BANJIR besar yang melanda Padang 27 November lalu merendam 3/4
kawasan kota yang luasnya 33 km persegi itu. Yang terparah
Kecamatan Padang Barat, yang nyaris terendam seluruhnya,
kemudian sebagian Kecamaran Padang Timur dan Selatan. Balaikota
Padang di jantung kota dikelilingi genangan air sampai setinggi
1 meter. Pasar sebelahnya juga terendam. Hubungan antar kampung
dengan pusat pasar macet total. Kendaraan umum tidak satu pun
yang bisa liwat.
Kantor-kantor dan sekolah di jalan Jenderal Sudirman dan
sekitarnya juga dikepung air. Gubernuran Padang juga dikelilingi
air, halamannya yang nyaris 2 ha itu bagai danau mini. Ada 4
kampung yang terendam total Belakang Tangsi, Sawahan, Alang
Lawas dan Purus. Penduduk terjebak, ridak bisa keluar rumah.
Jalan Purus, Raden Saleh, Palinggam dan Pasar Gadang, juga jalan
Moh. Yamin SH di tengah kota, tidak bisa dilewati.
Hujan lebat yang turun Senin tengah malam sampai Selasa sore itu
sudah diperkirakan mendatangkan bencana. Di Ujung Tanjung --
tempat pengukuran ketinggian air -- terjadi kenaikan sampai 2,5
meter. Ini belum sempat mencapai kritis, sebab biasanya mencapai
ketinggian 3 meter seperti tahun lalu. Meski begitu regu-regu
penolong disiapkan juga oleh Muspida Padang untuk menghadapi
bahaya yang bakal terjadi. Untunglah banjir besar kali ini tidak
mengundang malapetaka jatuhnya korban manusia seperti tahun
lalu. Namun ada 2 tempat di sekitar Padang dilanda longsoran
pinggiran bukit yang ambruk.
Di jalan Sutan Syahrir menuju Teluk Bayur, pinggiran bukit, yang
di atasnya terdapat tempat persediaan air dan pemakaman keluarga
Turki, longsor menimpa jalan. Akibatnya hubungan Padang-Teluk
Bayur liwat Sutan Syahrir macet. Kendaraan menuju pelabuhan
dialihkan liwat Gurun Lawas dan Bukit Putus.
Reservoir milik PAM memang rawan, sebab sebagian fondasinya
copot. Ini bisa menimbulkan bencana lain jika longsoran terjadi
lagi. Ada 5 bangunan penduduk di bawahnya yang bisa hancur
tertimbun. Tapi penduduk di sana sudah disiagakan. Untungnya,
sampai Selasa sore ketika longsoran disingkirkan dengan
alat-alat besar bahaya macam itu belum terjadi. Pihak PU kini
sedang melakukan upaya memperkecil kemungkinan terjadinya
malapetaka.
Longsoran di Bukit Meru. dekat Sungai Beremas di Selatan Yadang
menimbun jalan raya Padang-Pesisir Selatan. Hubungan putus dari
Padang ke kabupaten itu. Tapi sampai Rabu telah berhasil
dipulihkan setelah alat-alat berat sebuah pemborong dari Taiwan
dikerahkan.
Banjir belakangan ini memang menimbulkan keluhan meluas.
Penduduk menuding pihak Balai Kota yang dianggap tidak segera
mencoba menanggulangi kemungkinan bahaya. "Naga-naganya dari
hari ke hari banjir makin menyusahkan kita," kata seorang
penjual sayur di emperan toko jalan Niaga. Pedagang kecil yang
tinggal di Palinggam ini tadinya berjualan di pasar Tanah Kongsi
tak jauh dari jalan Niaga. Karena pasar terendam, ia terpaksa
mencari tempat yang lebih tinggi.
Seorang pejabat di kantor Gubernur mengaku upaya mencegah banjir
yang dilakukan Pemda Padang nyaris tidak ada. "Kita tidak tahu
mengapa ini bisa terjadi," kata pejabat itu. Ada yang bilang,
Pemda Kodya Padang belum punya konsep penanggulangan banjir.
Benar? "Secara terencana dan meluas memang belum," kata Drs.
Zuiyen Rais Kepala Team Perencana Pemda Padang. Itu tak berarti
Pemda berpangku tangan.
Riul-Riul
Ada juga yang dilakukan meski baru kecil-kecilan -- secara tidak
langsung. Misalnya membangun riul-riul tertiair, sekundair dan
primair secara bertahap. Ini pun masih sangat terbatas, sebab
baru sepanjang 15 km, kurang dari separuh riul yang ada. "Untuk
5 tahun dana yang tersedia cuma sekitar Rp 128 juta," kata
Zuiyen Rais.
Walikota Padang sendiri Hasan Basri Durin, membenarkan bahwa di
dalam kota masih banyak penyebab bahaya banjir. Bukan saja riul
yang tersumbat tapi juga makin banyaknya bangunan baru yang
tumbuh di luar pengawasan. Dan itu kadangkala dilakukan tidak
berencana. Tiga sungai di sana juga makin mendangkal ditimbuni
lumpur: Batang Arau, Kuranji, Batang Muar. Air selalu melimpah
jika hujan turun terlalu lebat.
Selain itu banjir kiriman juga jadi penyebab utama. Di sekitar
hulu yang jauhnya lebih dari 100 km dari Padang, terjadi
penggundulan hutan. "Bagaimana kita mencegah itu di luar
wewenang kota," kata Zuiyen Rais. Karena itu pula Walikota
Padang menyebut bahwa penanggulangan banjir jangka panjang
memang memerlukan perencanaan lebih luas. Tidak hanya melibatkan
Pemda Padang tapi juga Pemda Propinsi.
Dan sebelum rancangan itu rampung, perlu penelitian. Pihak
kotamadya sudah siap-siap. "Kota sudah minta bantuan PU
Propinsi, tapi belum ada jawaban," kata Hasan Basri Durin.
Tampaknya tidak bisa lain, banjir besar begini masih akan
merutin. Bila hujan lebat turun, warga kota Padang mesti selalu
siap. Sebab jangankan untuk mencegah, rancangan penanggulangan
banjir pun sedang digarap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini