SIAPA namamu? Nama saya Koja, tuan. Saya petugas kecil kelas
teri. Karena suatu kejadian dramatis -- suatu kecelakaan ngeri
hampir terjadi, tapi terhindar karena saya menjalankan tugas --
saya mendapat hadiah. Nama saya Koja, saya rakyat biasa, miskin
dan saya bersukur dapat penghargaan. Ah, Rp 25.000.
Kau mengeluhkan jumlah itu?
Tidak, tidak. Saya tidak mengeluh. Saya berterima kasih. Memang,
hadiah uang itu kecil, mungkin sama dengan beberapa piring
makanan dalam jamuan tuan setiap kali. Tapi saya tak bermaksud
membanding-bandingkan. Saya tahu diri: orang kecil rejekinya
juga kecil. Maksud saya berbicara kepada tuan sekarang ialah
....
Apa, Koja?
Maksud saya ialah untuk menyatakan rasa cemas saya,
jangan-jangan, nama saya akan jadi abadi. Maaf, tuan, saya
takut. Saya takut jadi pahlawan.
Tapi kau memang pahlawan, Koja.
Mengapa, tuan? Saya orang kecil. Banyak orang kecil seperti
saya. Padahal pahlawan tidak bisa bersifat massal, bukan?
Pahlawan tidak terjadi karena tugas rutin, bukan? Tuan tahu
sendiri, saya hanya menjalankan tugas itu. Saya, dan jutaan
orang lain. Lagipula kami lebih banyak bekerja berdasarkan
kebiasaan, mungkin pula instink, bukan karena pengabdian seperti
yang diminta orang-orang besar. Saya bukan tipe orang yang
bercita-cita memindahkan gunung. Saya cuma ingin selalu bisa
memindahkan beras menjadi nasi, di dapur saya sendiri.
Kau teramat rendah-hati. Itu baik. Tapi . . .
Tapi apa, tuan?
Tapi kita butuh pahlawan, Koja. Kita perlu.
Apakah negeri sudah begitu tak berbahagia, tuan, hingga kita
memerlukan pahlawan? Maaf, ini bukan pikiran saya sendiri. Saya
hanya ingat Galileo, dalam lakon Bertolt Brecht: "Tak
berbahagialah negeri yang memerlukan pahlawan". Di negeri yang
malang, seseorang yang memilih untuk jadi manusia, akan tampak
seperti malaikat. Lucu dan menyedihkan, bukan? Atau tuan pernah
baca ucapan Sir Thomas More menurut A Man for All Seasons?
Bagaimana, Koja, kok kau terdengar pedantik betul?
Ah, Sir Thomas sebenarnya tak ingin jadi martelar. Tapi, even at
the risk of being heroes, katanya, ia bertahan dari kebangkrutan
moral manusia di sekitarnya. Bertahan, tuan, bertahan, even at
the risk of being heroes ....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini