Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Cara Baru Membungkam Kritik

Sejumlah situs media dan web organisasi masyarakat sipil diretas akun samaran. Taktik kuno di era digital.

29 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktiviitas di kantor LSM CISDI ( Center for Indonesia Strategic Development Intiatives), Jakarta, Maret 2020. TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Peretasan dilakukan secara spesifik kepada media, lembaga, dan individu yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.

  • Serangan dilakukan terpola.

  • Bertujuan membungkam.

HARI itu, 18 Agustus 2020, administrator surat elektronik Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) kewalahan membalas puluhan pesan. Para pengirim pesan melayangkan protes karena menerima surat dari alamat resmi lembaga swadaya masyarakat itu dengan pesan sampah yang berbahaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Rukka Sombolinggi, Sekretaris Jenderal AMAN, kejadian itu merupakan rentetan peristiwa tak mengenakkan selama hampir dua pekan sejak 16 Agustus lalu. Ia menduga pesan berantai itu dibuat para peretas yang mengambil alih peran admin surel resmi AMAN, lalu mengirimkan pesan ke semua kontak yang berinduk di CBN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rukka menduga para peretas tak terima dengan sikap lembaganya yang acap mengkritik kebijakan dan komunikasi politik Presiden Joko Widodo. AMAN, misalnya, mengecam pemakaian baju adat Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, saat Presiden membacakan pidato kenegaraan menjelang Hari Kemerdekaan pada 14 Agustus 2020 di gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat/Dewan Perwakilan Rakyat.

Sebab, pada hari yang sama dengan saat Jokowi membacakan pidato tentang investasi dan kemajuan itu, sejumlah polisi menghancurkan pondok 47 keluarga di Hutan Adat Pubabu dan bertindak kasar terhadap perempuan dan anak-anak. “Kami juga keras menolak omnibus law Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja,” kata Rukka.

Tampilan layar dari laman tempo.co yang diretas oleh akun @edigeembok.

Rainny Situmorang, Direktur Operasional dan Manajemen AMAN, menjelaskan bahwa rangkaian peretasan surel AMAN dimulai pada 16 Agustus 2020 pukul 03.42 WIB. Saat itu, ada surat dari CBN, hosting yang dipakai AMAN untuk induk surat [email protected]. Isi suratnya pemberitahuan bahwa alamat tersebut akan dibekukan. “Kami tak mengacuhkan karena sedang libur panjang,” ujar Rainny.

Mereka baru mengetahui ada peretasan ke surat elektronik pada 18 Agustus 2020. Selama berada di bawah penguasaan peretas, akun surel dipakai mengirimkan pesan sampah ke banyak alamat. Baru pada 21 Agustus 2020 pukul 23.00 WIB, administrator surel AMAN bisa mengambil alih. Dari situ baru ketahuan bahwa peretasnya mengaku bernama Bill Lawrence dan memakai alamat email [email protected].

Tak hanya itu, peretas juga membajak akun Twitter @rumahaman. Peretas menguasai akun itu hingga 21 Agustus 2020 dengan mengganti profil usia menjadi 13 tahun. Baru pada 27 Agustus 2020, admin @rumahaman bisa mengakses kembali akun Twitter itu, tapi jumlah pengikut dan akun yang diikuti menjadi nol. Video kekerasan aparat di Timor Tengah Selatan di akun itu juga tak bisa dibuka.

Peretasan juga melebar ke akun WhatsApp beberapa pentolan AMAN. Berkali-kali Rukka mendapat peringatan ada upaya masuk ke nomornya dari perangkat lain. Menurut Rukka, usaha pembajakan ini juga dia alami tahun lalu, setelah AMAN merilis kritik penanganan Papua. “Makin masif setelah 2017,” katanya.

Bukan hanya AMAN. Pada 18-21 Agustus 2020 itu juga web Center for Indonesia’s Strategic Development Initiative (CISDI), organisasi yang getol mengawal penanganan pandemi virus corona, diretas. Peretas membidik server memakai teknik brute force yang mengandalkan kemampuan meretas sandi. Setelah menguasai server web CISDI, peretas menghapus sejumlah dokumen di situs itu. “Ini usaha pembungkaman,” kata Direktur Eksekutif CISDI Gatot Suarman Ilyas. “Kami akan terus mengawal kebijakan penanganan corona berbasis data yang mendukung kesehatan publik.”

Sehari setelah pembajakan situs CISDI, akun Twitter Pandu Riono juga mengeposkan pesan tak biasa. Pandu adalah ahli epidemi Universitas Indonesia yang juga getol mengkritik manajemen wabah pemerintah yang acakadut. Artikel Kompas.com yang menayangkan pembajakan itu hari berikutnya juga tiba-tiba raib. Artikel baru tayang lagi sehari kemudian.

Tempo mencoba mengontak beberapa pembajak yang berhimpun dalam komunitas-komunitas pembajak. Seorang peretas bersedia bercerita. Ia memakai akun samaran dan menolak nama asli ataupun samarannya ditulis. Menurut dia, media menjadi sasaran para peretas sejak tiga tahun lalu. “Ada usaha merekrut peretas untuk membobol web media dengan imbalan,” ujarnya.

Maka, kata peretas ini, pembajakan web Tempo.co adalah bagian dari serangan yang direncanakan itu. Tempo.co adalah situs berita yang menjadi bagian Kelompok Tempo Media—penerbit majalah ini. Pada 21 Agustus 2020, pukul 00.00 WIB, halaman depan situs ini hanya menayangkan halaman gelap dengan kalimat “Stop Hoax, Jangan BOHONGI Rakyat Indonesia, Kembali ke etika jurnalistik yang benar patuhi dewan pers. Jangan berdasarkan ORANG yang BAYAR saja. Deface By @xdigeeembok”.

Akun @xdigeeembok adalah akun samaran di Twitter dan menjadi pembela kebijakan-kebijakan pemerintah Joko Widodo. Tak lama setelah pembajakan itu, mereka mengeposkan pesan “Malam Jumat ada yg lembur. Mampus… db bye.. bye.. bye..”. Akun ini mengaku meretas akun Tempo memakai lubang bekas pembobolan pembajak pada 2017.

Masalahnya, pembajakan tiga tahun lalu masuk melalui alamat surat elektronik. Pembajakan pekan lalu dilakukan melalui pintu masuk sistem dokumen tempat mempublikasikan artikel-artikel Tempo.co. Pemimpin Redaksi Tempo.co Setri Yasra menduga peretasan ini terkait dengan artikel-artikel yang kritis terhadap pelbagai kebijakan pemerintah. “Ada usaha pembungkaman, tapi tak berhasil,” ujarnya.

Setri melaporkan pembajakan itu ke Kepolisian Daerah Jakarta pada 25 Agustus 2020. Setri melayangkan laporan bersama dengan Pemimpin Redaksi Tirto Sapto Anggoro. Tirto.id dibajak pula pada 18 Agustus 2020, yang baru diketahui tiga hari setelahnya, juga melalui sistem manajemen konten, sehingga peretas menghilangkan artikel-artikel yang mengkritik campur tangan tentara dan Badan Intelijen Negara dalam pengadaan obat infeksi virus corona.

Menurut Sapto, ada tujuh artikel yang dihapus pembajak selama masa penguasaan itu. Tak semuanya soal virus corona. Ada artikel tentang drama Korea dan artikel tentang Partai Demokrat. “Mungkin usaha menyamarkan motif,” katanya.

Tak hanya penghapusan berita, peretas juga mengubah dua berita mengenai kepentingan BIN dan TNI dalam obat corona dan mengenai Gatot Nurmantyo. Berita mengenai Gatot Nurmantyo diganti dengan artikel yang dijiplak dari Kompas.com, lalu berita soal corona diubah judulnya dan ditautkan ke Tempo.co.

Peretasan terhadap situs tirto.id yang mengubah isi artikel berjudul Soal Obat Corona: Kepentingan BIN & TNI Melangkahi Disiplin Sains, pada 22 Agustus 2020.

Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto mengatakan peretasan pada lembaga-lembaga masyarakat sipil, aktivis, dan media merupakan gaya baru pembungkaman. Dia menyebutnya otoritarianisme digital. “Serangan-serangan ini mengadopsi strategi militer yang dilakukan terpola dengan tujuan menggembosi opini publik,” tuturnya.

Dalam analisis SAFEnet, peretasan terbagi dalam beberapa kluster isu: antikorupsi, pemecatan presiden, soal Papua, staf khusus milenial presiden, omnibus law, dan penanganan wabah corona. “Pemerintah tidak bisa membiarkan jika memang bukan pelaku,” ujarnya.

Irene Poetranto dari Citizen Lab, khawatir pembajakan digital menjadi bisnis baru di dunia maya. Pengamatannya sejak 2013 menemukan ancaman-ancaman siber itu persisten dan berjangka panjang karena pembajak terus meningkatkan kemampuan diri ketika pengamanan web makin canggih. “Sementara aktivis dan jurnalis tak kunjung punya pemahaman keamanan siber mumpuni,” katanya. Berkaca dari Meksiko, kata dia, perangkat pengintai yang canggih yang bercokol di negara tersebut, justru menargetkan aktivis dan jurnalis. 

DINI PRAMITA, EGI ADYATAMA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Dini Pramita

Dini Pramita

Dini Pramita saat ini adalah reporter investigasi. Fokus pada isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus