Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Adu Bacok Sepanjang Jalan

Konflik ormas Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug belum lama. Berebut lahan penghasilan.

11 Desember 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Anggota Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug (FBR) berkonflik sejak 2009.

  • Perselisihan lapak penghasilan membuat nyawa anggota kedua ormas itu melayang.

  • Berharap pemerintah mengurusi anggota ormas.

KACA jendela gardu 0247 milik Forum Betawi Rempug (FBR) di Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, terlihat retak. Lakban cokelat menutupi sebagian retakannya. Bangunan itu menjadi saksi kematian anggota FBR, Diaz Aditya, pada Ahad, 14 November lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polisi menduga Diaz tewas akibat dianiaya anggota organisasi kemasyarakatan Pemuda Pancasila (PP). “Pelakunya lebih dari sepuluh orang,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Kembangan Komisaris Khoiri pada Selasa, 7 Desember lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diaz, 27 tahun, tewas akibat luka bacok. Keterangan para saksi mata menyebutkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 23.00 WIB, tak lama setelah Diaz memarkir kendaraannya di depan gardu. Sekelompok pemuda menyambanginya dan langsung menghunjamkan senjata tajam.

Dengan tubuh bercucuran darah, Diaz meminta pertolongan penduduk sekitar gardu. Namun nyawanya tak tertolong meski ia sempat sampai di rumah sakit.

Polisi menetapkan NZ sebagai salah satu tersangka. Ia ditangkap di kawasan Jakarta Selatan selang dua pekan seusai kematian Diaz. Petunjuk keterlibatan NZ diperoleh polisi dari keterangan sejumlah saksi dan bukti di tempat kejadian.

Beberapa bukti yang disita polisi, antara lain, baju dan kendaraan bermotor yang dipakai para penyerang saat menyambangi gardu. Menurut Komisaris Khoiri, NZ adalah anggota Pemuda Pancasila. Tapi ia tak mau menjelaskan motif yang melatarbelakangi pertikaian di antara anggota kedua ormas tersebut.

Pembacokan itu berbuntut panjang. Bentrokan susulan terjadi pada 19 November lalu. Kala itu, sejumlah anggota Pemuda Pancasila berkonvoi memakai kendaraan bermotor di kawasan Ciledug, Tangerang Selatan, Banten. Sejumlah anggota FBR menghadang mereka, yang berujung pada perkelahian berdarah.

Dua anggota FBR dan satu anggota PP dilaporkan terluka oleh bacokan senjata tajam. “Pelaku sudah kami identifikasi. Ada sekitar lima orang,” ucap Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan Komisaris Besar Deonijiu de Fatima. 

Kondisi posko Pemuda Pancasila di RT 002/RW 001 Kelurahan Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta Barat, yang diduga dibakar oleh sekelompok orang, 17 November 2021/TEMPO/M Yusuf Manurung

Pertikaian antara FBR dan PP memanas setelah beredar video bernada provokasi yang meminta anggota PP membunuh siapa pun yang mengganggu keluarga besar Pemuda Pancasila. “Kalau ada yang bertanya siapa yang membunuh, pulang ke rumah dan duduk manis, saya yang akan urusan dengan polisi. Saya yang akan bertanggung jawab,” kata seorang pria yang dikelilingi belasan orang berseragam Pemuda Pancasila dalam video berdurasi 30 detik itu.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Junimart Girsang, mengaku risi melihat ulah anggota Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug yang kerap terlibat bentrokan. Kepada wartawan pada akhir November lalu, ia menyebutkan sejumlah ormas, salah satunya Pemuda Pancasila, kerap meresahkan masyarakat. Belakangan, Junimart menarik pernyataan itu dan meminta maaf.

Ucapan itu kadung menuai protes ratusan anggota Pemuda Pancasila. Mereka menyambangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat pada 25 November lalu dan menuntut Junimart meminta maaf secara nasional di semua media massa. Demonstrasi itu berakhir ricuh.

Beberapa pedemo berseragam Pemuda Pancasila mengeroyok Ajun Komisaris Besar Dermawan Karosekali, Kepala Bagian Operasional Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya. Polisi telah menahan lima tersangka pengeroyokan itu.

Ihwal video yang memerintahkan membunuh pengganggu Pemuda Pancasila, Ketua Badan Penyuluhan dan Pembelaan Hukum PP Razman Arif Nasution baru akan menelusuri orang yang ada dalam video tersebut. “Pemuda Pancasila tidak dibenarkan bertindak seperti dalam video itu. Tuntutan kami hanya meminta Junimart Girsang meminta maaf, bukan membunuh atau merusak pos ormas lain,” katanya melalui pesan WhatsApp.

•••

BENTROKAN antara Pemuda Pancasila dan Forum Betawi Rempug sudah menjadi konflik laten. Data yang dihimpun Kepolisian Daerah Metro Jaya menyebutkan ada lebih dari 50 kasus kekerasan antarormas sepanjang 2013-2019. Sebagian besar di antaranya melibatkan PP dan FBR.

Gesekan di antara keduanya acap dipicu urusan perebutan sumber penghidupan, seperti pengelolaan lahan parkir atau sentimen antarkelompok. Bentrokan di wilayah Pejaten, Jakarta Selatan, pada 29 Oktober lalu merupakan salah satu insiden yang menambah panjang daftar pertikaian di antara keduanya. 

Peristiwa itu bermula ketika rombongan pemuda berseragam Pemuda Pancasila menyerang dengan melemparkan botol dan batu kepada anggota FBR yang tengah menjaga lahan parkir. “Ada sekitar 30 orang yang terlibat bentrok. Satu di antaranya luka ringan,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Pasar Minggu Komisaris Bambang Handoko.

Dalam ingatan Ketua Umum Majelis Pimpinan Nasional Pemuda Pancasila Japto Soerjosoemarno, anggota PP dan FBR mulai berkonflik ketika berebut jasa kerja perbaikan tanggul Situ Gintung di Tangerang Selatan, Banten, yang jebol pada 2009.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang hendak memperbaiki tanggul membutuhkan penyuplai tanah untuk rehabilitasi. Dua ormas, FBR dan Kembang Latar, berebut proyek pengadaan itu. Anggota dua organisasi ini bertikai dan bacok-bacokan. ”Nah, Ketua Kembang Latar adalah Ketua PP Jakarta Selatan,” tutur Japto.

Razman Arif Nasution/Dok. Tempo

Sejak gesekan Situ Gintung, kata Japto, anggota FBR ataupun Pemuda Pancasila kerap saling merusak simbol organisasi, seperti bendera dan pos. Japto menuding sentimen ini muncul karena pemerintah daerah tak memfasilitasi kesejahteraan anggota kedua ormas. “Akar masalahnya ada pada cari makan,” ucap Japto. “Kalau semuanya bisa makan, pasti enggak bakalan rebutan.”

Forum Betawi Rempug sebenarnya punya “lapak” sendiri. Mereka mengelola pusat kuliner dan arena adu burung di Kemayoran, Jakarta Pusat. Lahan itu milik Sekretariat Negara. FBR menggandeng Sekretariat Negara untuk mengelola sekitar 200 warung. 

Dari pengelolaan warung itu, setiap pedagang mesti membayar uang sewa Rp 8 juta per tahun kepada FBR, seperti diungkapkan seorang pedagang di Kemayoran. Biaya ini belum termasuk pungutan lain, seperti jasa pengamanan dan kebersihan.

Ditemui di pusat kuliner Kemayoran, juru bicara FBR, Fajri Husein, memberikan sejumlah keterangan. Ia menjelaskan riwayat FBR dan akar konfliknya dengan ormas lain, seperti Pemuda Pancasila. Namun ia meminta semua keterangannya tak dikutip.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Kepolisian RI, Brigadir Jenderal Rusdi Hartono, menilai gesekan antara Pemuda Pancasila dan FBR semestinya bisa dihindari jika kedua kelompok mampu membangun dialog yang konstruktif.

Menurut dia, bentrokan yang menelan korban anggota ormas FBR ataupun Pemuda Pancasila merupakan tindakan pidana yang bakal diselesaikan polisi lewat proses hukum. “Silakan mengelola sumber penghidupan yang membawa manfaat warga sekitar, asalkan sesuai dengan aturan,” tuturnya.

ADAM PRIREZA, M. JULNIS FIRMANSYAH
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus