Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Anak Kecanduan Aplikasi Tik Tok, Ini Kata Psikolog

Aplikasi Tik Tok sedang digandrungi banyak kalangan dari berbagai lapisan usia. Lalu, bagaimana jika anak kecanduan aplikasi ini?

1 Juli 2018 | 15.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seiring perkembangan teknologi saat ini, berbagai jenis aplikasi bermunculan. Salah satunya Tik Tok, yang sedang digemari. Aplikasi ini tidak hanya digemari kalangan dewasa tapi juga anak-anak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baru-baru ini, seorang anak laki-laki yang sedang populer di aplikasi ini atau yang dikenal dengan istilah seleb Tik Tok, Bowo Alpenliebe, membuat heboh dunia maya. Bowo merupakan salah satu pengguna aplikasi Tik Tok yang sangat populer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akun Tik Tok nya, @prabowo118 saat ini sudah punya lebih dari 790.000 pengikut dan 6,8 juta penyuka untuk semua videonya di Tik Tok. Tik Tok merupakan aplikasi yang memungkinkan pengguna ga membuat video musik pendek dengan menyelaraskan bibir dan dimiliki perusahaan Cina, Bytedance.

Saking populernya, Bowo kemudian menggelar acara Meet & Greet bersama penggemarnya baru-baru ini. Uniknya, untuk bertemu dengan bocah berusia 13 tahun tersebut para penggemar harus membayar uang sebesar Rp 80 ribu.

Sayangnya, setelah membayar mahal banyak penggemar yang mengeluhkan soal keaslian Bowo dari dunia nyata dibanding yang mereka lihat di dunia maya. Terkait hal ini, psikolog dan pendiri Personal Growth, Ratih Ibrahim ikut angkat bicara. Ia secara tegas mengatakan ini adalah sebuah hal yang tidak masuk akal dilakukan anak-anak hingga remaja

Ilustrasi anak bermain gadget. Shutterstock

“Enggak. Itu sangat tidak masuk akal. Yang jadi pertanyaan adalah orang tuanya pada ke mana,” katanya.

Ia menduga Bowo sudah terbiasa menggunakan gawai sejak masih anak-anak. Hal ini yang kemudian membuatnya menjadi kecanduan terhadap gawai.

“Anak itu mungkin saja sudah terpapar dari umur dua tahun. Bayangkan saja, sudah bertahun-tahun dia terkapar,” kata Ratih

Selain itu, Ratih menjelaskan seseorang menjadi kecanduan media sosial saat merasa eksistensi dirinya naik. Dia juga menduga hal ini adalah sesuatu hal yang sudah biasa di keluarganya. Dalam hal ini, kemungkinan besar orang tuanya adalah figur yang juga sangat menggemari adanya pengakuan eksistensi diri mereka pada publik. 

“Anak seperti itu mungkin saja orang tuanya berlaku yang sama,  mungkin banci kamera juga sebab anak itu adalah merefleksikan orang tuanya,” kata Ratih.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus