Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Anies Baswedan menyiapkan kawasan Monas sebagai arena Formula E sejak Juli 2019.
Dino Patti Djalal menghubungkan Anies dengan bos Formula E.
Monas dipilih sebagai sirkuit balap karena dianggap paling siap.
MEMIMPIN musyawarah Tim Sidang Pemugaran di kantor Pusat Konservasi Cagar Budaya, Jakarta Barat, Ketua Tim Bambang Eryudhawan mempertanyakan salinan notulen rapat para kepala dinas dengan Gubernur DKI Jakarta bertarikh 25 Oktober 2019 kepada pejabat PT Jakarta Propertindo serta Dinas Pemuda dan Olahraga yang hadir. Pada hari itu, 27 Januari 2020, Bambang dan timnya berniat membahas persiapan balap mobil listrik Formula E di kawasan Monumen Nasional, yang merupakan cagar budaya sejak 1993.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokumen itu sangat penting bagi Bambang dan timnya. Sebab, di dalam arsip itu tertera pembahasan tentang opsi pengerjaan sirkuit di dalam kawasan Monas. Bambang menyebutkan timnya hanya mengetahui surat dari Dinas Bina Marga DKI tertanggal 31 Desember 2019. Surat itu berisi saran menggunakan aspal yang bisa dikupas sehingga tak membongkar batu alam di kawasan Monas. Dalam surat yang sama sebenarnya ada alternatif kedua, yakni mencopoti batu alam, lalu menggantinya dengan aspal permanen, tapi Bina Marga tak menganjurkan opsi ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dimintai notulen rapat, pejabat Dinas Olahraga malah menerangkan bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah menjawab surat Dinas Bina Marga pada 9 Januari 2020. Dalam lembar disposisi dengan nomor agenda 0328, Anies meminta Bina Marga menindaklanjuti opsi kedua, yaitu mengganti batu dengan aspal hotmix. Mendengar penjelasan tersebut, anggota Tim Sidang, Suryono Herlambang, menyebutkan timnya tak perlu memberikan rekomendasi lagi kalau Anies sudah mengeluarkan disposisi. “Akhirnya, kami hanya memberi catatan agar penyelenggara balapan memperhatikan aspek pemulihan cagar budaya dan mendokumentasikan perubahan dengan cermat,” kata Bambang pada Rabu, 19 Februari lalu.
Sebelum sirkuit diputuskan di Monas, Gubernur Anies sampai terbang ke Amerika Serikat untuk memastikan Jakarta menjadi penyelenggara salah satu seri balapan ini. Tapi yang pertama kali membawa gagasan itu adalah Dino Patti Djalal. Syahdan, seorang pemilik saham Formula E mengontak mantan Wakil Menteri Luar Negeri tersebut sekitar Juni 2019. Kepada Dino, pengusaha ini mengaku sedang mencari tuan rumah balap mobil listrik.
Dino langsung menghubungi Anies. Menurut Dino, ia menawarkan proposal bos Formula E tersebut ke Jakarta karena acara itu menjadi peluang mengubah citra Jakarta dari kota bisnis menjadi kota pariwisata. Dino pun menganjurkan Anies segera mengajukan lamaran sebagai tuan rumah Formula E. “Pak Anies tertarik karena kompetisi ini menggunakan teknologi listrik yang tak menimbulkan polusi,” ujar Dino. Dalam wawancara dengan Tempo pada November 2019, Anies membenarkan kabar bahwa Dino yang mengenalkannya dengan pihak Formula E.
Pertemuan penjajakan dan survei lapangan pun dirancang. Bekas Direktur Utama PT Jakarta Tourisindo, Jeffrey Rantung, bercerita bahwa Anies sempat bertemu dengan perwakilan Formula E asal Singapura di Hotel Hermitage, Menteng, pada pekan kedua Juli 2019. Jeffrey, yang hadir dalam persamuhan itu, mengungkapkan bahwa Anies langsung menyatakan minat menjadikan Jakarta sebagai tuan rumah balap mobil listrik dan sekilas membicarakan rute balapan di tengah kota. Waktu itu, kawasan Monas sudah terjaring sebagai salah satu opsi lintasan.
Hampir sepekan setelah rapat di Jakarta, Anies mampir ke New York, Amerika Serikat, sepulang dari konferensi di Medellin, Kolombia, untuk menuntaskan negosiasi dengan bos Formula E, Alejandro Agag dan Alberto Longo. Ditemani Dino, Anies mempresentasikan rencana Jakarta menggelar balapan Formula E. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga sudah membawa sejumlah opsi yang disertai gambar awal sirkuit balapan. Salah satunya kawasan Medan Merdeka. Di akhir pertemuan, kedua pihak bersepakat memboyong kompetisi balap mobil listrik itu ke Jakarta. “Mereka yakin Jakarta siap karena sudah mengirim tim untuk memeriksa semuanya,” ujar Anies.
Sepulang dari Amerika, Anies langsung bersurat kepada sejumlah kementerian terkait, antara lain Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Dalam Negeri. Dalam surat balasan bertanggal 2 Agustus 2019, Kementerian Pemuda dan Olahraga mendukung balapan yang bebas emisi. Layang yang ditandatangani Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Hadi Prabowo pada 19 Agustus 2019 menyatakan hal yang sama.
Walau begitu, Kementerian Dalam Negeri meminta pemerintah DKI Jakarta tak menandatangani kontrak langsung dengan Formula E Operations Limited (FEO). Dalam suratnya, Hadi menganjurkan pemerintah DKI menunjuk sebuah badan usaha untuk melakukan kontrak dengan penyelenggara Formula E. Kementerian beralasan kedudukan para pihak bisa tak setara bila pemerintah yang menjalin kerja sama dengan perusahaan swasta. Mematuhi saran Kementerian, Anies memerintahkan PT Jakarta Propertindo, perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI, yang meneken kontrak dengan FEO.
Tak hanya menyurati kementerian, Anies melaporkan kesepakatan Formula E kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 13 Agustus 2019. Bertemu empat mata, Anies menceritakan proses negosiasi menjadi tuan rumah sekaligus mempresentasikan dampak balap mobil listrik bagi perekonomian Indonesia. Menurut versi Anies, Jokowi mendukung dan berjanji membantu pelaksanaan Formula E.
Ketika berjumpa dengan Presiden, Anies sebenarnya juga sudah menyampaikan rencana rute balap kepada Jokowi. Hanya, ia belum mau membeberkannya ke masyarakat karena mengaku masih perlu mematangkannya dengan tim teknis Formula E. “Tadi saya melaporkan itu dan pemerintah pusat akan memfasilitasi,” ujar Anies.
Dino Patti Djalal. TEMPO/Subekti
Kepastian kawasan Monas menjadi sirkuit baru terang setelah delegasi FEO beberapa kali menyambangi Jakarta—sesudah kunjungan Anies ke Amerika. Direktur Utama PT Jakpro Dwi Wahyu Daryoto bercerita, tim teknis Formula E itu berkunjung bersama arsitek sirkuit kondang, Hermann Tilke, yang antara lain merancang sirkuit jalanan di Singapura untuk ajang Formula One.
Menemani anggota delegasi, Dwi berkeliling meninjau kawasan Medan Merdeka, Kemayoran, Senayan, dan pusat bisnis Sudirman. Menurut dia, tim FEO sejak awal terkesan pada area Monas yang menjadi ikon Jakarta sebagaimana Menara Eiffel di Paris dan amfiteater Colosseum di Roma, dua kota yang juga menggelar Formula E. Opsi lintasan di pusat bisnis Sudirman juga mentah di tangan delegasi FEO. Menceritakan kembali penjelasan FEO, Dwi mengatakan, “Sudirman terkesan sangat metropolis dan suasana sirkuitnya mirip di New York.”
Meski sudah hampir pasti menyelenggarakan balapan di Monas, Anies tetap tak mau merinci detail lintasan saat acara peluncuran Formula E di lapangan Monas pada 20 September 2019. Justru Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia Sadikin Aksa yang membocorkannya. “Ada sebelas sampai dua belas tikungan dan tiga titik pengereman untuk mengisi daya baterai,” ujarnya.
Tim komunikasi FEO melalui surat elektronik kepada Tempo pada 21 Februari lalu membenarkan kabar bahwa mereka mengkaji beberapa lokasi di Jakarta untuk dijadikan sirkuit. Menurut juru bicara FEO yang tak menyebutkan namanya, Monas menyediakan ruang yang paling lapang dan mengandung potensi gangguan terhadap balapan yang paling minim. “Monas juga memiliki latar pemandangan terbaik dari sejumlah opsi yang kami pertimbangkan,” ujar juru bicara FEO.
Seiring dengan pengiriman surat Anies bernomor 1056/-1.857.6 tentang koordinasi pemanfaatan area Medan Merdeka dan Monas sebagai arena balap Formula E pada 16 Desember 2019 kepada Menteri Sekretaris Negara Pratikno, penggunaan sirkuit di Monas makin jelas. “Dengan penyelenggaraan Formula E di Monas, Jakarta akan berada di orbit kota-kota besar yang mampu menjadi tuan rumah event dunia,” kata Anies.
RAYMUNDUS RIKANG, HUSSEIN ABRI DONGORAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo