Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pertemuan pra-KTT G20 akan berlangsung secara offline dan online.
Pemerintah berupaya menghalau varian Covid-19 Omicron dalam pertemuan G20.
Epidemiolog mendorong pertemuan G20 berlangsung secara virtual untuk mencegah penularan Omicron.
JAKARTA – Pemerintah menyiapkan pertemuan-pertemuan pra-Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Nusa Dua, Bali, bulan ini, secara hibrida, yakni penggabungan antara pertemuan secara tatap muka dan virtual. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran varian virus corona B.1.1.529 alias Omicron.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong, mengatakan peserta di dalam negeri bisa bertemu secara langsung. Namun delegasi dari negara daftar larangan masuk Indonesia hanya bisa bertemu secara virtual. “Agar delegasi dari negara-negara tempat varian Omicron tetap bisa ikut,” kata Usman kepada Tempo, kemarin. "Sekarang, belum tahu negara mana saja."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Delegasi negara yang diperbolehkan masuk tetap diwajibkan menjalani karantina selama tujuh hari. Usman menyatakan tidak ada dispensasi aturan kesehatan meski mereka merupakan perwakilan negara sahabat di forum kerja sama ekonomi tersebut.
Usman menyatakan Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengatur pemenuhan kebutuhan teknologi untuk mendukung konferensi secara offline dan online ini, termasuk lokasi-lokasi tertentu yang memiliki jaringan tercepat, 5G. "Meski ke depan situasi membaik, hal itu tetap kami siapkan,” ujarnya.
Pemerintah terus memantau perkembangan sebaran varian Omicron. “Kita lihat nanti seperti apa. Kalau harus diantisipasi, akan diperketat. Kalau membaik, akan diperlonggar," kata Usman. "Ini berlaku juga untuk G20.”
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato ihwal pembukaan presidensi G20 Indonesia, di Istana Negara, Jakarta, 1 Desember 2021. BPMI Setpres
Indonesia memegang Presidensi Group of Twenty (G20) selama setahun penuh, yaitu pada 1 Desember 2021-November 2022. Serah-terima presidensi dari Italia kepada Indonesia berlangsung pada 31 Oktober 2021 di Roma. Momen puncak kepemimpinan Indonesia adalah saat menjadi tuan rumah KTT G20 pada November 2022.
Di masa kerjanya, Indonesia mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger". Pemilihan tema itu berlatar belakang fokus Indonesia soal penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.
Presiden Joko Widodo menyebutkan masa presidensi Indonesia di G20 akan digunakan untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang. Plus untuk membangun tata kelola dunia yang lebih adil. Indonesia pun berupaya memperkuat solidaritas dunia dalam mengatasi perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan serta menggalang komitmen negara maju membantu negara berkembang. “Kebersamaan adalah jawaban atas masa depan,” kata Jokowi dalam acara Kick Off Presidensi G20, kemarin.
Kepada Tempo, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan pemerintah terus memantau sebaran Omicron Covid-19. Ia menyebutkan semua perkembangan akan dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan G20. “Kesehatan dan keselamatan selalu menjadi prioritas pemerintah. Pemerintah terus berkomunikasi secara intensif dengan para epidemiolog dan WHO,” ujar Retno, kemarin.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan pertemuan-pertemuan pra-KTT G20 yang ada kemungkinan diadakan pada kuartal I 2022 akan sangat bergantung pada perkembangan data varian Omicron dalam tiga hingga empat pekan ke depan. Menurut dia, sekarang masih terlalu dini untuk memiliki keyakinan dalam memutuskan seberapa aman penyelenggaraan berbagai pertemuan di tiga bulan awal 2022.
Dicky menilai data awal varian Omicron menunjukkan mutasi virus Covid-19 ini serius dan 1,3 kali lebih cepat menular dibanding varian Delta—biang keladi gelombang kedua pandemi di Indonesia pada Juni dan Juli lalu. Namun data ini belum cukup memadai untuk membuat suatu keputusan.
Dengan perkembangan situasi terakhir dari serangan Omicron, Dicky mengusulkan agar pertemuan-pertemuan yang mungkin dilakukan pada kuartal I 2022 digelar secara online. “Sembari menunggu perkembangan situasi, sebaiknya virtual dulu. Terlalu berisiko. Tak hanya untuk Indonesia, tapi juga seluruh dunia,” kata dia.
DIKO OKTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo