Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bentoel rakitan kiawa

Sebelas kud di sekitar desa kiawa, manado, bergabung dalam perusahaan kerajinan industri rakyat mandala (kir mandala). mereka mendirikan pabrik kretek. pt bentoel ditunjuk jadi bapak angkat.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LUMBUNG cengkeh terbesar, yakni Kabupaten Minahasa, akan merintis jalan ke industri kretek. Langkah itu diawali di desa Kiawa, 40 km selatan Manado. Dua hektare kebun cengkeh dibabat dikonversi menjadi pabrik kretek. Kamis pekan lalu, pembangunan pabrik dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Ketua BPPC, Tommy Soeharto. Pabrik cengkeh itu diberi nama Mandala, diambil dari nama Hutomo Mandala Putera. Pemiliknya adalah sebelas KUD di sekitar Kiawa yang bergabung dalam perusahaan Kerajinan Industri Rakyat Mandala (KIR Mandala). Untuk itu, mereka telah menyiapkan modal Rp 500 juta, sedangkan investasinya dianggarkan Rp 3 milyar. Bisnis kretek memang tidak semudah membakar rokok. Maka, di bawah pimpinan Jance Worotitjan, petani cengkeh dari Kiawa yang kini menjabat Sekjen BPPC (Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh), KIR Mandala meminta PT Bentoel, Malang, menjadi bapak angkat. Peter Sondakh, yang baru saja mengambil alih Bentoel, menanggapi permohonan itu dengan antusias. "Ini merupakan peluang Bentoel untuk memperluas pasar," ujar Sondakh. Dalam kerja sama itu, pihak Bentoel akan mengalihkan teknologi secara bertahap. Pertama, Bentoel akan memberikan teknologi pembungkusan sigaret kretek lintingan tangan merek Saga. Selanjutnya, Bentoel akan memberi latihan melinting. Baru pada tahap akhir, Bentoel akan mengalihkan teknologi meramu tembakau, cengkeh, dan saus. Bahan baku pabrik rokok itu akan dipasok Bentoel dan harus dibeli oleh Mandala. Setelah rokok dibungkus, KUD-KUD anggota KIR Mandala akan menangani pemasarannya. Praktis, KIR Mandala akan merakit kretek Saga, mirip Astra yang merakit mobil Kijang. KIR Mandala akan memproduksi 750 juta batang SKT per tahun. Ini langkah besar. "Kapasitas produksi 750 juta batang per tahun itu sudah termasuk kelas menengah dalam Gappri," kata Ketua Gappri, J. P. Soegiharto Prajogo. "Mutu produk Mandala dijamin sama dengan produk Bentoel, Malang," kata Sondakh. "Namun, harganya akan jauh lebih murah dari buatan Bentoel. Cukainya lebih ringan," katanya. Di luar dugaan, izin Saga belum diproses. "Saya tidak tahu ada proyek ini," kata Gubernur Sulut, C. J. Rantung. Max Wangkar dan Jalil Hakim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus