Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Angka baru pengemis & gelandangan

Menurut hasil sensus '80, jumlah gelandangan dan pengemis di jakarta turun menyolok. penurunan angka ini akibat sosial ekonomi mereka lebih baik.

28 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMLAH gelandangan di Jakarta menurun. Setidak-tidaknya terlihat pada angka hasil sensus baru lalu. Dalam sensus 1971 jumlah mereka masih tercatat hampir 30.000. Sedang dalam sensus 1980 hanya tinggal 19.925 orang. Angka-angka itu berari tiap tahun rata-rata 1.000 orang gelandangan berhasil membebaskan diri dari status sebagai tunawisma. Jika benar begitu, mengapa? Kepala Kantor Sensus & Statistik DKI, Bambang Sungkono MA, mengaitkan penurunan angka itu dengan kondisi sosial ekonomi yang belakangan ini, katanya, menjadi lebih baik. Sedangkan Wagub DKI, Sardjono Soeprapto, melihat angka urbanisasi yang "berkurang karena perkembangan kota-kota di luar Jakarta". Menurut Sardjono, ada orang yang 10 tahun lalu bergelandangan, sekarang berhasil meningkatkan taraf hidupnya, bahkan mampu memiliki rumah, walaupun gubuk. (lihat box). Sayang Sardono tak menyebut angka pasti tentang kesuksesan gelandangan di ibukota ini. Catatan terperinci juga tak terdapat di Kantor Statistik DKI. Bahkan pimpinan Biro Penolong Keluarga Sinar Kasih (yang berusaha membina para gelandangan dan pengemis), Ign. Dachlan Setiawan, tanpa ragu mengungkapkan bahwa sebenarnya tak banyak gelandangan yang mau dibina. Karena itu, menurut Dachlan, "saya betul-betul prihatin". Melalui transmigrasi rupanya juga tak membawa hasil banyak. Menurut Kepala Urusan Tuna Sosial Dinas Sosial DKI, Drs. A.C. Sedyo Sarwadi, memang selama tahun anggaran 80/81 sebanyak 313 KK gelandangan ditransmigrasikan. Sayang pelaksanaannya tidak selalu ada dalam tiap dua tahun sekali. Tapi setidak-tidaknya transmigrasi turut punya andil dalam mengurangi jumlah tunawisma di Jakarta. Karim & Sueb Gelandangan dan pengemis berbeda. Golongan pertama punya mata pencaharian: memungut puntung rokok mengumpulkan barang-barang bekas, berdagang kecil-kecilan, kuli, pengemudi becak, juruparkir, tukang cuci mobil dan lain-lain --tapi tak punya tempat tinggal. Pengemis, umumnya berdiam di gubuk-gubuk, bahkan ada yang menyewa tempat tinggal, dengan pekerjaan semau-mata meminta-minta. Perbedaan lain lagi para gelandangan ada yang berhasil ditransmigrasikan dan dimukimkan (seperti di Jonggol, Bogor) setelah dibina di panti-panti khusus. Tapi pengemis: jika tertangkap dalam razia, dipulangkan ke kampung asal mereka dengan dibekali karcis keretaapi, meskipun umumnya mereka kembali ke Jakarta lagi. Jumlah pengemis di Jakarta, menurut sensus 1980, lebih membesarkan hati hanya 147 orang. Dari mana angka ini? Sebab, selain mereka cukup lincah menghindari petugas kota, juga pada waktu sensus 1980 berlangsung banyak mereka pulang ke kampung, seperti Brebes, Tegal, Indramayu. Karim dan Sueb adalah dua warga Jakarta yang secara tetap menyewakan rumah mereka di bilangan Galur, Jakarta Pusat, kepada para pengemis. Satu ruangan berukuran 1 x 2 meter, dipungut bayaran antara Rp 25 sampai Rp 40 setiap orang perhari, paling lama dua minggu. Menurut Karim, bagaikan arus, para pengemis mempunyai jadwal tertentu masuk ke Jakarta -- misalnya sekitar Idul Fitri. Sesudah itu menghilang begitu saja. Waktu petugas-petugas sensus mendatangi rumah sewaan itu, tutur Karim lagi, para pengemis jauh hari sudah pulang ke kampung masing-masing. Dan akhir-akhir ini mereka kembali melayapi pasar-pasar dan perempatan jalan di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus