Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Shinta Kamdani, mengatakan kalangan pelaku usaha mulai menyiapkan diri mengantisipasi pelemahan kurs rupiah yang semakin dalam. "Saat ini yang kami lakukan adalah benar-benar menghitung risiko dan strategi selanjutnya karena sepertinya segala respons yang dilakukan pemerintah dan BI masih belum terlalu berpengaruh mengerem laju pelemahan rupiah," ujarnya kepada Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shinta menuturkan, mau tak mau dunia usaha membuka peluang untuk melakukan sejumlah penyesuaian terkait dengan perencanaan bisnis. "Jadi, posisi terbaik kami adalah bersiap dengan risiko terburuk," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyayangkan tak adanya solusi instan yang dapat ditempuh saat ini. Upaya penarikan devisa hasil ekspor (DHE) dan pembatasan impor memang bisa membantu memperbaiki kinerja nilai tukar, tapi di sisi lain prospek pelemahan itu masih terbuka. "Oleh karena itu, yang bisa dilakukan pengusaha saat ini adalah bersiap."
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan tak semua upaya pemerintah untuk mendorong stabilitas rupiah diapresiasi oleh pasar. Misalnya, upaya pengendalian impor yang dilakukan pemerintah direspons sebagai sikap kepanikan. "Ini terlalu mendadak, sehingga menjadi sentimen negatif yang menunjukkan pemerintah tak memiliki persiapan jangka panjang dalam menghadapi ini, sehingga semua jalan pintas dicoba," ucapnya.
Terlebih, daftar 900 komoditas impor yang rencananya dibatasi juga tak kunjung diumumkan. Hal itu dapat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku usaha. "Apalagi ada bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan industri tapi dibatasi. Ini bisa merugikan pelaku usaha domestik sendiri," ujarnya. Akibatnya, banyak pengusaha memilih menyimpan uangnya di luar negeri atau tak melakukan konversi DHE ke dalam rupiah untuk sementara waktu. "Ini sebagai langkah preventif kebijakan pengendalian impor." GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo