Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bekasi - Warga di Kampung Muarajaya RT 01 RW 01 Desa Pantaimekar, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi menceritakan bahwa abrasi yang terjadi di wilayah mereka telah terjadi sejak 10 tahun lalu. Hal tersebut membuat rumah warga rusak dan kampung itu mulai sepi ditinggal penghuni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dulu di sini (Kampung Muarajaya) paling ramai, banyak nelayan dari mana-mana, motor juga bisa masuk. Tapi semua berubah setelah abrasi datang," kata Firman, 35 tahun, salah seorang warga, Ahad, 16 Juni 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dulu, kata Firman, terdapat puluhan rumah di kampungnya. Namun rumahnya dan sekitar 50 rumah lainnya hilang tersapu air saat terjadi abrasi. ia dan sejumlah warga pun pindah ke Kampung Baru di RT 02 RW 01 Desa Pantaimekar.
Sejak itu pula, menurut Firman, tidak ada penanganan berarti dari pemerintah daerah. Padahal sampai saat ini masih ada warga yang bertahan di kampungnya meski sudah sepi penghuni.
Salah satunya adalah Ijah (60). Ia tinggal bersama delapan orang anak dan cucunya. "Saya masih bertahan, habis mau tinggal di mana lagi. Sekarang hanya tinggal tiga rumah, dan ada sembilan orang di sini," ujarnya.
Sementara itu, Camat Muara Gembong Junaefi mengatakan sejauh ini penanganan abrasi dilakukan dengan penanaman pohon bakau (mangrove) di tepi pantai. Langkah tersebut, menurut dia, cukup ampuh karena mampu mengurangi abrasi yang kini mengancam warga di pesisir pantai.
"Kalau wilayah di Muara Gembong memang berpotensi terkena abrasi karena letaknya di pesisir. Selain di Pantaimekar, di Muarabungin dan Muarabeting juga terjadi abrasi. Rata-rata satu sampai dua RT sudah hilang," kata Junaefi.