Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Usai kebakaran hebat menghanguskan sebagian koleksi Museum Bahari, seluruh museum di DKI Jakarta diminta mendata kelengkapan fasilitas pemadam dan sistem deteksi api. Kebakaran yang terjadi di Museum Bahari, Jakarta Utara, diharapkan menjadi pembelajaran bagi pengelola museum lain.
Kepala Seksi Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Iyan Setiyawan, mengatakan semua museum harus memiliki sistem keamanan untuk mengantisipasi bencana kebakaran. “Itu yang menjadi prioritas sekarang. Paling tidak, di setiap museum harus ada sprinkler (alat untuk memadamkan api secara otomatis)," ujarnya kemarin.
Menurut Iyan, setiap museum sudah seharusnya memiliki sistem proteksi kebakaran. Jika tak ada, kata dia, kemungkinan besar tak diusulkan mendapat alokasi dalam anggaran daerah.
Baca: Habis Terbakar, Semua Koleksi Museum Bahari Belum Diasuransikan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengelola 11 museum, di antaranya Museum Sejarah Jakarta, Museum Joeang 45, Museum Prasasti, Museum M.H. Thamrin, Museum Bahari, serta Museum Wayang. Namun kenyataannya, dari jumlah tersebut, beberapa di antaranya tak memiliki sistem proteksi kebakaran yang cukup.
Museum M.H. Thamrin di Jakarta Pusat, misalnya. Saat Tempo berkunjung ke sana, tak ada fire alarm atau sprinkler yang terpasang di langit-langit ruang pameran. Alat pendeteksi asap pun tak tampak, begitu juga di ruangan-ruangan lainnya. "Yang ada hanya alat pemadam api, itu juga terbatas," ujar staf bidang edukasi Museum M.H. Thamrin, Abdul Manap.
Menurut Abdul, baru ada tiga alat pemadam api yang ditempatkan di pintu masuk museum, pos satpam, dan pintu belakang museum. Dia mengaku pengelola telah mengusulkan pengadaan sprinkler dan alat pemadam api tambahan pasca-kejadian kebakaran di Museum Bahari. Namun Abdul enggan menyebutkan berapa nilai yang diusulkan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan 2018.
Baca: Ini Daftar Koleksi Museum Bahari yang Terbakar, Ada Patung Viking
Selain itu, jaringan kamera CCTV yang terpasang di sudut-sudut museum tersebut tak berfungsi. Abdul berdalih CCTV rusak belum lama. Dia pun mengaku bahwa perbaikan kamera-kamera pemantau tersebut sudah masuk daftar usul. "Tapi masalah anggaran ini bukan wewenang saya,” katanya.
Museum Joang 45 di Jakarta Pusat juga ikut berbenah. Kepala Satuan Pelayanan, Rizal Effendi, mengungkapkan bahwa pihaknya telah bergegas mengecek fungsi sprinkler dan 37 unit pemadam api di seluruh ruangan. "Ternyata ada yang sudah mau kedaluwarsa pertengahan tahun ini," ujar Rizal, lalu menambahkan, “Kami masih mendata semua untuk diusulkan disediakan pengganti di APBD Perubahan 2018.”
Meski sudah relatif lengkap, Rizal mengaku belum mengetahui cara kerja alat-alat pemadam itu. Dia mengatakan bakal mengadakan pelatihan dalam waktu dekat.
Baca: Begini Kondisi Museum Bahari Setelah Dilumat Si Jago Merah
Sementara itu, Museum Bahari belakangan diketahui tak dilengkapi dengan alat proteksi kebakaran yang berkecukupan. Kepala Unit Pelaksana Teknis Museum Bahari, Husnizon Nizar, mengatakan sudah mengajukan anggaran pengadaan alarm pada tahun lalu.
Selain itu, pengelola sudah mengusulkan perbaikan jaringan listrik dan lampu yang diduga kerap membuat hubungan pendek arus listrik di Museum Bahari. Namun kebakaran lebih dulu terjadi pada Selasa lalu, melalap isi koleksi sebagian Gedung A dan C. Puluhan koleksi terbakar tak bersisa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini