PESAWAT supersonik yang baru saja lewat Jakarta -- dalam rangka
promosi rupanya pesawat yang merugi. Dan kekecewaan sudah mulai
menjalar, sampai ke Perancis, negeri yang bangga mempersembahkan
pesawat itu.
Berita kepala dalam Le Figaro yang konservatif: "Concorde --
Suatu kekeliruan?". Dalam Le Quotidien yang liberal kiri berita
kepala itu berjudul: "Concorde -- Kali ini benar-benar
berakhir".
Selama bertahun-tahun orang Perancis menuduh Inggeris sebagai
"bapak tidak setia" dalam program supersonik itu. Tapi keraguan
mengenai hari depan alat transpor yang melebihi kecepatan suara
ini makin santer baik di kalangan pers maupun radio Perancis
sendiri sekarang.
Carter
Iklan terakhir Air France dalam rangka "mengkecapkan" pesawat
ini menyebut Concorde sebagai "Burung terindah di abad ini".
Untuk Le Quotidien, Concorde memang indah dan cepat. Ia sanggup
terbang dengan kccepatan 1500 mil per jam dan membawa 150
penumpang. Tapi toh ini adalah "pesawat yang paling mengejutkan
dan paling lambat lakunya". Dengan demikian, katanya, hari
depannya merupakan "Nol besar"... Pengamat lain, terutama
majalah Le Point, malahan mengatakan bahwa intensitas kerugian
dalam penggunaannya bisa besar.
Prospek Concorde yang makin suram sebetulnya sudah diperkirakan
jauh sebelumnya. Pukulan lain mungkin datang. Terutama apabila
para penguasa kota New York tidak mengizinkan pesawat itu
mendarat di sana. Keputusan mereka sedang ditunggu dengan
harap-harap cemas.
Pesimisme terhadap Concorde ini makin dipertebal lagi dengan
kemenangan Carter dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Ini bersamaan waktunya dengan keputusan pemerintah Inggeris dan
Perancis untuk menghentikan perakitan Concorde sampai ada
langganan yang memesannya.
Hanya 16 Concorde yang kini sedang dibuat dan 5 di antaranya
tidak laku. Tidak ada perusahaan penerbangan lain yang
membelinya, kecuali British Airways dan Air France.
Dalam kampanyenya, presiden terpilih Carter menyatakan
tidak-setuju atas perjalanan udara supcrsonik. Dan ini hanya
bisa tertolong bila ada suatu tekanan diplomatik dari Paris dan
London yang sanggup melunakkan sikap keras Carter terhadap
Concorde. Sebab tanpa hak untuk mendarat di New York, hari depan
bagi suatu perusahaan penerbangan seperti ini pasti suram.
Air France mengoperasikan 4 pesawat penumpang supersonik itu
untuk melayani trayek penerbangan ke Washington dan Amerika
Selatan. Tapi perusahaan itu menghadapi risiko rugi sebesar Rp
1,36 milyar untuk tahun fiskal 1976.
Untuk bisa dapat laba, sebuah Concorde harus terbang selama 2500
jam dan 65% tempat duduknya terisi dalam satu tahun. Target ini
hanya bisa dicapai apabila Washington dan New York dimasukkan
dalam jaring penerbangan melalui Atlantik. Hanya cara inilah
yang memungkinkan Air France dan British Airlines bersaing
melawan perusahaan-perusahaan penerbangan lain, yaitu dengan
jaring penerbangan lintas Atlantik yang "lebih cepat dari
matahari". Dengan demikian, maka perusahaan lain akan terangsang
untuk membeli pesawat itu. Dan pembuatannya bisa diteruskan
lagi.
Pesimis
Baru sekarang dapat dibeberkan bahwa sebenarnya Marcel Dassault,
si perancang Concorde, sudah lama ragu akan hari depan pesawat
ciptaannya. Walaupun itu hanya pendapat pribadi, ia hanyak
mengatakan pesimismenya kepada kawan-kawan dekatnya. Terutama
kepada Jean Jaques Servan Schreiber, pemimpin majalah L'Express,
yang juga pengkritik tajam program mahal itu.
Prospek Concorde sudah pudar ketika industri kapal terbang Eropa
mengalami krisis. Berkurangnya permintaan internasional atas
kapal terbang berbagai jenis telah memukul pabrik Dassault.
Bersama dengan SNIAS, perusahaan lainnya yang telah
dinasionalisasi, tadinya mereka memegang monopoli penuh pesanan
pemerintah akan pesawat-pesawat tempur. Dan keduanya, bersama
dengan Inggeris membuat Concorde.
Pada waktu yang bersamaan, skandal lain dalam pabrik Dassault
menipiskan kepercayaan pemerintah terhadap kerja sama pemerintah
dengan pabrik-pabrik kapal terbang swasta. Seorang akuntan
Dassault, Herve de Volthaire, telah menggelapkan uang sebesar Rp
680 juta.
Nasionalisasi
Dalam pada itu Dassault telah menyatakan sedia bila
perusahaannya dinasionalisasikan. Dewan Nasional sedang
mengadakan penyelidikan tentang cara kerja industri pesawat
terbang dan dana-dana umum yang digunakannya.
Dewasa ini Perancis sedang menjajagi kemungkinan proyek-proyek
kecil dan realistis dalam pembuatan pesawat terbang. Ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran sebagai akibat
dihentikannya pembuatan Concorde. Servan Schreiber menganjurkan
agar "kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan selama 12 tahun
terakhir ini dihentikan". Pabrik Dassault dan SNIAS harus
dilebur jadi satu perusahaan negara. Dan harus membuat
kapal-kapal terbang "yang laku dijual di pasaran".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini