Bom Di Nurul Imam

BELUM habis teka teki bom yang ditaruh di kamar kecil RS Immanuel Bukittinggi akhir bulan lalu, baru-baru ini sebuah bom lain menggelegar di Mesjid Nurul Iman di Padang. Kas Kopkamtib Sudomo kepada pers pekan lalu mengatakan "soal itu masih sedang diselidiki". Pembantu TEMPO Muchlis Sulin yang merekam kejadian di mesjid itu telah menemui berbagai fihak. Berikut ini laporannya: Bom waktu itu meledak dengan bunyi yang membahana. Penduduk di sekitar mesjid Nurul Iman baru saja menuju kamar tidur ketika jam 22.20 WIB Kamis malam 11 Nopember lalu, sebuah bunyi ledakan pecah dari mesjid itu. Orang segera berlarian ke sana. Namun petugas keamanan datang lebih cepat, hingga masyarakat umum di halangi untuk tidak memasuki pekarangan mesjid besar itu. Loteng mesjid di lantai satu menjadi berantakan sepanjang 30 x 2 meter. Jendela kaca di beberapa bagian pecah, sementara lobang angin (ventilasi) lantai dua menjadi bolong selebar satu meter persegi. Para petugas keamanan sibuk membereskan dan mengumpulkan sisa pecahan bom yang bakal jadi barang bukti. Begitu juga pecahan kaca dan loteng yang berserakan. Mendekati jam 23.00 Muspida Sumatera Barat sudah berkumpul di tempat itu. Tapi sampai Jum'at pagi memang belum diperbolehkan fihak lain memasuki pekarangan mesjid. Namun esoknya mendekati waktu sembahyang Jum'at mesjid itu dinyatakan dibuka kembali. Meskipun haji Jalaluddin dapat melaksanakan tugasnya sebagai khatib dengan lancar, toh perhatian para jemaah masih tetap tersita oleh sisa ledakan yang terlihat di sana sini. Mesjid Nurul Iman memang satu di antara mesjid terbagus di Padang, terletak di jantung kota. Di sebelahnya ada kantor Kodim 0312. Di sisi yang lain lebih ke utara terdapat stadion Imam Bonjol dan Balai Kota Padang. Dibangun sejak 10 tahun silam dengan biaya lebih dari Rp 300 juta, mesjid yang satu ini kini jadi kebanggaan kaum muslimin. Pembangunannya bukan saja ditopang oleh masyarakat muslim setempat, tapi juga mendapat uluran tangan pemerintah. Presiden Soeharto mengirimkan sumbangan sekitar Rp 40 juta. Anggota panitia pembangunan mesjid tersebut juga lebih banyak di tangan orang pemerintah. Sampai terjadinya ledakan Kamis malam, Nurul Iman sebenarnya sudah berfungsi. Meskipun di beberapa bagian masih dalam tahap penyelesaian. Pemakaian untuk shalat Jum'at baru dimulai sejak dua tahun lalu. Sementara itu bagian lain yang sudah siap digunakan untuk ruangan perpustakaan dan perkantoran. Selain ditunggu para penjaga. orang luar juga biasa tidur di sana. Mereka inilah yang diminta keterangannya sekitar ledakan bom waktu itu. "Delapan orang di antara mereka sedang diperiksa", demikian kata sebuah sumber TEMPO. Kerusakan yang timbul akibat leuakan bom itu sendiri tak seberapa dibanding dengan luas bangunan mesjid. Tapi akibat politisnya yang kini dipersoalkan. Maka pertimbangan keamanan itu pula yang menyebabkan para wartawan Padang tak banyak memperoleh keterangan resmi. Satu dan lain hal untuk menghindari adanya "tafsiran yang macammacam", kata seorang pejabat. Dan beberapa tafsiran tentang bom yang ditempatkan di bawah tangga menuju lantai II itu memang terjadi. Ada yang berpendapat, penempatan bom itu dengan perhitungan yang cukup cermat agar setidaknya bisa menimbulkan ledakan yang lebih keras. Seorang pejabat lain berpendapat bom itu meledak lebih cepat dari rencana semula. "Mungkin unsur-unsur subversi itu merencanakan agar meledak ketika shalat Jum'at", katanya.