Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Nyanyi Kawan Sebelum Berseteru

Dudung Abdurachman dan Andika Perkasa pernah akrab saat masih menjadi perwira menengah. Karier keduanya melesat setelah menjadi perwira tinggi.

25 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH Andika Perkasa pulang dari studi di Amerika Serikat pada 2008, Dudung Abdurachman disebut-sebut sebagai salah satu kolega terdekat Panglima Tentara Nasional Indonesia itu. Sahabat Andika, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Effendi Simbolon, mengatakan kedua jenderal itu adalah karib. “Mereka dulu dekat, tapi entah mengapa sekarang bisa seperti ini,” kata Effendi di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Senayan, Jakarta, Selasa, 20 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Effendi pertama kali mengungkap hubungan Andika dengan Dudung kini tak rukun saat rapat dengar pendapat antara Komisi Pertahanan dan TNI serta Kementerian Pertahanan pada Senin, 5 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andika dikirim belajar ke Negeri Abang Sam setelah menggulung Umar Faruq, yang terhubung dengan jaringan teroris global Al-Qaidah. Menantu bekas Kepala Badan Intelijen Negara, Abdullah Makhmud Hendropriyono, ini meringkus Umar di Masjid Raya Bogor, Jawa Barat, pada Juni 2002. Andika menyebutkan tak punya jabatan selama satu setengah tahun sepulang dari Amerika Serikat.

Keakraban Andika Perkasa dan Dudung Abdurachman juga tampak dari cuplikan video yang diunggah kanal Jahril Ajen Akmil di YouTube. Salah satu video yang diunggah akun itu menampilkan Dudung Abdurachman menyanyikan tembang “Di Saat Aku Pergi” milik band Dadali. Video klipnya menampilkan kunjungan Andika, Dudung, dan istri mereka ke Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah.

Di Akmil, waktu lulus keduanya terpaut setahun. Andika lulus pada 1987 dan Dudung lulus pada 1988-B. Pada 1988, tiga akademi tentara dan kepolisian meluluskan dua angkatan karena perubahan masa pendidikan dari empat tahun menjadi tiga tahun. Lulusan 1988-A adalah taruna yang masuk pada 1984, sedangkan 1988-B menjadi taruna pada 1985.

Setelah dilantik menjadi perwira pertama, Dudung mengikuti pendidikan intelijen dasar di Bandung. Seorang petinggi lembaga telik sandi bercerita pernah bersama-sama Dudung berlatih teknik dasar mata-mata selama tiga bulan. Narasumber ini menyebutkan Dudung tak mengikuti kursus intelijen strategis setelah lulus dari pendidikan dasar.

Lampu sorot menerangi kiprah Dudung saat dia menjabat Gubernur Akademi Militer. Ia membuat patung mantan presiden Sukarno di kompleks Akmil. Peresmian patung itu dihadiri oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Sukarnoputri, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan.

Andika Perkasa—waktu itu menjabat Kepala Staf Angkatan Darat—juga hadir. “Para taruna-taruni bisa mengetahui kiprah tokoh nasional,” ujar Dudung, soal hubungan tentara dengan pendukung Sukarno yang tak berlangsung mulus seusai peristiwa 1965 yang menewaskan tujuh jenderal.

Seusai pendirian patung itu, karier Dudung menanjak. Ia dimutasi menjadi Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta pada Juli 2020. Sejumlah narasumber menyebutkan Dudung dipilih memimpin tentara Ibu Kota atas permintaan Megawati.

Empat bulan menjabat Pangdam Jaya, Dudung memerintahkan prajuritnya mencopoti baliho pentolan Front Pembela Islam, Muhammad Rizieq Syihab. Baliho itu menjamur di tikungan-tikungan jalan di Jakarta untuk menyambut kepulangan Rizieq dari Arab Saudi.

Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada 20 November 2020, Dudung mengaku menginstruksikan pencopotan tersebut. Ia mengklaim manuver pencopotan baliho FPI didukung Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. “FPI pasang-pasang poster seenaknya dan tak pakai aturan,” kata pria kelahiran Bandung ini.

Dudung promosi menjadi jenderal bintang tiga saat menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat pada Mei 2021. Ia sempat dikritik karena meminta anak buahnya tak fanatik terhadap agama tertentu. Sekitar delapan bulan memimpin Korps Darma Putra, Dudung dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Kepala Staf Angkatan Darat pada 17 November 2021.

Menggantikan Andika, manuver Dudung kerap menimbulkan polemik. Ia, misalnya, menggelar inspeksi mendadak di Pasar Anyar, Kota Bogor, dan Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Mei dan Juni 2022. Dudung mengecek stok dan harga minyak sayur yang dijual pedagang. “Jangan sampai masyarakat kesulitan mencari minyak goreng,” tuturnya.

Sebagaimana Dudung, Andika mengenyam pendidikan intelijen ketika masih berpangkat letnan. Ia adalah personel program Charlie—kode pelatihan intelijen di Detasemen 81 Antiteror Komando Pasukan Khusus—yang digagas Luhut Binsar Pandjaitan.

Ken Conboy, penulis buku Charlie: Special Operations in Indonesia 1988-1993, menyebutkan pelatihan telik sandi itu diampu agen Mossad—badan intelijen Israel. Andika termasuk 35 prajurit yang memperoleh lencana antiteror dalam program Charlie.

Andika disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan Ketua Dewan Presidium Papua Theys Hiyo Eluay pada November 2001. Theys tewas dibunuh anggota Kopassus setelah menghadiri upacara di markas korps baret merah itu. Andika mempersilakan pihak yang ingin mengusut kasus tersebut. “Tak ada alasan bagi saya melarang mereka menelusuri tuduhan tersebut,” kata Andika.

Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, As’ad Said Ali, menyebutkan Andika tak terlibat dalam kasus Theys karena sedang ditugasi di BIN untuk memantau jaringan teroris Al-Qaidah di Indonesia.

Karier militer Andika Perkasa juga moncer setelah dia menjadi perwira tinggi. Ia menyandang pangkat jenderal bintang satu sebagai Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat pada 2013. Tak sampai setahun menjadi juru bicara Angkatan Darat, Andika naik pangkat menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden.

Jenderal TNI Andika Perkasa saat masih menjabat Mayor Jendral TNI dalam upacara serah terima jabatan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden di Markas Komando Paspampres, Tanah Abang Jakarta Pusat, Oktober 2014. Dok. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

Pemilihan Andika sebagai Komandan Paspampres ditengarai terkait dengan peran mertuanya, Abdullah Makhmud Hendropriyono, pada pemilihan presiden 2014. Mantan Kepala Badan Intelijen Negara itu salah satu pendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

Setelah Jokowi terpilih menjadi presiden, Hendropriyono didapuk menjadi penasihat Tim Transisi. “Saya memberi nasihat di sektor intelijen,” ujarnya.

Pada 2018, jumlah bintang di pundak Andika bertambah dua kali dalam sebelas bulan. Ia ditugasi menjadi Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Angkatan Darat pada Januari tahun itu dengan pangkat letnan jenderal. Enam bulan kemudian, ia menjabat Panglima Kostrad.

Andika hanya sekitar empat bulan memegang posisi itu. November 2018, ia dipilih sebagai Kepala Staf Angkatan Darat dengan pangkat jenderal. Selama setahun memimpin pasukan Angkatan Darat, Andika terpilih menggantikan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang pensiun. Ia akan pensiun dari dinas militer pada Desember tahun ini.

Dua narasumber yang mengetahui pergantian Panglima TNI bercerita bahwa Andika disorongkan tim di lingkaran inti Jokowi bersama Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono dan Dudung Abdurachman. Setelah dilantik Presiden, Andika mengajak semua prajurit TNI bekerja bersama. “Saya akan melaksanakan tugas sebaik-baiknya,” ucapnya.

Saat serah-terima posisi Kepala Staf Angkatan Darat, Andika Perkasa terlihat berjabat tangan dengan Dudung Abdurachman. Keduanya sama-sama tersenyum tanpa memperlihatkan adanya konflik di antara mereka.

BUDIARTI UTAMI PUTRI, HUSSEIN ABRI DONGORAN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus