Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Awas Kamtib !

Petugas kamtib DKI dan DLLAJR mendapat pengarahan. Dalam kesempatan tersebut pangkopkamtib Sudomo melontarkan gagasan agar istilah kamtib ditinjau lagi. (kt)

28 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MOMOK bagi pedagang K-5. Hantu bagi tukang becak. Tidak dipersenjatai, kalau perlu membawa pentungan karet yang terkadang beraliran listrik. Petugas berseragam cokelat:muda yang memakai helm itu disebut Tibum (Ketertiban Umum), atau lebih tersohor dengan sebutan Kamtib. Rabu, 11 November yang lalu, di hadapan Pangkopkamtib Sudomo, Gubernur DKI Tjokropranolo serta pejabat teras lainnya, ratusan petugas Kamtib DKI dan DLLAJR mendapat pengarahan. Dalam acara itu, Laksamana Sudomo melontarkan gagasan agar istilah Kamtib (Keamanan dan Ketertiban) yang sekarang dipakai dipikirkan kembali. Artinya, perlu ditinjau, apakah nama itu sesuai dengan tugasnya sehari-hari. Sebab sering terjadi tindakan anggota Tibum alias Kamtib dinilai terlalu keras, bahkan sewenang-wenang. Berbagai insiden telah terjadi. Di akarta Utara, tiga pekan silam, rumah seorang komandan regu Kamtib diserbu dan dirusak massa tukang becak. Itu akibat ulah sebuah mobil patroli Kamtib yang menyerempct sebuah becak hingga pengemudinya luka-luka (TEMPO, 14 November). Peristiwa inilah yang mendorong diadakannya pengarahan bagi para petugas Kamtib pertengahan bulan ini di Jakarta. Menurut pengamatan Kasim, seorang penjual es cendol di Jak-Pus, para anggota Kamtib, "kelihatan galak dan tidak pernah tersenyum." Jika ia dan temantemannya melihat mobil patroli Kamtib sekilas saja "kami sudah lari terbiritbirit," kata anak Betawi ini. Sekali tempo karena takutnya, Kosim lari masuk gang kecil sambil mendorong gerobak. Akibatnya sungguh naas, gerobak Kosim menabrak tiang listrik. Tiga gelas dan sebuah stoplesnya pecah berantakan. Ia pernah melihat seorang temannya, penjual soto mie tertangkap basah sewaktu berjualan di jalan protokol. Pikulannya yang berisi mie, kol dan tomat berikut kompor terbalik. Penjual soto mie yang sedang sial ini meratap-ratap, menyembah pada petugas Kamtib agar dagangannya jangan dibawa. "Tapi petugas tetap tidak berperasaan," kata Kosim mengenang nasib temannya. Penjual itu tetap diangkut ke atas truk patroli sambil dimaki-maki. Sudah Bocor "Kami bukan penjahat yang harus dihadapi dengan kekerasan," ungkap Warsijan dengan geramnya. Ia mengaku berdagang sepatu dan sandal di Lapangan Banteng, Jak-Pus itu, memang dilarang. Tapi kalau berjualan di daerah lain, kurang laku. Akhirnya balik lagi ke situ. "Mungkin sudah rezeki saya di sini," kata Warsijan asal Brebes yang berkulit sawo matang itu. Kadang-kadang operasi pembersihan pedagang K-5 sudah bocor lebih dahulu. "Kami telah diberitahu," kata seorang pedagang di pusat Kota Semarang pada TEMPO. Untuk itu para pedagang masing-masing harus memberikan imbalan sebagai 'uang keamanan' yang besarnya Rp 500 per bulan kepada si oknum Tibum. "Itu pasti orang dalam, orang saya," kata Kapten Sunyoto, Kepala Unit Tibum Kodya Semarang. Di kalangan pedagang Palembang, petugas Tibum disindir dengan sebutan petugas yang mengutip dan mengebum. Karena mereka terbiasa mengutip uang rokok pada pedagang kaki-lima dan juga suka mengebum, satu istilah setempat, yang artinya mengusir. Di Ujungpandang, petugas Satgas Bintibum (Pembinaan Ketertiban Umum) terpaksa didampingi seorang mayor infanteri, atau seorang mayor pensiunan yang dikaryakan di Satgas tersebut. Adanya seorang petugas bersenjata rupanya dianggap perlu, mengingat Satgas Bintibum acapkali disambut dengan parang dan badik oleh pedagany kakilima, tukang becak atau pun gelandangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus