Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Beda Pandangan Politik, Pendukung Trump Kirim Sejumlah Bom Pipa

Cesar Sayoc, pendukung Presiden Amerika Trump, terkena 5 dakwaan federal terkait kepemilikan bahan peledak dan terancam hukuman 48 tahun penjara.

30 Oktober 2018 | 11.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mencuit mengenai kondisi di negaranya, yang dinilai diwarnai kemarahan antar kelompok sosial hingga kelompok politik. Dia menuding media dan pemberitaan yang keliru ikut berperan memunculkan kemarahan publik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca:

Teror Bom Pipa, FBI Tangkap Tersangka di Florida Amerika

 

“Ada kemarahan besar di negara kita disebabkan, sebagiannya, oleh laporan berita yang tidak akurat bahkan menipu. Media berita bohong, yang merupakan musuh rakyat sebenarnya, harus menghentikan sikap bermusuhan terbuka dan terang-terangan. Dan melaporkan berita secara akurat serta adil. Itu akan berdampak banyak untuk memadamkan nyala api,” kata Trump lewat akun Twitter @realdonaldtrump pada Senin, 29 Oktober 2018 waktu setempat.

Trump juga mencuit beberapa hari sebelumnya mengenai sikap kebencian yang muncul di tengah publik AS.

 

Baca:

“Media berita bohong melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk menyalahkan Partai Republik, kelompok konservatif, dan saya atas munculnya kondisi perpecahan dan kebencian yang telah berlangsung lama di negara kita. Sebenarnya, laporan berita mereka yang bohong dan tidak jujur itu yang menyebabkan munculnya masalah jauh lebih besar dari yagn mereka pahami,” kata Trump.

Selama dua pekan terakhir ini, seperti dilansir Reuters, publik AS dihebohkan oleh pengiriman bom pipa kepada sejumlah tokoh dan media yang kerap mengkritik dan dikritik Presiden Trump.

Pelaku, yang akhirnya tertangkap sepekan kemudian, bermama Cesar Sayoc, seorang bekas penari telanjang, yang mendukung Presiden Trump dan tidak menyukai kelompok liberal dan Partai Demokrat.

Dan pada akhir pekan lalu, seorang lelaki bernama Robert Bowers, 46 tahun, mendatangi Sinagoga Tree of Life dan menembaki jamaah yang sedang berdoa. 11 orang tewas dalam penembakan massal, yang menjadi serangan paling mematikan dalam sejarah komunitas Yahudi di AS, seperti dilansir Reuters.

Jaksa menuntut Bowers dengan 29 dakwaan dalam kasus yang disebut sebagai kejahatan kebencian. Sidang perdana kasus ini telah digelar pada Senin, 29 Oktober 2018 dan akan kembali digelar pada Kamis pekan ini.

 

Baca:

 
 

Tindak kejahatan kebencian juga terjadi pada pekan lalu, seperti dilansir situs NPR. Saat itu Gregory Bush, 51 tahun, menembak mati dua warga kulit hitam Maurice Stallard, 69 tahun, dan Vickie Lee Jones, 67 tahun, di sebuah supermarket di Jeffersontown, Kentucky.

Bush, sebelum melakukan penembakan, diketahui sempat berusaha memasuki sebuah sebuah gereja yang mayoritas jamaahnya kulit hitam. “Ada indikasi Bush memilih targetnya karena warna kulit mereka,” begitu dilansir NPR.  

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump (kanan), dan anggota DPR AS, Adam Schiff, kiri. Fox News

Mengenai Sayoc, 56 tahun, yang menjadi tersangka pelaku pengiriman bom buatan amatiran namun bisa meledak, dia adalah seorang pendukung Trump dan Partai Republik.

Dia menyebar tidak kurang 14 bom pipa dalam amplop manila dan mengirimkannya lewat layanan pos surat ke sejumlah tokoh. Para penerima seperti seperti bekas Presiden Barack Obama, eks Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, donatur Partai Demokrat George Soros, bekas Wakil Presiden Joe Biden, media liberal CNN hingga aktor Hollywood peraih Oscar Robert De Niro, yang pernah mengkritik Trump dalam berbagai isu.

 

Baca:

Cesar Sayoc ditangkap petugas pada pekan lalu di daerah Plantation, Florida, di dekat sebuah mal terbuka yang menjual suku cadang otomotif. Petugas juga menyita mobil van putih yang ditempeli stiker mendukung Trump dan stiker tokoh Demokrat dengan gambar lingkaran target tembakan di bagian wajah.

Penggemar olah raga binaraga ini bekerja di sebuah klub penari telanjang. Dia menulis di akun LinkedIn miliknya bahwa dia adalah seorang koreografer dan agen pemesanan untuk penari telanjang pria serta pertunjukan dewasa burlesque.

Sayoc mengunggah pandangan politiknya, seperti dilansir CNN, menggunakan dua akun Facebook, dan tiga akun Twitter. Dia juga mengunggah foto provokatif, dan meme bersifat menyerang tokoh-tokoh liberal dan Partai Demokrat.

Sayoc, yang pada 2016 tercatat sebagai pemilih Partai Republik di Florida. Sebuah rekaman video di Facebook menunjukkan Sayoc mengenakan topi “Make America Great Again” dalam sebuah pawai mendukung Trump.

 

Baca:

Saat ditanya soal tindakan Sayoc ini, Trump mengatakan dalam wawancara dengan Fox bahwa orang itu telah gila sejak lama.

“Dia itu sudah gila sejak lama. Anda lihat catatan medis, dia gila sejak lama,” kata Trump mencoba menjauhkan dirinya dan posisi politiknya dari Sayoc seperti dilansir CNBC.

Soal sikap Trump selama in, tokoh DPR dari Partai Demokrat, yang juga anggota Komite Intelijen, mengkritik pernyataan-pertanyaan Trump, yang dianggap memecah belah rakyat AS.

“Presiden ini memiliki modus operandi memecah belah kita. Tidak cukup pada hari tragedi dia mengatakan hal yang tepat jika setiap hari sepanjang tahun dia mengatakan hal-hal yang membawa kita kepada konflik satu sama lain,” kata Schiff, yang keturunan Yahudi kepada CNN seperti dilansir Reuters pada Ahad, 28 Oktober 2018 pasca penembakan sinagoga.

 

Baca:

Sayoc, yang tinggal di mobil van, juga pernah menyerang tokoh politik yang berseberangan dengan Partai Republik yaitu Wali Kota Andrew Gillum dari Tallahassee, yang berlomba untuk menjadi gubernur Florida, negara bagian tempat Sayoc tinggal. Dia menyerang Gillum lewat Twitter sebanyak 80 kali pada Oktober 2018.

Pada unggahan lain, Sayoc membagikan teori konspirasi dan artikel yang menyerang Hillary Clinton, yang menjadi pesaing politik Trump untuk posisi Presiden AS pada 2016.

Untuk menunjukkan bentuk dukungan kepada Trump, Sayoc mengunggah sebuah video yang direkam sendiri dan memperlihatkan dia mengikuti salah satu pawai politik bekas pengusaha properti yang menjadi politisi itu.

Sayoc juga mengancam bekas Wapres Joe Biden lewat cuitan. “Ayo Trump Trump Trump. Hei Joseph Robinette Biden Jr dan Eric Himpton Holder Sr. Omong kosong kamu bicarakan di tempat matahari tidak bersinar saja. Kami akan menghadapi ancaman-ancamanmu langsung ke wajahmu,” kata dia pada kesempatan lain.

Sejumlah paket bom pipa dikirim dalam amplop ke rumah bekas Presiden Obama, bekas Menlu Hillary, dan kantor media CNN. Chicago Tribune

Pada persidangan perdana Senin, 29 Oktober 2018, Sayoc membaca dokumen dakwaan atas dirinya di pengadilan federal Florida. Dia terkena lima dakwaan federal dan, jika divonis bersalah, bisa terkena vonis penjara hingga 48 tahun. Media melaporkan Sayoc terlihat emosional dengan mata merah dan berair. 

Polisi menemukan ada 100 nama dalam daftar yang dibuat Sayoc. Sebagian orang-orang ini merupakan tokoh politik Partai Demokrat Amerika yang telah dikirimi bom pipa oleh Sayoc. 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus