MAUNYA antimaling, hasilnya lumayan pusing. Inilah pengalaman Muhri, 40 tahun, Sekretaris Desa Drono, Kecamatan Tembarak, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ia mendapat amanah mengambil uang bantuan desa Rp 4.850.000 dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) setempat. Desa itu 10 km di barat Kota Temanggung, di kawasan pegunungan. Di musim panen tembakau seperti hari-hari ini, desa itu rawan maling. Karena petugas keuangan sedang ke luar kota, awal Agustus itu, Muhri, yang sudah 5 tahun jadi sekretaris desa itu, membawa uang tersebut ke rumahnya. Khawatir diincar maling, ia taruh di tempat yang dianggap paling aman, yaitu di dapur. Di situ ada dua tungku. Satu buat sehari-hari, satu cadangan. Ke dalam tungku cadangan inilah Muhri menaruh uang tadi, tanpa memberi tahu istrinya. Padahal, belakangan ini ia tengah panen tembakau, dan di rumahnya ada 25 orang yang sibuk merajang tembakau. Juga makan di sana. Sehari kemudian tungku cadangan tadi dipakai istrinya. Muhri sedang di pekarangan. Begitu ngah, Muhri lemas bukan main. ''Tapi uang itu telanjur terbakar,'' katanya kepada Bandelan Amarudin dari TEMPO. Kepala Desa, Rohmat, memahami musibah anak buahnya. ''Asalkan diganti, tak ada masalah,'' katanya. Camat Tembarak, Suyono, yang tak dilapori, menegur Muhri. Ia lalu mengirim dua petugas ke rumah Muhri. Di situ masih tersisa lembaran uang yang rusak terbakar. Barang bukti itu disimpannya. Jalan keluarnya seperti yang ditempuh Rohmat. ''Saya akan ganti uang itu setelah semua tembakau ini laku,'' kata ayah satu anak itu seraya menunjuk tumpukan tembakau di rumahnya. Harganya Rp 15.000 per kg. Uang bantuan dari pemerintah itu rencananya untuk pengerasan 1,5 km jalan desa. Kini proyeknya ditunda. Ini diumumkan pamong desa kepada warga sambil minta maaf. ''Kalau saling terbuka, akan lebih enak,'' kata Rohmat. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini