Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Belajar Galak di Jakarta

Basuki Tjahaja Purnama mendapat kepercayaan penuh dari Jokowi. Dia pun menularkan sifat galak kepada Jokowi.

30 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang dikenal dari seorang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok? Galak, tegas, ceplas-ceplos, dan… tampan. "Banyak cewek yang senang. Kalau foto-foto, Pak Wakil Gubernur mesti berhati-hati," kata Gubernur DKI Jakarta yang kini nonaktif, Joko Widodo, pada suatu waktu.

Kebersamaan lebih dari 20 bulan memimpin Ibu Kota Jakarta membuat Jokowi merasa telah mengenal Ahok luar-dalam. Begitu pula sebaliknya. Sekalipun Jokowi kini menjadi calon presiden, dan karena itu Ahok naik menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta, keduanya tetap dekat.

"Jokowi sudah seperti kakak buat saya," ujar Ahok dalam sebuah wawancara khusus di ruang kerjanya di Balai Kota pada Selasa pekan lalu.

Saat hanya berdua, Ahok mengungkapkan, mereka bisa berbicara tentang banyak hal, bukan cuma masalah Jakarta. Urusan rumah tangga pun bisa tersambar. Ahok juga menasihati balik Jokowi agar berhati-hati.

Menurut dia, Jokowi yang kerap blusukan dan bertemu dengan lebih banyak orang setiap hari justru lebih membutuhkan nasihat itu. Namun, kata dia, Jokowi menghadapinya dengan santai. "Aku kan enggak kayak Wagub," ucap Ahok mengulangi jawaban bosnya di Balai Kota itu.

Mantan Bupati Belitung Timur itu tak pernah lupa saat pertama kali bertemu dengan Jokowi. Dia menyebut ada peran seorang tentara berpangkat mayor jenderal dari Badan Intelijen Strategis. Tentara "palsu", begitu Ahok menyebut sang Mayjen.

Saat itu, Februari 2012, Ahok masih duduk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Sang Mayjen datang. Dia mengaku sebagai sahabat Joko Widodo dan ingin mencarikan partai buat Jokowi dan Ahok maju sebagai pasangan gubernur-wakil gubernur.

Sang Mayjen meminta Ahok ikut ke Solo bersama dia keesokan harinya. Ahok, yang sempat ragu, akhirnya berangkat. Pukul 11 siang, mereka tiba di Loji Gandrung-Balai Kota Solo-dan langsung disambut Jokowi, pengusaha mebel yang menjadi wali kota. "Ia baik dan ngomongnya halus," kata Ahok tentang kesan pertamanya pada pria kurus berwajah ndeso tersebut.

Setelah berbincang dua jam, mereka kemudian makan siang bersama. Di tengah perjalanan, di dalam satu mobil yang sama, Ahok bertanya kepada Jokowi tentang perwira TNI yang menjadi makcomblang. Tak ia sangka, Jokowi terkejut mengira tentara itu teman Ahok.

Anshory Tadjudin, perwira tersebut, saat ini bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Afganistan. Dihubungi pada pekan lalu, Anshory menolak memberi klarifikasi.

l l l

Masih di tahun yang sama, medio Oktober, Jokowi-Ahok naik pelaminan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ahok mengaku menyukai ide-ide Jokowi yang dia sebut out of the box. Dari keberpihakan kepada pedagang kaki lima sampai isu keberagaman dan minoritas.

Komitmen Jokowi dalam pemberantasan korupsi pun, menurut dia, sudah dibuktikan melalui kerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan untuk memantau transaksi di pemerintahan. Ahok pun mendukung langkah Jokowi yang membuka lebar pintu bagi swasta untuk bekerja sama. Dua poin ini yang membuat Ahok mengaku rela menjadi seorang wakil-bukan gubernur.

"Tak perlu diragukan," ujarnya sambil menambahkan, "beliau pantas menjadi gubernur."

Tapi bukan berarti kebersamaan tanpa pertanyaan. Ahok mengakui ada beberapa kebijakan Jokowi yang dianggapnya "kebablasan". Proyek monorel dan revitalisasi Kota Tua adalah dua kebijakan yang mendapat catatan dari Ahok.

"Tapi, di antara semua itu, aku senang karena Pak Jokowi percaya. Dia tahu aku enggak mungkin khianati dia. Aku kerja buat dia," tuturnya.

Selama memimpin Jakarta, Jokowi juga tak pernah marah kepadanya. Perbedaan pendapat paling berat justru saat ia mengusulkan penggantian Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah. Di sini Jokowi menunjukkan ketegasannya. Dia menolak dengan alasan ingin menunggu sampai penunjukan sekretaris daerah yang baru. Ahok pun pada akhirnya tak bisa berbuat apa pun.

Seorang anggota staf di kantor wakil gubernur yang mengetahui hubungan antara Ahok dan Jokowi mengatakan tak ada pembagian tugas yang rigid di antara kedua pemimpin Jakarta itu. Blusukan dan menjaga anggaran, kata dia, terbagi otomatis menurut karakter masing-masing.

Dia juga memastikan Ahok memegang prinsip sebagai orang nomor dua yang mengikuti orang nomor satu. "Tapi orang nomor dua menjaga agar orang nomor satu tidak ambil keputusan salah," ucapnya sambil menambahkan, "seperti suami-istri."

Kini, setelah 20 bulan berlalu, Ahok mendapati pasangan yang kerap disebutnya "bos" itu sudah mulai berubah. Pada masa awal menjabat, menurut dia, Jokowi masih berkarakter halus. Belakangan, Jokowi tertular menjadi lebih galak.

Dia mencontohkan dulu Jokowi paling banter hanya menggertak bawahannya dengan kalimat, "Nanti tak (saya) tinggal kalau enggak mau ikut." Sekarang, Ahok mengungkapkan, kalimat Jokowi bisa lebih keras. Misalnya, "Jangan main-main sama saya, saya bisa pecat Anda."

Murka Jokowi, Ahok memperingatkan, lebih berbisa ketimbang sikapnya yang selama ini dikenal meledak-ledak. Dia menyatakan Jokowi marah dengan diam. Dingin. "Kalau sudah malas sama orang, dia tinggal aja. 'Lu ngundang gua, gua enggak datang.' Orang satu partai, ya, dicuekin kalau dia enggak mau ketemu lagi," ujar Ahok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus