Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bank Indonesia Awasi Ketat Rupiah

Krisis perekonomian Argentina dan Turki berdampak ke negara lain.

1 September 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bank Indonesia Awasi Ketat Rupiah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Nilai tukar rupiah kembali terperosok menyentuh level 14.711 per dolar Amerika Serikat berdasarkan kurs tengah JISDOR Bank Indonesia. Di pasar spot antarbank, rupiah sempat menyentuh level 14.900 per dolar AS. Pelemahan rupiah ini utamanya disebabkan oleh rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (Fed Fund Rate) yang ketiga kalinya pada September ini. Tekanan lain berasal dari krisis perekonomian serta anjloknya nilai tukar Argentina dan Turki.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan bank sentral akan terus mengawasi rupiah secara ketat. "Kami intensifkan untuk melakukan intervensi, khususnya dalam dua hari ini kami tingkatkan intensitas dan volume intervensi di pasar valas," ujarnya di Jakarta, kemarin. Bank Indonesia juga gencar melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. "Dari pagi sampai siang kami sudah membeli Rp 3 triliun SBN."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perry menuturkan, untuk mengimbangi pelemahan rupiah tersebut, lembaganya terus membuka kegiatan lelang FX swap (kontrak jual-beli pada waktu yang sama) dan swap lindung nilai (hedging). Dia berharap fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh perbankan maupun pelaku usaha. "Market lelang FX swap kemarin sudah US$ 400 juta," ucapnya.

Dia mengatakan pelemahan ini tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. "Kondisi ekonomi Indonesia kuat dan tahan, tapi tentu saja kami akan tetap mewaspadai apa yang terjadi di negara lain, khususnya di Turki dan Argentina."

Perry membandingkan sejumlah indikator perekonomian Indonesia, khususnya tingkat inflasi yang terjaga rendah. Berdasarkan survei Bank Indonesia, hingga pekan keempat Agustus, inflasi keseluruhan mencapai 3,24 persen (year-on-year). Selain itu, bank sentral terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar, utamanya dari sisi pengendalian pelebaran defisit neraca transaksi berjalan (CAD).

Upaya yang dilakukan bersama pemerintah di antaranya pembatasan impor, penggunaan bahan bakar minyak campuran B20, penundaan sejumlah proyek, hingga peningkatan penggunaan tingkat komponen dalam negeri. "Hal-hal itu yang membedakan kita dari negara lain, apalagi jika dibandingkan dengan Turki dan Argentina," kata Perry.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution khawatir dampak pelemahan rupiah semakin lama bukan tak mungkin dapat berimbas pada inflasi. "Mungkin saja lama-lama inflasi terpengaruh dari imported inflation," ucapnya.

Dia tak menampik dampak dari pelemahan rupiah perlahan terasa pada paruh kedua tahun ini. Sedangkan upaya untuk membatasi impor diakui tak mudah untuk dilakukan. "Walaupun kita berupaya untuk mengendalikan impor, tetap saja sebenarnya perlu barang-barang itu," kata Darmin.

Ekonom dari Center of Reform on Economics Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan sejumlah upaya pemerintah cukup konkret untuk mengurangi CAD dan menjaga kurs rupiah. "Namun memang semuanya belum berdampak. Kami masih harus menunggu paling cepat satu triwulan untuk merasakan dampaknya," katanya. GHOIDA RAHMAH | KARTIKA PUTRI


Melemah Sejak Awal 2018

Sejak awal tahun, nilai tukar rupiah telah terdepresiasi sebesar 5,81 persen. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS justru semakin dalam seiring dengan tekanan gejolak perekonomian global. Berikut ini sejumlah faktor penyebab lesunya kurs rupiah:
>> Rencana bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) sebanyak empat kali tahun ini
>> Kebijakan reformasi perpajakan AS
>> Kebijakan tarif dagang dan proteksionisme perdagangan AS
>> Perang dagang antara AS dan Cina
>> Krisis perekonomian dan anjloknya mata uang sejumlah negara berkembang, seperti lira Turki dan peso Argentina
>> Kinerja neraca perdagangan Indonesia didominasi defisit akibat derasnya laju impor
>> Defisit neraca transaksi berjalan (CAD) tahun ini melebar hingga US$ 25 miliar

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus