BABI makan pil antihamil? Inilah kabar dari Desa Lungguak Batu, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, di Sumatera Barat. Sekitar 3 km dari jalan raya BukittinggiMedan, desa itu terpencil dan belum disentuh kendaraan. Cuma ada jalan setapak, plus beberapa kali menyeberangi sungai. Penduduknya 1.300 jiwa. Lebih dari separuhnya meninggalkan desa untuk menjaga ladang dari hama babi hutan. Termasuk anak-anak sehingga banyak yang tak selesai SD. Di situ Ratna Milan bertugas sebagai bidan. Baru berusia 22 tahun, nona cantik ini tiap hari berjalan kaki menyusuri ladang untuk mengajak para ibu agar ikut keluarga berencana terutama pasangan usia subur. Ratna tak bertepuk sebelah tangan, sama seperti cintanya yang sedang bersemi dengan pemuda desa itu. Umumnya penduduk minta diberi pil. Hari berganti hari, bulan bersilih tahun, permintaan pil KB kian meningkat. Pil tambah laris, tapi yang bunting, ya, bunting juga. Cemas kehabisan stok, Ratna menyarankan agar memakai kontrasepsi lain, seperti spiral, susuk, atau suntikan. Tapi penduduk menolak. Ratna lalu mencari info dari beberapa ibu. Terperangah dia. Sebab, pil itu justru diberikan untuk babi hutan. ''Untuk babi?'' giliran H. Bagindo M. Letter kini yang terperangah. Anggota DPRD Tingkat I Sumatera Barat ini memimpin peninjauan ke desa tersebut, akhir Agustus lampau. Seperti dilaporkan Fakhrul Rasyid dari TEMPO, Bagindo Letter kontan minta pejabat Dinas Pertanian Pasaman yang menyertai rombongan agar mengaktifkan buru babi. ''Agar KB berhasil, bantu masyarakat mengatasi hama babi,'' kata anggota DPRD yang mubalig itu. Pil KB dibagikan kepada babi, menurut paham awam penduduk, siapa tahu juga bisa menghadang berkembang biaknya babi yang merusakkan ladang mereka. Pil itu dicampur singkong yang diserakkan di sekitar ladang. Malam si babi muncul. Taburan singkong tidak disantapnya. Cuma diendus. Lalu si babi lari. Mungkin tersengat aroma pil itu. Atau boleh jadi ogah ikutan ber-KB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini