Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Atur Strategi di Musim Dingin

Sejumlah perusahaan aset kripto menyusun strategi menghadapi melemahnya industri koin digital. Ada yang mengurangi jumlah karyawan, ada pula yang gencar mengedukasi masyarakat.

26 September 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemain kripto mematau pergerakan Bitcoin di layar komputer dan telepon seluler di Jakarta, 20 Mei 2021. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA — Sejumlah perusahaan aset kripto mulai mengatur ulang strategi di tengah terjadinya musim dingin industri koin digital. Sebab, harga kripto di pasar jatuh secara drastis dan dalam jangka waktu yang panjang atau disebut sebagai musim dingin kripto alias crypto winter.

Vice President Corporate Communications Tokocrypto, Rieka Handayani, mengatakan perusahaannya telah menganalisis fenomena ini dari berbagai faktor. Menurut dia, musim dingin kripto ini berpotensi menghambat arus investasi di industri kripto dan blockchain. Kendati demikian, ia yakin aliran modal ke sektor tersebut tidak akan berhenti. "Dalam situasi seperti ini, kami harus mampu beradaptasi dengan cepat," ujar Rieka kepada Tempo, kemarin.

Menurut dia, berbagai strategi disiapkan lantaran Tokocrypto yakin situasi tersebut akan berlalu. Adapun situasi lesu yang terjadi di pasar kripto diperkirakan disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya membubungnya inflasi di berbagai negara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rieka mengatakan kondisi bearish (melemah) di pasar koin digital selama ini adalah siklus yang suatu saat akan membalik kembali menjadi bullish (menguat). "Peluang serta potensi di dunia blockchain dan Web3 akan selalu ada dan menarik investor meski dalam situasi market saat ini," ujar dia. Ia yakin investor tidak akan mengabaikan peluang blockchain, apalagi untuk berbagai perkembangannya di masa depan yang lebih dari sekadar arsitektur teknologi untuk kripto.

Untuk bersiap menyambut peluang yang akan datang dan menghadapi tantangan saat ini, Rieka mengatakan Tokocrypto memutuskan melakukan refokus bisnis. Ia mengatakan perseroan akan berfokus ke bisnis inti, yaitu platform pertukaran kripto alias exchange platform. Perusahaan pun memutuskan untuk memisahkan T-Hub dan TokoMall sebagai entitas yang berbeda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

T-Hub adalah ekosistem terbuka yang diciptakan Tokocrypto sebagai sarana edukasi, diskusi, serta mengembangkan berbagai ide untuk mendorong perkembangan investasi aset kripto dan penggunaan teknologi blockchain. Adapun TokoMall adalah layanan pasar atau marketplace untuk non-fungible token (NFT).

Aplikasi Tokocrypto, TEMPO/Ijar Karim

Tokocrypto Melakukan PHK Karyawan 

"Ini membuat kami dari sisi internal harus mentransfer beberapa karyawan ke TokoMall, T-Hub, serta melakukan pengurangan karyawan sekitar 20 persen dari total 227 karyawan," ujar Rieka. Ia memastikan sejumlah perubahan yang dilakukan perusahaan tidak akan berimbas pada standar operasional perseroan.

Menyitir data dari Coinmarketcap.com, beberapa harga koin kripto utama, seperti bitcoin dan ethereum, anjlok signifikan apabila dibandingkan dengan harga pada setahun sebelumnya. Pada Ahad, 25 September 2022, harga bitcoin tercatat berada di level US$ 19.066 per koin, atau turun 55,37 persen dari harga setahun sebelumnya US$ 42.717 per koin. Tak jauh beda, harga ethereum merosot 54,89 persen dari US$ 2.926 per koin pada 25 September 2021 menjadi US$ 1.320 pada tanggal yang sama tahun ini.

Melorotnya harga koin-koin utama ini pun diikuti dengan turunnya nilai transaksi aset kripto di Tanah Air. Menukil data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), nilai transaksi kripto di Indonesia sempat mencapai puncaknya sebesar Rp 133,4 triliun pada Mei 2021. Sejak saat itu, nilai transaksi koin digital ini terus turun. Bahkan, pada Agustus 2022, Bappebti mencatat transaksi kripto sebanyak Rp 16,9 triliun.

Namun lesunya transaksi kripto itu tak membuat perusahaan-perusahaan perdagangan kripto menghentikan aksinya. PT Pintu Kemana Saja, misalnya, masih aktif melakukan edukasi kripto ke kalangan anak muda dengan mensponsori festival musik We The Fest. Sebagai sponsor acara tersebut, perseroan menghadirkan berbagai kegiatan, misalnya aktivitas membagikan tiket WTF dan airdrop crypto hingga puluhan juta rupiah.

"Pintu hadir sebagai sponsor sekaligus memberikan pengalaman baru yang seru dalam perhelatan music festival terbesar ini sambil mengenalkan tentang investasi aset crypto melalui cara yang fun dan diterima pencinta music festival,” ujar Chief Marketing Officer Pintu, Timothius Martin, dalam keterangan tertulis.

Pada Agustus lalu, platform utilisasi kripto pertama di Tanah Air, Qoinpay, diluncurkan dalam pergelaran Coinfest Asia 2022 di Bali. Direktur Qoinpay, Setiawan Adhiputro, mengatakan perseroan siap bekerja sama dengan pemerintah dan terus mendukung regulasi yang berkaitan dengan pemanfaatan aset kripto. "Kami akan senantiasa memperhatikan regulasi yang berlaku dan akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat, serta menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintah. Dengan begitu, ekosistem kripto semakin berkembang," ujar dia, dilansir Antara.

Setiawan berharap kehadiran perseroan dapat memberi warna baru bagi industri kripto di Tanah Air. Apalagi, menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat adopsi kripto yang pesat. Data Asosiasi Blockchain Indonesia mencatat bahwa pada Februari 2022 ada 12,4 juta orang pemilik kripto di Indonesia.

Senior Research Associate Indonesia Financial Group (IFG) Progress, Ibrahim Kholilul Rohman, mengatakan saat ini perusahaan-perusahaan digital, termasuk industri kripto, tengah berupaya bertahan setelah banyak perusahaan modal ventura mengalihkan portofolio investasinya. "Selama bertahun-tahun, perusahaan digital menjadi destinasi perusahaan modal ventura untuk menanamkan uangnya, peluangnya sedang berkembang, orang senang menanam. Begitu ada krisis, inflasi, dan lainnya, investor mulai realistis. Daripada ke perusahaan digital, mereka menarik diri," kata dia.

Dalam situasi tersebut, Ibrahim mengatakan perusahaan digital dituntut untuk bertahan dengan suntikan modal yang semakin terbatas. Salah satu upayanya adalah mengurangi jumlah pegawai agar sesuai dengan kebutuhan. Pasalnya, ujar dia, sebelum seretnya likuiditas, perusahaan digital kerap menikmati pendanaan yang hampir tak terbatas. Mereka pun cenderung merekrut pekerja di luar kebutuhannya. Padahal mereka belum memiliki produk ataupun purwarupa.

Dengan situasi yang semakin berat, industri digital akhirnya menyadari kebutuhan yang sesungguhnya. "Sekarang waktunya mereka sadar, mungkin mereka enggak membutuhkan beberapa jenis pekerja. Jadi, mereka menyaring berapa karyawan yang dibutuhkan, dan itu terjadi di industri kripto," tutur Ibrahim.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, berpendapat industri kripto tengah berhadapan dengan turunnya optimisme publik terhadap pertumbuhan aset digital. Musababnya, kini investor mulai mengalihkan modalnya ke aset yang lebih aman seiring dengan naiknya inflasi global yang mendorong kenaikan suku bunga acuan bank sentral.

"Sejak Fed rate naik agresif, yang paling terpukul adalah sektor teknologi, aset kripto tidak terkecuali. Winter aset digital bisa berlangsung setidaknya satu hingga dua tahun ke depan sampai penyesuaian moneter di negara maju berubah menjadi lebih longgar," kata dia.

CAESAR AKBAR | VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus