Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bahaya Diet Ketofastosis, Kurang Gizi dan Gangguan Siklus Haid

Ahli gizi menyarankan agar orang-orang yang ingin menjalani diet ketofastosis mempertimbangkan lagi keinginannya karena alasan kesehatan.

15 Maret 2018 | 19.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi diet. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh ramping dan ideal adalah idaman setiap wanita. Untuk mendapatkannya, berbagai usaha dilakukan, salah satunya mengurangi asupan makanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbagai jenis diet juga bermunculan, seperti diet mayo dan paleo. Jika Anda penggemar diet, pasti pernah mendengar diet yang pernah tren, yaitu diet ketofastosis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diet ini merupakan gabungan antara ketogenik dan fastosis. Ketogenik merupakan pola makan rendah karbohidrat, tinggi lemak, dan sedang protein. Sedangkan fastosis adalah puasa dalam keadaan ketosis.

Ketosis sendiri adalah kondisi ketika hati manusia sedang memproduksi keton, atau produk sampingan dari metabolisme lemak, untuk digunakan sebagai sumber energi seluruh tubuh, terutama otak. Ketosis hanya terjadi ketika tubuh tidak lagi memiliki asupan karbohidrat atau glukosa.

Dengan demikian, diet ketofastosis ini mengharamkan glukosa dan karbohidrat. Singkat kata, alih-alih membakar glukosa dan karbohidrat, tubuh akan menggunakan lemak untuk diubah menjadi energi.

Diet ini diklaim cukup efektif. Beberapa pengikut diet ini bahkan mengaku dapat menurunkan berat badan hingga 5 kilogram dalam sebulan. Namun apakah menurut ahli diet yang tren sejak akhir tahun 2016 ini sehat?

Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Jakarta Dr Elvina Karyadi tidak menyarankan diet ini dilakukan. “Kalau dari ahli gizi, kami merekomendasikan diet gizi seimbang, yaitu membatasi asupan dan menyeimbangkan kalori yang masuk dengan keluar,” katanya, beberapa waktu lalu.

“Memang berat badan cepat turun, tapi kita tidak tahu efek jangka panjangnya bagaimana,” ucapnya.

Asupan gizi seimbang yang dimaksud Elvina adalah konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak. Umumnya, tubuh manusia memerlukan 1.200 kalori dari karbohidrat. Pada diet ketofastosis, asupan karbohidrat akan dihilangkan sama sekali sehingga menyebabkan gizi yang diterima tubuh tidak seimbang. Padahal gizi yang cukup sangat diperlukan, terutama pada wanita.

Ketika tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, produksi hormon akan terpengaruh sehingga siklus menstruasi akan kacau dan meningkatkan risiko infertilitas. Selain mengkonsumsi gizi seimbang, Elvina tak lupa menyarankan olahraga untuk mempercepat pembakaran kalori. Bahkan, jika memang perlu, buatlah jadwal konsultasi dengan ahli gizi atau orang yang berkompeten.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus