim ulama alias kiayi). Demikian besar pengaruh para Tuan Guru ini, sehingga pihak pejabat pemerintah di sini banyak memanfaatkan mereka untuk menggalakkan pembangunan. Oleh karena itu pula agaknya dalam masa-masa kampanye pemilu baru ia timbul semacam ketegangan di antara sesama Tuan Guru. Yaitu di antara mereka yang berkampanye untuk Golkar dengan yang hendak memenangkan PPP. Di sana sini tak jarang terdengar sua saling menyindir di antara kedua pih yang cukup membingungkan para pengikut masing-masing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus