Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JOKO Widodo kini nyaris tak punya waktu luang. Sebagian besar waktunya tersita untuk persiapan pemilihan umum presiden 2014. Sabtu dua pekan lalu, misalnya, ia mengumpulkan tim ahli di kawasan Puncak, Bogor, untuk persiapan debat calon presiden sesi ketiga. Ketika turun kembali ke Jakarta pada sore harinya, Jokowi tak lantas berleha-leha. Di atas Kijang Innova yang membawanya ke Ibu Kota, ia berdiskusi dengan Rizal Sukma soal politik luar negeri.
Di sepanjang jalur pantai utara ketika blusukan ke Jawa Barat dua pekan lalu, Jokowi tampak serius bertukar pikiran soal pertahanan dan keamanan dengan Muradi, dosen Universitas Padjadjaran, Bandung. Jokowi mesti bersiasat dengan waktu. "Kami selalu menyertakan teman diskusi di setiap perjalanan," kata aktivis antikorupsi Teten Masduki dari tim sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla, pekan lalu.
Muradi, Teten, Andi Widjajanto, dan Direktur Eksekutif Center Strategis for International Studies Rizal Sukma adalah sebagian kecil tim ahli di belakang Jokowi. Merekalah yang menyiapkan Jokowi dalam debat calon presiden.
Persiapan Jokowi tak berlangsung instan. Sudah sejak dulu Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri membentuk tim, yang dimotori Cornelis Lay. Tim Sebelas-demikian nama tim itu-bertugas memantau perkembangan hasil sigi elektabilitas Jokowi. "Tim ini khusus dibentuk Megawati," ujar Andi Widjajanto, sekretaris tim pemenangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Anggotanya dari pelbagai kalangan. Dari kalangan internal PDIP ada putra Megawati, Prananda Prabowo, dan Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto. Cornelis mengajak serta rekan kerjanya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jaleswari Pramodhawardani. Anggota lain adalah dosen Universitas Airlangga, Hariadi; dosen Universitas Indonesia, Makmur Keliat; dan konsultan marketing communication Romanus Sumaryo. Dihubungi pekan lalu soal penjaringan akademikus ini, Cornelis enggan berkomentar. "Saya tak melayani wawancara."
Tugas tim ini selesai ketika Jokowi resmi menjadi calon presiden dari PDIP. Meski bubar, tim ini tak lantas berhenti bekerja. Menurut Andi, tim berubah nama menjadi Tim Guyub, yang bermarkas di Jalan Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat. Tugasnya menyiapkan calon wakil presiden untuk Jokowi. Mereka juga menggodok konsep pemerintahan ketika kelak PDIP memerintah. Konsepnya disesuaikan dengan ajaran Tri Sakti Sukarno, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian secara sosial-budaya. Di sinilah Prananda mengambil peran. "Prananda adalah kamus berjalan ajaran Bung Karno," kata Jaleswari.
Tim pun memecah diri agar kinerjanya efektif. Sebagian membentuk kaukus di bidang pertahanan, ekonomi, politik, hingga kebudayaan untuk menjaring masukan dari masyarakat. Kaukus ekonomi, misalnya, meminta masukan dari luar partai, seperti dari dosen Institut Pertanian Bogor, Iman Sugema; dosen UGM, Sri Adiningsih; dan ekonom Hendri Saparini. Pandangan ekonom partai, Arif Budimanta, turut didengar.
Jaleswari dan Rizal Sukma menggawangi bidang pertahanan dan politik luar negeri. Jaleswari wira-wiri di kaukus perempuan dan kebudayaan. Kaukus ini menjaring masukan sejumlah aktivis perempuan, seperti Toety Heraty, Gadis Arivia, Nursyahbani Katjasungkana, Maria Hartiningsih, dan Anis Hidayah. Sedangkan Teten dan Andi ditugasi khusus mengawal Jokowi.
Ketika PDIP mendaftarkan Jokowi-Kalla ke Komisi Pemilihan Umum, tim terus bergerak di bawah tanah. Secara resmi PDIP mendaftarkan tim pemenangan yang dikomandani Sekretaris Jenderal Tjahjo Kumolo. Para ahli dan akademikus dipimpin politikus PDIP, Muhammad Prakosa; substansi dikawal Sukardi Rinakit; serta debat digawangi Maruarar Sirait. "Tugas kami menyiapkan materi," ujar Prakosa.
Tim mesti meracik visi-misi Jokowi-Kalla agar ringkas. Andi mengatakan mereka sepakat membuat tim kecil yang disebut Tim Empat-dikenal pula dengan nama Tim Substansi. "Tim ini mengawal dokumen visi-misi," kata Andi. Anggotanya adalah Jaleswari, Ari Dwipayana, dan Makmur Keliat. Mereka bekerja di bawah koordinasi Cornelis. "Saya hanya diminta pandangan terkait dengan isu politik," ucap Ari.
Belakangan, Rektor Universitas Paramadina nonaktif, Anies Baswedan, bergabung dengan Jokowi karena Jokowi-Kalla menawarkan kebaruan dalam pendekatan pemerintahan. "Kita tak ingin pendekatan lama dipakai memimpin negeri," ujar Anies, yang jadi juru bicara tim. Jokowi dan Anies langsung klop. Mereka acap berdiskusi di pesawat. "Kalau ngobrol pakai bahasa Jawa," kata Teten.
Tim "bawah tanah" dan tim resmi berkejaran dengan waktu. Apalagi kala itu Jokowi masih aktif sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tak ingin mengganggu kesibukan sang Gubernur, pertemuan acap digelar Jumat malam. Lokasinya berpindah-pindah. Salah satunya rumah dinas Gubernur DKI di Jalan Taman Suropati. "Di atas pukul sembilan, kami diskusi satu-dua jam," ucap Jaleswari.
Jokowi tetap menjadi poros penyusunan visi-misi. Tim Guyub plus Tim Empat mendengarkan konsep Jokowi, lalu menerjemahkannya agar ringkas. Tapi tak jarang merekalah yang menyodorkan ide. Salah satu gagasan orisinal Jokowi adalah revolusi mental. Gagasan ini diramu Tim Empat menjadi visi dan misi Jokowi-Kalla yang disetor ke KPU.
Memasuki masa debat, para akademikus makin intensif bertemu. Sejak Rabu menjelang debat, mereka dikumpulkan di Jakarta untuk menggodok materi debat. Diskusi dan simulasi kian intensif hingga dinihari. Akibatnya, seorang anggota tim sempat ambruk. Kegiatan tanpa jeda ini tak luput dari perhatian Megawati. "Jangan terlalu capek, jaga kesehatan," kata Megawati dalam peringatan setahun meninggalnya Taufik Kiemas, awal Juni lalu.
Dalam persiapan debat, mereka berkolaborasi dengan tim Jusuf Kalla. Salah satunya Eep Saefulloh Fatah. Urusan penampilan di depan kamera dipercayakan kepada Rosianna Silalahi, Riza Primadi, dan istri Eep yang bekas presenter Metro TV, Sandrina Malakiano. Simulasi dilakukan di Jalan Subang, Menteng. Mereka bertanggung jawab atas gaya bicara, kecocokan waktu, dan pembagian pembicaraan. Awalnya ada keinginan mengubah gaya bicara Jokowi, tapi mereka memutuskan Jokowi tampil apa adanya.
Anggota tim juga selalu mendampingi Jokowi. Ketika berkampanye di Papua, Jokowi didampingi Alexander Lay dari tim hukum. Anies menemaninya ketika bertandang ke Bandung dan Yogyakarta. Pendalaman materi dilakukan ketika sarapan, di sela makan siang, atau ketika di pesawat.
Pada akhir safari ke Jawa Tengah, Sabtu dua pekan lalu, Jokowi mengumpulkan tim ekonomi di The Royal Surakarta Heritage, Solo. Mereka berdiskusi soal substansi permasalahan ekonomi selama hampir enam jam. Persoalan substansi selesai sehari sebelum debat. Setelah itu, Jokowi dibiarkan rehat sekejap. Sebelum debat pertama, Jokowi memilih memeras keringat di lapangan futsal. "Agar rileks dan fresh," ujar Andi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo