Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Setelah bandeng gagal

Bekas nelayan di kabupaten asahan yang menjadi petani tambak ikan bandeng mengalami kegagalan panen. bupati simatupang memutuskan untuk mengubah dengan memelihara udang. (dh)

8 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

USAHA Bupati Manan Simatupang nenggiring nelayan membuka tambak-tambak di darat (TEMPO, 10 April 1976), ternyata tertumbuk kegagalan. Ini terjadi Januari kemarin, tatkala diketahui panen ikan bandeng di tambak-tambak itu amat menyedihkan. Seorang petani tambak misalnya, mengeluh bahwa hasil panen tambaknya tak cukup untuk membeli beras barang satu gantang atau 4 kilogram. Tak terdengar ada yang bertekun-tekun menyelidiki apa sebabnya. Tapi pengalaman para petambak eks nelayan laut yang amat sedikit, jadi biang tudingan. Lalu benih ikan yang didatangkan dari Aceh, jadi tudingan berikutnya. Karena dianggap kurang "murni" alias bercampur dengan ikan lain jenis. Yang terakhir konon pemasarannya kurang baik Karena teryata animo masyarakat akan ikan bandeng, amat kurang. Tentu saja tak terdegar pengakuan bahwa sebelum Bupati menjatuhkan pilihan agar nelayan-nelayan tersebut harus pindah menambak ikan bandeng,tak dilakukan penelitian lebih dulu. Tampaknya Bupati kali ini pun cepat pula memutuskan: kegagalan itu benar-benar fatal. Hingga tak ayal lagi ia harus merobah langkahnya. Kini, udang yang jadi pilihan. Alasan yang terpampang di benak Bupati: udang merupakan komoditi yang baik dan animo besar hingga dijamin laris. Dan yang utama: masa pemeliharaannya lebih singkat tinimbang bandeng, yaitu cuma 3 bulan 1O hari. Namun kemudian jadi sedikit soal: dari mana benih udang yang jempolan bisa diperoleh. Tempat Ke-4 Untuk keperluan mendapatkan benih udang yang bagus, ternyata sejak 22 Mei tahun kemarin Dinas PU Asahan sudah mempersiapkan sebuah Pusat Penyediaan Benih Udnng alias Hatchery di Kampung Perupuk, Kecamatan Limapuluh. Tempat pembenihan udang itu terdiri dari 4 bak penetasan--masing-masing berukuran 5,3 x 8,4 M, laboratorium dengan 60 aquarium, bak filter 3 x M dan perlengkapan lainnya. Ditambah sebuah perahu motor penangkap induk udang matang telur. Seluruhnya melahap Rp 51 juta lebih dan telah diresmikan Gubernur Sumatera Utara Marah Halim, 4 Maret kemarin. Pusat pembibitan udang- tersebut. menurut L. Hutagalung, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Asahan, dalam tempo 6 bulan dapat menyediakan 6 juta juvenille alias anak udang yang bisa ditebar di tambak-tambak. Dengan patokan 15 ribu anak udang untuk 1 tambak, maka bibit sebanyak itu bisa menutup kebutuhan tambak 400 Ha. Karena itu Pemda Asahan dalam tahun 1976 ini akan menambah daerah pertambakan dengan sedikitnya 265 Ha lagi. Kali inipun, Bupati Simatupang kelihatan amat bernafsu memacu usahanya merobah kehidupan nelayan yang baru tertumbuk kegagalan itu. Apalagi ir Bambang Suboko, Kepala Dinas Perikanan Propinsi Sumut, tampak pula amat berkenan hatinya. "Pertambakan yang dilengkapi bibit udang ini", katanya di upacara peresmian tadi, "memang sejalan, kalau tak boleh dikatakan mendahului program Pemda Sumatera Utara dalam pembangunan desa-desa pantai". Pembangunan tersebut, menurut ir Bambang Sudoko, meliputi Kabupaten Langkat, Asahan dan Labuhan Batu. Berarti tak kurang dari 50.000 Ha. Berarti bila satu tambak dilola sedikitnya 2 orang, akan dapat menyerap tenaga 1O0 ribu. Dan diungkapkannya. "Amerika Serikat melalui US Aid memberi kredit cukup besar pula. Yang perinciiannya telah ditandatangani Direktorat Jenderal Perikanan, Desember kemarin". Seakan sedang berpropaganda Suboko mengungkapkan pula, "sejak 1969 di Sumut perkembangan udang sebagai komoditi ekspor sangat menggembirakan. Setiap tahun produksi meningkat. Hingga menduduki tempat ke-4, setelah kelapa sawit, karet dan tembakau". Bahkan, katanya lagi, 1975 peranan tembakau telah digeser oleh udang dengan nilai ekspor S $ 16,8 juta. Hingga akhirnya sang insinyur tak mampu menahan keinginannya untuk menyerukan: "Mereka yang merasa usahanya ai laut tak beruntung lagi, marilah beramai-ramai ke darat. Membuka tambak". Tentu saja petani yang hadir kebanyakan tercenung. Sebab mereka baru saja ketiban kenyataan pahit berupa gagalnya panen bandeng. Hingga konon, kebanyakan mereka sudah benar-benar emoh dengan pertambakan ikan jenis itu. Sedang yang akan mereka lakukan, tampaknya masih merupakan percobaan. Seperti dikemukakan Gubernur Marah Halim sendiri, merupakan "pilot project pertama di seluruh Sumatera Utara". Yang hasil dan perkembangannya masih harus diteliti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus