Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berakting sebagai pemain wayang

Kakek sanmursadi, 80, dan nenek karsiyem, 76, merayakan ulang tahunnya dengan berakting sebagai pemain wayang seperti mereka dulu. sang kakek memainkan buta cakil dan si nenek memainkan arjuna. (ina)

14 Juni 1986 | 00.00 WIB

Berakting sebagai pemain wayang
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MERAYAKAN ulang tahun perkawinan dengan mengenangkan satu adegan dari profesi bersama di masa lalu dilakukan akhir April lalu oleh Kakek Sanmursadi, 80, dan Nenek Karsiyem, 76, dari Desa Karangtalun, Banyumas, Jawa Tengah. "Saya sudah menabung Rp 250 ribu selama lima tahun untuk acara ini," kata si kakek bersemangat. Menjelang tengah malam, pasangan gaek ini meninggalkan pesta kecil itu dan masuk ke kamar. Dan, coba lihat: si kakek keluar mengenakan kostum Buta Cakil, sementara si nenek berubah jadi Arjuna. Ramailah yang hadir bertepuk sorak. Dari tape yang disetel, mengalunlah gending Jawa, diikuti lenggak-lenggok pasangan nostalgia yang makin tenggelam dalam emosi masa lampau. Begitu khusyuknya, sampai tiba-tiba si Buta Cakil berteriak: ujung keris Arjuna, yang terbuat dari kayu, menohok tepat ulu hatinya. Sampai di sini, menurut cerita, si Cakil mesti mati. Tapi karena ulu hati begitu nyeri, si kakek segera mengangkat kainnya - dan melayangkan tendangan ke perut Nenek Arjuna yang tentu saja tidak siap. Mbah Karsiyem terpental ke belakang, meringis kesakitan, dan, karena takut, lari ke luar rumah sambil berteriak minta tolong. Ini baru seru. Penonton menghambur ke luar. Untunglah, ketika akan mengayunkan bogem mentahnya, si Buta keburu dicegah anak-cucu. Konon di tahun 60-an, ketika keduanya masih aktif di panggung, Kakek Mursadi pernah dua kali kena tusukan keris Karsiyem di bagian tubuh yang sama. "Waktu itu, belum sempat membalas saya sudah jatuh cinta sama dia," katanya. Jadi, sekarang membalas? "Sekarang, mungkin karena saya sudah tua, Sanmursadi tidak cinta lagi. Dendamnya lalu kambuh," sahut si nenek dengan sewot. "Yah, mudah-mudahan saja di antara anak-cucu saya (empat anak, 14 cucu) ada yang punya bakat jadi pemain wayang orang," kata si kakek sambil tertawa. Ia dan istrinya sudah berbaikan lagi, setelah berdiaman tiga hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus