Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Akan punya balaikota

Pemda kodya semarang akan membangun pertokoan dan perumahan bertingkat, menempati lokasi kompleks lapangan pancasila (simpanglima), di kompleks tersebut dibangun pula sebuah balaikota.

8 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANAH bekas proyek Pusat Pertokoan Sarinah seluas 10.250 M2 di kompleks Lapangan Pancasila (Simpanglima), selama ini tampak dibiarkan mubazir. Agar tak terus-terusan begitu, pemerintah setempat mulai Mei ini mengisinya dengan pertokoan dan perkantoran serta perumahan. Meski selama ini lapangan kosong tersebut sesekali dipakai buat bermain bola volley, tentulah lebih menguntungkan bila dipakai buat kegiatan perdagangan dan pemukiman. Teringat pada orang kecil bernama Sarinah, pembangunan di bekas proyek pusat pertokoan yang memakai nama tersebut, kabarnya akan lebih diarahkan pada kepentingan pedagang bermodal lemah. Yaitu dengan membangun pertokoan berharga di bawah Rp 2 juta dan dengan sistim pembayaran secara mengangsur. Toko-toko tersebut luasnya mulai 3 x 4 M sampai 8 x 12 M Banyaknya 94 petak. Sedangkan bangunan rumahnya berukuran 4 x 14 M dan 6 x 18 M. Seluruhnya bertingkat dan jumlahnya 25 rumah. Letak pertokoan dan perkantoran tersebut akan menghadap ke arah lapangan Pancasila, seperti halnya GOR (Gedung Olah Raga) dan mesjid, yang lama sebelumnya bertengger di sana. Sedang perumahan akan menghadap ke daerah Erlangga. Hingga tak akan tampak dari lapangan Pancasila. Tentunya rencana ini tak lepas dari impian pemerintah setempat menjadikan Semarang sebagai kota raya. Hingga selain mempersiapkan bangunan-bangunan yang akan mendekam di samping bioskop Gajahmada itu, sebuah BalaiKota tampaknya perlu diadakan. Karena selama ini bangunan yang layak disebut begitu belum dipunyai Semarang. Tapi di mana? Terpaksalah Pemda Kodya Semarang dan pemborongnya menggusur kompleks Taman Bunga yang telah lama mendekam dekat GOR. Gedung ini harus jadi kebanggaan warga kota, seperti halnya GOR yang selain jadi milik warga Semarang juga kebanggaan rakyat Jawa Tengah. Karena itu nantinya gedung itu akan memiliki peralatan mutakhir. Antara lain tempat duduk buat sedikitnya 2000 pengunjung, seperangkat gamelan Jawa dan lain-lain. Apakah dengan begitu gedung tersebut akan bersifat komersil seperti juga GOR selama ini--yang misalnya untuk bermain bulutangkis saja harus menyewa Rp 500 per jam? Dirut CV Bambu pemborongnya Bambang Widitomo tak berkomentar. Mungkin menunggu selesainya, 1 Mei 1977. Bersamaan dengan proyek pertokoan dan perumahan tadi. Tapi sementara itu, sudahkah terbayang oleh Walikota bagaimana caranya pergi ke kantor di musim hujan? Sebab daerah Simpanglima dan sekitarnya, cukup tersohor sebagai "baskom" penampung banjir dari daerah perbukitan Candi (Semarang Atas) yang lebih tinggi. Malah setelah Simpanglima yang dulu daerah sawah itu diuruk dan dijadikan lapangan upacara yang dikepung gedung-gedung jangkung, genangan air di sekitar Simpanglima tambah kronis!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus