USAHA Bupati Manan Simatupang nenggiring nelayan membuka
tambak-tambak di darat (TEMPO, 10 April 1976), ternyata
tertumbuk kegagalan. Ini terjadi Januari kemarin, tatkala
diketahui panen ikan bandeng di tambak-tambak itu amat
menyedihkan. Seorang petani tambak misalnya, mengeluh bahwa
hasil panen tambaknya tak cukup untuk membeli beras barang satu
gantang atau 4 kilogram. Tak terdengar ada yang bertekun-tekun
menyelidiki apa sebabnya. Tapi pengalaman para petambak eks
nelayan laut yang amat sedikit, jadi biang tudingan. Lalu benih
ikan yang didatangkan dari Aceh, jadi tudingan berikutnya.
Karena dianggap kurang "murni" alias bercampur dengan ikan lain
jenis. Yang terakhir konon pemasarannya kurang baik Karena
teryata animo masyarakat akan ikan bandeng, amat kurang. Tentu
saja tak terdegar pengakuan bahwa sebelum Bupati menjatuhkan
pilihan agar nelayan-nelayan tersebut harus pindah menambak ikan
bandeng,tak dilakukan penelitian lebih dulu.
Tampaknya Bupati kali ini pun cepat pula memutuskan: kegagalan
itu benar-benar fatal. Hingga tak ayal lagi ia harus merobah
langkahnya. Kini, udang yang jadi pilihan. Alasan yang
terpampang di benak Bupati: udang merupakan komoditi yang baik
dan animo besar hingga dijamin laris. Dan yang utama: masa
pemeliharaannya lebih singkat tinimbang bandeng, yaitu cuma 3
bulan 1O hari. Namun kemudian jadi sedikit soal: dari mana benih
udang yang jempolan bisa diperoleh.
Tempat Ke-4
Untuk keperluan mendapatkan benih udang yang bagus, ternyata
sejak 22 Mei tahun kemarin Dinas PU Asahan sudah mempersiapkan
sebuah Pusat Penyediaan Benih Udnng alias Hatchery di Kampung
Perupuk, Kecamatan Limapuluh. Tempat pembenihan udang itu
terdiri dari 4 bak penetasan--masing-masing berukuran 5,3 x 8,4
M, laboratorium dengan 60 aquarium, bak filter 3 x M dan
perlengkapan lainnya. Ditambah sebuah perahu motor penangkap
induk udang matang telur. Seluruhnya melahap Rp 51 juta lebih
dan telah diresmikan Gubernur Sumatera Utara Marah Halim, 4
Maret kemarin.
Pusat pembibitan udang- tersebut. menurut L. Hutagalung, Kepala
Dinas Perikanan Kabupaten Asahan, dalam tempo 6 bulan dapat
menyediakan 6 juta juvenille alias anak udang yang bisa ditebar
di tambak-tambak. Dengan patokan 15 ribu anak udang untuk 1
tambak, maka bibit sebanyak itu bisa menutup kebutuhan tambak
400 Ha. Karena itu Pemda Asahan dalam tahun 1976 ini akan
menambah daerah pertambakan dengan sedikitnya 265 Ha lagi.
Kali inipun, Bupati Simatupang kelihatan amat bernafsu memacu
usahanya merobah kehidupan nelayan yang baru tertumbuk kegagalan
itu. Apalagi ir Bambang Suboko, Kepala Dinas Perikanan Propinsi
Sumut, tampak pula amat berkenan hatinya. "Pertambakan yang
dilengkapi bibit udang ini", katanya di upacara peresmian tadi,
"memang sejalan, kalau tak boleh dikatakan mendahului program
Pemda Sumatera Utara dalam pembangunan desa-desa pantai".
Pembangunan tersebut, menurut ir Bambang Sudoko, meliputi
Kabupaten Langkat, Asahan dan Labuhan Batu. Berarti tak kurang
dari 50.000 Ha. Berarti bila satu tambak dilola sedikitnya 2
orang, akan dapat menyerap tenaga 1O0 ribu. Dan diungkapkannya.
"Amerika Serikat melalui US Aid memberi kredit cukup besar pula.
Yang perinciiannya telah ditandatangani Direktorat Jenderal
Perikanan, Desember kemarin".
Seakan sedang berpropaganda Suboko mengungkapkan pula, "sejak
1969 di Sumut perkembangan udang sebagai komoditi ekspor sangat
menggembirakan. Setiap tahun produksi meningkat. Hingga
menduduki tempat ke-4, setelah kelapa sawit, karet dan
tembakau". Bahkan, katanya lagi, 1975 peranan tembakau telah
digeser oleh udang dengan nilai ekspor S $ 16,8 juta. Hingga
akhirnya sang insinyur tak mampu menahan keinginannya untuk
menyerukan: "Mereka yang merasa usahanya ai laut tak beruntung
lagi, marilah beramai-ramai ke darat. Membuka tambak".
Tentu saja petani yang hadir kebanyakan tercenung. Sebab
mereka baru saja ketiban kenyataan pahit berupa gagalnya panen
bandeng. Hingga konon, kebanyakan mereka sudah benar-benar emoh
dengan pertambakan ikan jenis itu. Sedang yang akan mereka
lakukan, tampaknya masih merupakan percobaan. Seperti
dikemukakan Gubernur Marah Halim sendiri, merupakan "pilot
project pertama di seluruh Sumatera Utara". Yang hasil dan
perkembangannya masih harus diteliti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini