Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip
Arswendy Bening Swara, Aktor Pendukung Pria Terbaik

Berita Tempo Plus

Seorang Jenderal, Seorang Pembunuh

Arswendy Bening Swara berhasil memerankan karakter seorang pensiunan jenderal yang kesepian. Ia kebapakan dan seorang eyang yang baik bagi keluarga. Namun ia membunuh dengan keji seorang remaja dan setelahnya tak merasa berdosa. Bahkan berpura-pura bersimpati saat melayat keluarga korban.

18 Desember 2022 | 00.00 WIB

Arswendy Bening Swara pemeran Purnawinata dalam film Autobiography, di Jakarta, 13 Desember 2022. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Perbesar
Arswendy Bening Swara pemeran Purnawinata dalam film Autobiography, di Jakarta, 13 Desember 2022. TEMPO/Gunawan Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EKSPRESI muka pensiunan jenderal itu begitu menjiwai dalam sebuah remang-remang ruang karaoke ketika menyanyikan lagu “Kaulah Segalanya” dari Broery Marantika. “Memang hanya Tuhan yang tahu segalanya.” Tatkala mengucapkan lirik ini, ia sampai memejamkan mata seolah-olah meresapi kalimat itu ke dalam dadanya. Akting Arswendy Bening Swara sebagai jenderal tersebut mengesankan. Sebab, sang jenderal dalam film itu dikisahkan baru saja membunuh.

“Itu salah satu bagian tersulit dari akting saya di film Autobiography yang disutradarai Makbul Mubarak,” kata Arswendy. Adegan menyanyi itu mengingatkan kita akan kultur bapak-bapak pejabat militer era Orde Baru yang suka berkaraoke menyanyikan lagu-lagu pop cengeng. Tapi, lebih dari itu, adegan tersebut mampu menyodorkan “psikologi militer” sang jenderal yang seolah-olah tak ambil pusing atas tindakan keji yang baru diperbuatnya. Di tempat karaoke tersebut ia seperti melepaskan atau menyembunyikan diri dari pembunuhan. Lirik “hanya Tuhan” seolah-olah sebuah “katarsis” baginya. “Makbul memilihkan lagu itu,” ucap Arswendy.

Tantangan Arswendy menghayati psikologi seorang jenderal pensiunan yang kemudian menjadi pembunuh adalah kesulitan tersendiri. Jenderal itu diceritakan pulang dan tinggal sendiri bermukim di rumah besar keluarga di sebuah desa yang listriknya masih dari genset. Ia berambisi menjadi bupati. Sehari-hari sang jenderal berpembawaan tenang dan kebapakan. Tapi tiba-tiba saat melihat poster pencalonannya dirobek orang ia merasa “diserang”. Ia mencari pelaku (yang ternyata remaja), lalu menghajarnya hingga pemuda itu tewas.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus