YANG ini kisah polisi beneran. Tapi urusannya bukan razia mobil, melainkan razia judi, tepatnya menggerebek judi sabung ayam. Itu dilakukan Poltabes Bandung akhir Mei lalu. Akibatnya, banyak penjudi ditahan berikut ayam aduannya. Yang jadi perkara ada dua. Penjudi itu perkaranya diproses, ayam itu menjadi perkara dalam arti membuat soal. Sebab, 25 ekor ayam aduan yang statusnya barang bukti itu harus benar-benar dijaga polisi agar tidak mati. Itulah yang membikin pusing polisi yang diakui juga oleh Mayjen. Drs. Sidarto, S.H., Kapolda Jawa Barat. Sebab, ayam-ayam aduan itu ternyata memerlukan perlakuan yang sangat istimewa. Tak mau disamakan dengan ayam biasa. "Masa untuk jatah makanannya saja, kalau diuangkan melebihi jatah ransum polisi," kata Sidarto. Mau tahu menu harian ayam aduan itu? Madu, telur, dan makanan khusus lainnya. Kalau tak ada itu, ayam itu mogok makan, nanti dikhawatirkan mati. Memang, menu harian itu sudah lama dinikmati sang ayam, begitu ia dinyatakan sebagai ayam sabung oleh pemeliharanya. Jadi, amat manja, dan eksklusif. Kendati Pak Polisi sudah berusaha merawat ayam itu dengan baik termasuk menjaga menunya, toh banyak juga yang mati. Pekan lalu, yang masih hidup hanya 6 ekor, jadi sudah 19 ayam yang mampus. "Kami 'kan tidak profesional mengurus ayam. Mungkin ayam-ayam itu ada yang mati karena makan cabai dari sisa nasi bungkus polisi," kata Mayor Murhadi, Kasatserse Poltabes Bandung. Artinya, tak bisa siang malam ayam itu diurusi polisi. Karena khawatir semua barang bukti itu jadi bangkai, dan tak memenuhi syarat diajukan ke pengadilan sebagai barang bukti, Poltabes Bandung akhirnya meminta bantuan Dinas Peternakan untuk mengurus ayam-ayam itu. Semacam "tahanan titipan". Soal menu harian ayam itu, apakah masih madu dan telur, Dinas Peternakan tentu lebih maklum. Siapa tahu ditetapkan pola "diversifikasi pangan" untuk ayam ini, sehingga sekali-sekali mau makan jagung atau beras, ya, seperti kita juga. Yusroni Henridewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini