Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jati Diri Isyana

LEXICON merupakan album pembuktian Isyana Sarasvati. Ia berpisah dengan gaya pop yang melekat dalam dua album sebelumnya. Dalam album ini, ia menunjukkan talentanya bermain musik klasik.

11 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Isyana Sarasvati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengarlah wahai kawan-kawanku

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kini warna yang kelam hangus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aku tahu kamu 'kan bertamu

Selamat datang padaku yang baru....

BEGITULAH bait awal lagu Sikap Duniawi, mukadimah album ketiga Isyana Sarasvati, LEXICON. Dengan suasana musik yang mencekam dan emosional, Isyana mengundang kita ke babak anyar dirinya yang mengagetkan. Menggelegar seperti sebuah awalan pertunjukan musikal tentang hidupnya, yang dijejali gejolak dan optimisme hingga masa badai usai. Lewat LEXICON, Isyana menggantung gaun indahnya yang megah berkilau. Ia tampil jujur dalam album ketiganya, mengekspos sisi yang mungkin tak banyak diketahui orang sejak debutnya pada 2015.

Seperti dua album sebelumnya, Explore! (2015) dan Paradox (2017), LEXICON rilisan label rekaman raksasa Sony Music Indonesia. Album ini mengusung delapan komposisi garapan Isyana sendiri: tujuh dengan lirik, satu adalah Terima Kasih, instrumental piano yang sekaligus menjadi pamungkas. LEXICON juga terasa dekat dengan para legenda musik blues yang meraung dan melolong keluar dari depresi, alih-alih lirik patah hati khas radio remaja.

Seperti judulnya, album ini menawarkan perbendaharaan cerita, kamus kehidupan Isyana empat tahun terakhir. Ada trauma dan kegelisahannya yang melesak keluar, kelelahannya yang meluap-luap, juga usahanya menggapai damai pascakrisis. Perjalanan emosional itu begitu mengentak karena datang dari seorang musikus belia yang diplot industri menjadi ratu pop negeri ini. LEXICON adalah pembuktian Isyana. Ia tak hanya berpisah dengan gaya pop yang melekat dalam dua album sebelumnya, tapi juga unjuk kepiawaian bermain musik klasik Barat. Talenta ini dikemas dengan gaya populer yang masih bisa diakrabi pendengar lamanya. Inilah yang membuat LEXICON didapuk menjadi Album Pilihan Tempo 2019.

Boxset album Lexicon. belialbumfisik.com

Isyana lahir di Bandung, 26 tahun lalu. Saat remaja, ia belajar musik klasik di Nanyang, Singapura, serta di Royal College of Music, London, dan di sela itu Isyana adalah penyanyi opera. Bagi pendengar yang mengetahui talentanya itu, LEXICON menjadi jawaban penantian. Sebuah karya yang memang wajar lahir dari seorang Isyana. Kolaborasi pertamanya dengan sang kakak, Rara Sekar, yang juga musikus, dalam lagu Luruh pun ibarat petunjuk arah bermusik yang bakal dia jalani. Salah satu lagu pengiring film (OST) Milly & Mamet itu memiliki kedalaman emosi yang relatif asing bagi sebagian penggemarnya. Dan, untuk pertama kali, orang bisa mengenali muasal musik kakak-adik yang dulu dianggap beda dunia di industri musik ini.

Tumbuh dalam keluarga yang mendengarkan beragam genre musik menjadi bekal bermusik Isyana. Sejak kecil, ia terekspos jazz lewat The Four Freshmen dan The Manhattan Transfer, yang membantunya membagi suara hingga kini. Ia juga mengunyah lagu pop boyband yang populer pada 1990-an, seperti Backstreet Boys dan Boyzone, serta grup vokal Spice Girls. “Belum lagi pengaruh dari kecentilan lagu yang setiap hari ada di MTV,” kata Isyana. Rock ia serap dari The Beatles dan Queen, sementara progressive rock ia asup dari Genesis, Yes, dan ELP. “Ibu saya yang guru musik dengan sabar menemani saya belajar musik klasik ke sejumlah jenius, seperti Aaron Copland, George Gershwin, Iswargia, Avip Priatna, dan Stephen Tamadji,” ujarnya.

Pada awal kemunculannya dengan album Explore!, Isyana kerap dibandingkan dengan penyanyi perempuan lain, Raisa. Ini karena Sony Music menggandengnya ke belantara industri musik pop dengan cetakan yang kurang-lebih serupa, walau bakatnya juga mencuat karena ia ikut menulis dan menggarap sendiri lagunya. Dua album pertama Isyana pun lebih menonjolkan imaji biduanita elok dengan gaya yang trendi. Campur tangan pabrik lagu pop mentereng dunia yang berpusat di Swedia, The Kennel, menjadi salah satu bukti. Juga deretan penulis lagu seperti Ollipop, Hayley Aitken, dan Caesar & Loui, yang selama ini bertanggung jawab terhadap hit Korean pop (K-pop). Keterlibatan mereka adalah bagian dari mimpi Isyana untuk nyemplung di industri pop seperti sederet idolanya saat remaja.

Namun ternyata prosesnya tak semulus yang tampak di permukaan. Isyana mengaku sempat mengalami trauma dirundung komentar warganet di dunia maya, hingga akhirnya memilih menutup diri lima tahun terakhir. Hal itu sangat memukul dirinya sampai sempat berpikir untuk menyerah. Belum lagi sejumlah kejadian yang kemudian menggerakkan Isyana ke fase perubahan dalam hidupnya, hingga terlahir karya katarsis yang direkam dengan luapan emosi dan kurasan air mata: LEXICON.

Bila kita bandingkan dengan rilisan mutakhir Sony Music, LEXICON terasa kurang komersial. Pihak label pun sepertinya menyadari ini dengan memutuskan LEXICON hanya tersedia dalam bentuk box set supereksklusif seharga Rp 600 ribu. Ini beda dengan dua album pendahulunya yang tersedia dalam bentuk cakram padat dan digital. Namun Isyana tetap mensyukuri keputusan label yang memahami dinamika kehidupan dan ekspresinya di ranah kreatif. “Sony Music yang menemukan dan membesarkan saya di dunia musik pop Indonesia. Kebebasan yang mereka berikan adalah insentif yang tak ternilai, dan LEXICON adalah salah satu buktinya,” katanya.

LEXICON ibarat buku harian yang terbuka. Isyana mengizinkan pendengarnya masuk ke ruang personal dan mengenal perasaannya. Ia menyajikan itu dengan lirik yang lebih personal, puitis, sekaligus lugas sehingga mudah dipahami. Di wilayah musik pun ia menawarkan jati dirinya yang lebih utuh. Musik klasik Barat jelas menjadi roda utama kendaraannya, yang ia ramu dengan bermacam musik populer lain yang dalam dua album sebelumnya tak diperdengarkan. Contohnya anasir progressive rock yang muncul dalam lagu LEXICON. Lagu ini dinyanyikan Isyana dengan bersahaja, minim vibrato dan ornamentasi. Ia membenturkan bagian lagu ritme rapat dan cepat dengan bagian lambat. Di sini, ia tak unjuk teknik bernyanyi, tapi menghidupkan lagu dengan aransemen yang kuat dengan gaya bernyanyi populer.

Aksi panggung Isyana Sarasvati, November 2019. Dok. Manajemen Isyana Sarasvati

Untuk urusan musik, Isyana menggandeng sejumlah musikus, seperti Tohpati, Gerald Situmorang, juga sahabatnya sejak kecil sesama peserta kejuaraan electone, Kenan Loui Widjaja. Selain membangun lingkaran yang lebih intim, Isyana meninjau kembali nyanyian berdasarkan puisi yang dikenal pada 1950-an. Tentu saja dengan gaya kekinian, seperti tersirat pada nomor Pendekar Cahaya, Ragu Semesta, dan Biarkan Aku Tertidur.

Dalam Biarkan Aku Tertidur yang bertempo lambat, Isyana bernyanyi dengan ornamen yang meliuk di antara beberapa nada, sebagai ciri musik populer. Dengan begitu, ia membolak-balikkan suasana nyanyian sastrawi lawas dengan musik populer yang membuat lagu ini menjadi yang paling telanjang dalam album. Emosi menguar dengan gamblang. Menurut Isyana, lagu tersebut diciptakan spontan di tengah derasnya air mata, sekaligus menjadi bagian terapinya.

LEXICON, seperti album Menari dengan Bayangan dari Hindia alias Baskara Putra dan Mantra-Mantra dari Kunto Aji, mengangkat narasi krisis seperempat abad anak muda negeri ini. Tiga talenta itu merespons fase penting kehidupan mereka dengan karya-karya hebat yang berbicara untuk generasinya sekaligus membawa pemahaman lintas generasi akan topik yang selama ini belum mengemuka di musik populer negeri ini.

DAVID TARIGAN, PENGAMAT MUSIK
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus