Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI sebuah kamar kos di bilangan Baciro, Yogyakarta, musik Led Zeppelin mengentak memecah malam. Musik band cadas asal Inggris yang diputar lewat tape mini compo itu menemani Joko Widodo belajar dan berkutat dengan diktat kuliahnya. "Jokowi selalu belajar tiap malam ditemani musik rock," kata Riyo Slamekto, 53 tahun, teman sekamarnya. "Boleh dibilang dia tidak bisa belajar tanpa mendengarkan musik cadas."
Saat kuliah di Universitas Gadjah Mada, Jokowi tinggal di rumah kos di kawasan Baciro itu bersama Riyo dan Ernawan. Sementara Jokowi kuliah di Fakultas Kehutanan, kedua temannya dari Solo itu di Jurusan Perikanan. Mereka bertiga menempati satu kamar kos seluas 3 x 6 meter. Ketiganya tidur beralas tiga kasur kecil tanpa dipan. Tidak banyak perabot yang ada dalam kamar selain lemari, meja kecil, dan rak buku.
Riyo menuturkan dia dan Jokowi sama-sama penggemar musik. Jokowi memboyong puluhan koleksi kaset rock-nya dari Solo. Tumpukan koleksi kaset itu bersanding dengan buku-buku kuliah Jokowi yang ditata di rak. Riyo masih mengingat beberapa koleksi kaset milik Jokowi, antara lain Led Zeppelin, Deep Purple, Rolling Stones, dan Genesis. Di rak itu juga terdapat beberapa majalah Tempo. "Jokowi terbiasa membeli majalah itu secara eceran sejak awal dia kuliah," ujar Riyo, kini dosen di Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.
Dalam berpenampilan, tutur Riyo, Jokowi bergaya seperti umumnya para penggemar musik rock. Selama kuliah, rambut Jokowi gondrong. Dia juga gemar mengenakan kaus berwarna gelap yang ditutup dengan jaket hitam. Celananya jins belel. "Tapi dia tak pernah memakai gelang, kalung, anting, ataupun aksesori lain yang biasa dikenakan para penggemar rock," katanya.
Meski suka mendengarkan musik, Jokowi sama sekali tak pandai bernyanyi. Saat memutar musik, ia hanya mengikuti lirik lagu sembari bergumam tidak jelas. Kadang dia memainkan gitar ketika berkumpul dengan teman-teman kosnya. Namun Jokowi juga tidak mahir bermain gitar. "Kuncinya banyak yang ngawur," ujar Riyo sembari terkekeh. Padahal Jokowi sudah belajar main gitar sejak sekolah menengah pertama. Dia memiliki gitar yang dibelikan ibunya. Sedangkan gitar yang berada di tempat kos bukanlah milik Jokowi. "Saya yang membawanya dari rumah," kata Riyo, yang ketika mahasiswa sempat menjadi personel band di kampus, mengenang.
Kegemaran Jokowi pada musik cadas mulai bertunas sejak dia belia, pada 1977. Saat itu, dia bersekolah di SMP Negeri 1 Solo, yang letaknya dekat dengan Stadion Manahan. Setiap pulang sekolah, kadang berjalan kaki atau membonceng sepeda temannya, Jokowi melewati rumah yang menghadap stadion. Rumah besar berhalaman cukup luas itu merupakan studio sekaligus markas band rock Terenchem. "Setiap hari saya berhenti untuk menonton mereka memainkan musik rock. Dari situlah kecintaan saya terhadap musik rock muncul," ujar Jokowi dalam sebuah perbincangan dengan Tempo.
Saat itu, band Terenchem sudah terkenal. Konser yang digelar mereka selalu dipadati penonton. Band cadas itu beranggotakan Bambang S.P. (drumer), Bernard S. Parnadi (vokal), Bambang Dorn Dar (lead guitar), Bagong Indriyanto (gitar), Bambang Oen Damoera (bas), dan Oni Picauri (keyboard). Musikus dan pengusaha Setiawan Djody pernah menjadi pemain pengganti di band itu. "Kami kerap membawakan lagu Led Zeppelin dan Rolling Stones," ucap Setiawan Djody.
Menurut Djody, mereka sering berlatih di studio yang juga rumah vokalis dan pemain bas Terenchemt. Studio itu tertutup di dalam ruangan. Hanya, mereka kerap membawa amplifier ke luar dan bermain di halaman. Kebetulan halamannya teduh, banyak pohon besar yang menaungi. "Saat bermain di halaman itulah banyak yang datang menyaksikan kami," katanya.
Djody, 65 tahun, mengenang saat itu banyak anak remaja yang rutin nonton Terenchem berlatih. Para personel band itu akhirnya menjadi akrab dengan anak-anak remaja tersebut. "Mereka kami ajak berkenalan satu-satu. Nah, salah satu di antara mereka itu adalah Jokowi," ujarnya.
Hanya, Djody tak tahu persis pada umur berapa dia berkenalan dengan Jokowi. Yang dia ingat, saat itu Jokowi rutin datang melihat Terenchem berlatih. "Karena itu, saya pun kemudian hafal wajahnya. Dulu dia (Jokowi) berambut gondrong-gondrong tanggung."
Setelah banyak berkiprah di Jakarta, Djody tak aktif lagi ikut Terenchem. Pada 1990-an, ia sempat membentuk band Kantata bersama Iwan Fals dan Sawung Jabo. Ketika Kantata menggelar konser di Solo pada 1991, Djody mengaku bertemu kembali dengan Jokowi. "Saya ingat betul, jam tangan Jokowi hilang saat nonton konser Kantata di Solo. Hilang saat dia berdesak-desakan dengan ribuan penonton," ujarnya.
Menonton konser musik juga menjadi hobi Jokowi. Dia sempat nonton konser Ucok AKA dengan aksi makan ayam hidup di atas panggung. Jokowi juga berada di antara ribuan penonton ketika Metallica manggung di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 21 tahun silam. Dan, ketika Metallica kembali menggebrak Jakarta pada 25 Agustus 2013, Jokowi ikut menyaksikan bersama sekitar 70 ribu penonton di Stadion Gelora Bung Karno.
Jokowi juga tetap rajin menonton konser musik rock ketika dia menjadi Wali Kota Solo. Dia menyaksikan aksi Iron Maiden saat band rock dari Inggris itu menggelar konser di Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta, pada 2011. Pada tahun yang sama, dia hadir dalam konser band beraliran nu metal asal Amerika, Linkin Park, di Senayan, Jakarta.
Tak hanya di dalam negeri, Jokowi juga menonton konser musik rock di luar negeri. Salah satunya konser Judast Priest di Singapura pada Februari 2012. Dan ia terkagum-kagum pada aksi panggung band cadas asal Inggris itu. Salah satunya ketika sang vokalis, Rob Halford, beraksi memutar gas sepeda motor besar Harley-Davidson di atas panggung. Deruman motor yang garang bersahutan dengan dentuman drum menjadi sajian musik yang menarik. "Itu salah satu konser musik rock terbaik yang pernah saya tonton," katanya.
Tampaknya menonton konser musik rock tak bisa ditinggalkan Jokowi. Hanya, setelah menjadi wali kota dan gubernur, dia tak lagi bebas melakukan moshing dan headbang. Yang menarik, setiap nonton konser, Jokowi selalu memilih di kelas festival, berdiri bersama penonton lain. "Di sanalah suasana konser lebih terasa," ujarnya.
Ya, musik rock seperti sudah menjadi bagian dari setiap tarikan napas Jokowi. Awalnya dia menyangka kesukaannya pada musik cadas itu hanya sesaat. Cuma kesenangan anak muda yang akan hilang di hari tua. Ternyata tidak. Sampai kini di usianya yang memasuki 53 tahun, Jokowi masih tetap menikmati musik keras itu. Di sela-sela kesibukannya yang padat, dia masih menyempatkan diri mendengarkan musik, baik di rumah maupun di dalam mobilnya.
Hanya, kini Jokowi tak lagi menikmatinya lewat koleksi kasetnya. Tapi dia memutar musik rock lewat cakram padat (CD). Puluhan koleksi kasetnya yang sempat dibawa ke rumah dinas Gubernur DKI di Menteng, telah diboyong kembali ke rumahnya di Solo. Belakangan, Jokowi banyak membeli CD musik rock dari 1970-an hingga 1990-an. Di antaranya Led Zeppelin, Metallica, Red Hot Chili Peppers, Linkin Park, dan Lamb of God. "Saya mencintai semua musik rock yang keras karena di situ ada semangat, pendobrakan, dan lirik-liriknya luas, tidak hanya soal cinta, tapi juga mengenai lingkungan, antikorupsi, serta peperangan," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo