Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Banyak Bintang, Copot Saja

30 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENUNGGU Presiden Yudhoyono mengumumkan perombakan kabinet, Tempo mengundang sejumlah tokoh untuk mengomentari orang-orang yang santer disebut bakal disetip dari daftar menteri. Mereka yang urun rembuk adalah pakar hukum tata negara dari Universitas Andalas Saldi Isra, Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) Danang Widiyoko, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi, dan pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Iman Sugema.

Selain diminta menyusun rapor merah dan biru para menteri, mereka juga diminta memberikan angka dari satu hingga lima. Skor tinggi diberikan kepada menteri yang paling layak diganti, skor rendah kepada menteri yang layak dipertahankan. Hasilnya? Kebanyakan menteri ternyata berkinerja suram.

Sunariyah

Hatta RajasaMenteri Perhubungan

Hatta, 54 tahun, pernah menjabat Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam pemerintahan Megawati. Sebelumnya, alumni Institut Teknologi Bandung ini pernah menjadi Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional, dan menjadi Ketua Fraksi Partai Reformasi DPR pada 1999-2000. Hatta pernah menjadi Presiden Direktur PT Arthindo pada 1982-2000.

Iman menilai Hatta gagal total dan harus bertanggung jawab atas semua kecelakaan yang terjadi dalam dua tahun terakhir. Tulus meminta Presiden tidak sungkan mencopot Hatta.

Hamid AwaludinMenteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Hamid, 47 tahun, dikenal dekat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Itu sebabnya posisi doktor hukum dari American University, Amerika Serikat, ini diperkirakan akan kukuh. Saldi Isra menilai Hamid telah mencoreng citra pemerintah dalam memberantas korupsi. Penilaian yang sama datang dari Danang Widiyoko. "Hamid dan Yusril menjadi batu sandungan dan beban bagi SBY," kata Danang. Hamid diduga terlibat dalam korupsi di Komisi Pemilihan Umum. Ia juga menyetujui penggunaan rekening Departemen Kehakiman untuk menampung fulus Tommy Soeharto. Terakhir ia keserimpet lagu Indonesia Raya dalam iklan Undang-Undang Kewarganegaraan. Yang positif dari Hamid adalah ia telibat aktif dalam proses perdamaian antara RI dan GAM. Ia juga sukses mengeluarkan Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia No. 12 Tahun 2006.

Aburizal BakrieMenteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Aburizal, 61 tahun, menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat sejak Desember 2005. Sebelumnya ia menjabat Menteri Koordinator Perekonomian. Aburizal adalah pendiri kelompok usaha Bakrie. Alumni Institut Tekno-logi Bandung ini juga aktif di Partai Golkar dan pernah menjadi anggota MPR serta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri.

Ical dinilai tidak layak menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. "Lebih pas kalau gelarnya Menteri Kesengsaraan Rakyat, karena kesejahteraan nyaris tidak muncul dari tangannya," kata Tulus Abadi. Iman Sugema bersuara lebih keras. Menurut dia, pemerintah SBY-JK akan rusak jika tetap mempertahankan Ical. Aburizal dianggap bertanggung jawab atas tragedi lumpur Lapindo. Posisinya sebagai pemilik kelompok usaha Bakrie juga membuat ia tidak netral sebagai menteri.

Yusril Ihza MahendraMenteri Sekretaris Negara

Yusril, 51 tahun, pernah menjadi Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati. Ia juga ditengarai telibat dalam pencairan duit Tommy Soeharto. Danang menilai guru besar hukum tata negara ini memacetkan upaya pemerintah memberantas korupsi. Sedangkan Saldi menganggap keberadaan Firma Hukum Ihza & Ihza, milik Yusril, menimbulkan konflik kepentingan dalam tugasnya sebagai menteri. Ia pernah diperiksa KPK dalam kasus dugaan korupsi pengadaan sistem identifikasi sidik jari otomatis di Departemen Hukum dan HAM. Ia juga dianggap tidak kooperatif dalam pemberantasan korupsi di lingkungan Sekretariat Negara. n

Saifullah YusufMenteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal

Saifullah, 43 tahun, adalah kader Partai Kebangkitan Bangsa yang loncat pagar ke Partai Persatuan Pembangunan. Ia sebetulnya tak punya pengalaman di birokrasi dan dianggap tak punya visi dalam memimpin kementeriannya. Tapi posisi politiknya membuat dia bertahan. Namun, menurut Danang, "Dia berhasil menarik perhatian publik untuk memperhatikan daerah tertinggal." Kata Tulus, "Jabatannya hanya untuk politik."

SugihartoMenteri Negara Badan Usaha Milik Negara

Sugiharto, 52 tahun, pemain lama dalam dunia bisnis. Sebelum menjadi menteri, dia adalah Direktur Keuangan dan Administrasi PT Medco Energi Internasional. Dia juga pernah memegang jabatan komisaris di beberapa anak perusahaan Medco.

Menurut Iman, Sugiharto membuat beberapa BUMN gonjang-ganjing. Dia juga dinilai tidak bisa mengkoordinasi bawahannya, sehingga lambat meningkatkan kinerja BUMN. Sisi negatif Sugi lainnya adalah menurunnya laba bersih BUMN dari Rp 44,2 triliun pada 2004 menjadi Rp 42,3 triliun pada 2005. Saham Perusahaan Gas Negara juga dianggap tidak mencapai target Rp 3 triliun. Rapor biru Sugiharto, dari kas BUMN ia berhasil menyetor dividen ke pemerintah Rp 12,7 triliun dari target Rp 8,9 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus