Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI) memperketat pengawasan dan penambahan marka protokol kesehatan di setiap stasiun kereta rel listrik atau KRL. Wakil Vice Presiden Corporate Communication PT. KCI Anne Purba, mengatakan terus memperbaiki penerapan physical distancing di dalam kereta maupun stasiun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anne menyebut hal itu diupayakan untuk meminimalisir penularan virus corona, karena antrean penumpang pasti terjadi terutama di hari Senin, Jumat dan hari biasa pada jam sibuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi kapasitas angkut kereta dengan jumlah penumpang kan tidak sebanding dan antrean pasti ada. Jadi marka ini untuk menambah kedisiplinan penumpang," kata Anne di Stasiun Bogor, Kamis 11 Juni 2020.
Anne mengatakan untuk pengetatan pengawasan dan kewaspadaan Covid-19 di dalam area stasiun Bogor, marka kesehatan telah ditambah hingga ke koridor dari tempat parkir menuju ke hall loket stasiun.
Marka tersebut membentang dengan garis petunjuk di sepanjang koridor, dilengkapi dengan garis strip warna merah di lantai.
Anne mengatakan penambahan marka ini, pun sebelumnya memang masukan dari pemerintah untuk ketertiban penumpang KRL agar tidak terjadi lagi penumpang berdesakan. "Kami pun meminta pemerintah juga bantu kami, salah satunya mengeluarkan kebijakan aturan jam kerja pegawai pengguna KRL," kata Anne.
Adapun pengetatan dan pengawasan di dalam gerbong KRL, Anne mengatakan marka dalam bentuk garis yang sudah terpasang sejak empat bulan berjalannya Pembatasan Sosial Bersekala Besar secara bertahap diganti dengan marka dalam bentuk gambar berbentuk jejak sepatu.
Anne berharap dengan dipasangnya marka yang ukurannya lebih besar, para pengguna dapat menjadikan marka itu sebagai referensi untuk posisi dan arah menghadap saat berdiri di dalam kereta.
"Dalam satu gerbong itu ada 74 penumpang, jadi dalam satu kali jalan sekitar 700 orang, tergantung jumlah gerbong karena ada yang 8, 10 dan 12 rangkaian," kata Anne.
Anne mengakui dengan adanya pengetatan pembatasan penumpang ini, maka antrean pasti akan terjadi. Sehingga untuk solusinya, semua kereta milik PT. KCI yang berjumlah 112 unit dioperasikan, termasuk kereta luar biasanya.
Kereta luar biasa adalah kereta yang dioperasikan jika pada pukul 21.00 yaitu jam stasiun tutup, tapi masih ada penumpang yang sudah berada dalam stasiun.
Anne menyebut sejak Senin 8 Juni 2020 terjadi peningkatan jumlah penumpang. KCI mencatat 300.000 penumpang lebih naik KRL hari itu. Lalu hari kedua dan ketiga tercatat di angka 280-290 ribu penumpang. "Oleh itu antrean pasti ada. Makanya dengan marka baru diharapkan kedisiplinan penumpang lebih terjaga dan tetap menjalankan protokol kesehatan," kata Anne.
Pantauan Tempo di lapangan pengetatan pengawasan memang sudah dilakukan oleh petugas KRL, mulai dari gerbang masuk stasiun, koridor awal menuju pintu masuk dan pengecekan terakhir di gate tap stasiun. Lalu di sisi setiap peron pun petugas berjaga dan mengarahkan penumpang untuk tertib dan masuk atau keluar secara bergantian.