Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ulah kerbau, nakhoda lari

Warga kalbut, situbondo, jawa timur geger. sekawanan kerbau menyerbu desa hingga jatuh korban. hewan itu berasal dari perahu yang ditambat nahkoda abdul aziz. kini ia buron.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEDANGKAN di negeri para matador seperti Spanyol, penduduk tak otomatis siap menghadapi amukan hewan bertanduk. Apalagi di Desa Kalbut, Situbondo, Jawa Timur. Pangkal bala adalah perahu layar mesin Baja Utama yang lego jangkar sekitar dua mil dari pantai, sore pada akhir Juli lampau. Perahu berbobot mati 30 ton itu memuat 88 ekor kerbau, 60 kuda, dan 10 sapi. Rencana Nakhoda Abdul Aziz, 30 tahun, hanya istirahat setelah sehari berlayar dari Sumbawa, dan besoknya dini hari akan terus ke Surabaya. Sang nakhoda agaknya alpa dengan tabiat laut. Menjelang malam, air mulai surut. Perahu itu kandas. Ternak yang diikat di dek berontak dan saling seruduk. Tali pun copot. Anehnya, yang unjuk tingkah binal bukanlah kuda, melainkan kawanan kerbau. Begitu tambatannya lepas, mereka berhamburan di sepanjang jalan desa. Warga Kalbut pun kalang-kabut. Namun, sembunyi di dalam rumah ternyata belum sendirinya aman. Sebab, tiba-tiba ada kerbau yang menyelonong. Ruang tamu diobrak-abrik. Amuk kerbau berbobot 500 kg itu menjadi-jadi, kabarnya, karena sudah sehari tak diberi makan. ''Kepala kerbau yang penuh pecahan kaca itu menubruk saya dan anak saya,'' tutur Sutiah kepada K. Chandra Negara dari TEMPO. Mereka parah hingga harus dirawat di RSUP Situbondo. Si kerbau juga mengamuk di desa jiran, Gelung, Kecamatan Penarukan. Korbannya, lagi-lagi, ibu dan anak. Keesokan harinya si kerbau bahkan menyodok seorang penebang kayu. Kerbau gila ini akhirnya tewas didor seorang anggota Perbakin, setelah pengejaran dilakukan bersama penduduk dan polisi. Diperkirakan, kerbau inilah yang menyeruduk Sutiah dan anaknya. Atas persetujuan si pemilik, dagingnya disantap ramai-ramai. Dalam operasi tiga hari, 43 ekor kerbau tertangkap kembali, dan 17 lagi hilang. Diduga, mereka tewas ditelan gelombang Selat Madura. Tiga pemilik kerbau, H. Hasan Abdullah dari Tegal, Muhsin dari Surabaya, dan Drs. Husein, karyawan Depok Sumbawa, memberikan hadiah Rp 15 ribu untuk seekor kerbau yang ditemukan. Selain itu, mereka mengganti Rp 150 ribu untuk pemilik rumah dan tanaman yang rusak. Sejumlah itu pula sumbangan buat Sutiah. Dan dua korban lainnya masing-masing diberi Rp 50 ribu. Tapi masih tersisa ganjalan. Pemeriksaan belum tuntas, Abdul Aziz, yang pamit mengambil dokumen kapal, eh, ternyata ngacir meninggalkan para pemilik dan pengawal ternak. Juga beberapa awak kapalnya. ''Mungkin dia ketakutan,'' kata Kapolres Situbondo Letnan Kolonel Dacosta. Lebih jauh diungkapkannya, polisi akan bertindak nanti jika para korban mengajukan tuntutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus