Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktris dan lifestyle influencer Andrea Dian mengungkapkan bahwa dia dinyatakan positif corona. Dia mengumumkan hal tersebut melalkui akun Instagramnya pada Ahad, 22 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istri aktor Ganindra Bimo itu menuturkan, awalnya mulai merasakan demam pada 13 Maret 2020 dan didiagnosis demam berdarah. Seketika itu ia menjalani perawatan di rumah sakit. Lalu berselang dua hari, ia mulai merasakan badannya segar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu, ia diminta mengecek thorax dan influenza, hasilnya bagus. Namun saat melakukan pemeriksaan paru-paru, dokter menemukan ada flek di kanan dan kiri. Kemduian pada 16 Maret Andrea melakukan cek swab untuk mengetahui apakah ia terinfeksi virus corona.
"Baru pada 18 Maret, aku dikasih kabar kalau aku positif Covid-19," tulisnya. "Aku punya kondisi autoimun yang membuat aku punya tuntutan tertentu untuk menjaga kondisi imunku."
Dalam unggahan tersebut, Andrea bercerita kronologi saat akhirnya ia dinyatakan positif Corona. Istri presenter Ganindra Bimo itu awalnya mengalami demam pada 13 Maret dan dinyatakan mengidap demam berdarah. Setelah mulai merasa fit dan merasa khawatir, ia melakukan cek thorax dan influenza pada 15 Maret. Dari kedua tes tersebut hasilnya bagus, namun saat scan paru-paru, terdapat flek di kanan dan kiri paru-paru Andrea. instagram.com/andreadianbimo
Melansir laman NPR, virus corona sangat berbahaya bagi penderita kanker, HIV / AIDS, dan penyakit autoimun. Paul yang Volberding yang mengarahkan Lembaga Penelitian AIDS di Universitas California, San Francisco, Amerika Serikat mengatakan ada sejumlah cara agar bagian dari sistem kekebalan tubuh menjadi rusak. Selain kanker dan HIV / AIDS, kemoterapi, penuaan, dan obat-obatan juga membuat sistem kekebalan tubuh rusak.
"Ada banyak orang yang menerima obat-obatan yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh," kata Volberding, "dan mungkin beberapa dari mereka bahkan tidak secara jujur tahu bahwa mereka sedang dikompromikan dengan sistem kekebalan tubuh." Jenis obat ini umum untuk penderita psoriasis, penyakit Crohn, asma, dan rheumatoid arthritis.
Volberding mengatakan penting untuk memperhatikan bagian populasi ini. "Menjadi immunocompromised mungkin tidak terlalu meningkatkan kemungkinan Anda terinfeksi dengan sesuatu seperti COVID-19," katanya, "tetapi itu mungkin membuat hasil dari infeksi itu jauh lebih buruk."
Penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus, penyakit Addison, penyakit celiac, multiple sclerosis, anemia pernicious, dan psoriasis, meningkatkan risiko berkembangnya komplikasi serius yang mematikan akibat infeksi corona. Penyakit autoimun lain yang termasuk dalam daftar adalah tiroiditis Hashimoto, autoimun vasculitis, diabetes tipe 1, penyakit Graves, miastenia gravis, penyakit radang usus, dan sindrom Sjogren.
Penyakit autoimun adalah kondisi medis yang unik di mana sistem kekebalan tubuh Anda menyerang tubuh Anda, seperti dilansir dari laman IB Times. Biasanya, sistem kekebalan tubuh Anda akan melindungi tubuh dari virus dan bakteri. Jika Anda menderita penyakit autoimun, sistem kekebalan tubuh keliru melihat bagian tubuh normal sebagai sel asing. Kesalahan identifikasi ini menyebabkannya melepaskan autoantibodi, yang kemudian menyerang sel-sel sehat. Inilah sebabnya mengapa pasien dengan penyakit autoimun berisiko lebih tinggi terinfeksi corona dan mengembangkan komplikasi yang lebih serius.
Seringkali, pasien dengan penyakit autoimun diobati dengan obat imunosupresan. Walaupun ini dapat membantu pasien mengatasi penyakit kronis, ini juga meningkatkan risiko infeksi corona.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDD menyarankan jika berisiko lebih tinggi untuk komplikasi COVID-19 karena usia atau karena Anda memiliki kondisi medis yang mendasarinya, sangat penting untuk mengambil tindakan untuk mengurangi risiko pajanan.
Michael George, MD, seorang ahli reumatologi dan epidemiologi yang mempelajari infeksi pada pasien dengan penyakit autoimun, harus mengikuti panduan baru ini. "Semakin berisiko Anda, semakin Anda harus mempertimbangkan rekomendasi ini," ujarnya. “Setiap orang harus mengikuti tindakan pencegahan umum seperti mencuci tangan, tidak menyentuh wajah, mata, hidung, atau mulut Anda."