Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Suwandi, ayah editor Metro TV, Yodi Prabowo menilai ada kejanggalan dalam pernyataan polisi mengenai sebab kematian anaknya. Salah satu kejanggalan dalam kasus ini adalah kondisi baju Yodi Prabowo yang bersih saat ditemukan. Padahal, polisi menyimpulkan Yodi meninggal lantaran bunuh diri dengan menusuk dada dan lehernya sendiri dengan pisau yang dibelinya dari toko swalayan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika benar Yodi bunuh diri dengan cara menusuk dada dan lehernya sendiri, kata Suwandi, seharusnya banyak darah yang menempel di baju. "Masak iya orang bunuh diri bajunya bersih? Pasti darahnya ke mana-mana,” ujar Suwandi melalui telepon, Senin, 27 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Suwandi, darah yang menempel di tubuh dan pakaian, pasti ada bekasnya.
Suwandi masih belum punya bayangan soal cara bunuh diri Yodi. Dia meminta polisi untuk memperagakan cara anaknya bunuh diri. "Coba kasih tahu ke saya, bunuh dirinya seperti apa? Dia berdiri atau bagaimana, kan enggak pernah dijelaskan."
Jenazah Yodi Prabowo ditemukan di pinggir Tol JORR di Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, pada Jumat, 10 Juli 2020. Jenazahnya ditemukan oleh lima bocah yang sedang bermain layangan. Dua pekan setelah ditemukan, Kepolisian Daerah Metro Jaya menyatakan korban tewas akibat bunuh diri.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Tubagus Ade Hidayat mengatakan bahwa korban mengalami depresi. Faktor itu dilihat dari maksud kunjungan Yodi Prabowo ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat sebelum bunuh diri. Polisi mengatakan Yodi berobat ke bagian spesialis kulit dan kelamin untuk memastikan positif atau tidak menderita human immunodeficiency virus atau HIV.
"Konsultasi ke dokter kelamin apakah ada kaitannya (dengan bunuh diri)? Sangat terkait, karena adanya depresi," ujar Tubagus di kantornya, Sabtu, 25 Juli 2020.
Selain itu, polisi menyatakan bahwa Yodi Prabowo terbukti mengonsumsi narkotika jenis amfetamin atau ekstasi. Pengaruh obat itu diduga menimbulkan efek berani bagi korban untuk menusuk dirinya sendiri.
Ade juga mengatakan Yodi Prabowo mengalami masalah asmara. Masalah itu tersebut melibatkan kekasih Yodi, Suci Fitria, dan L, teman dekatnya. Dalam konflik itu, Yodi berulang kali menyatakan keinginan untuk mengakhiri hidupnya kepada Suci.
"Ini (keinginan mengakhiri hidup) disampaikan berulang-ulang di antara mereka (Yodi dan Suci) ada rencana menikah tahun depan," kata Ade.
Selain faktor asmara, depresi, dan narkoba, polisi menyatakan bahwa Yodi korban juga membeli sendiri pisau untuk menikam dada dan lehernya di di Ace Hardware Rempoa, Tangerang Selatan pada Selasa, 7 Juli 2020. Di tubuh Yodi Prabowo, polisi menemukan 4 luka tusukan dangkal di bagian dada dan leher.
"Berdasarkan psikologi forensik, setiap orang yang bunuh diri ada luka percobaan bunuh diri. Dalam kasus ini, luka dangkal itu (buktinya)," ujar Tubagus.
Petunjuk lain yang dijadikan polisi untuk menyimpulkan kasus ini sebagai bunuh diri adalah ceceran darah di sekitar lokasi kejadian. Menurut Ade, ceceran darah itu hanya ditemukan di tempat Yodi tewas. "Tidak ada ceceran darah di tempat lain kecuali di lokasi korban jatuh, di tembok dekat situ ada, tapi sedikit sekali dan itu milik korban."
M YUSUF MANURUNG | JULNIS FIRMANSYAH