TAK seorang pun menduga sukses awal Jenkins terpompa dadah -- drugs. John Anderson dikenal sebagai penentang pemakaian dadah. Para atlet yang dilatihnya membenarkan itu. Seorang di antaranya bilang, "ia mencuci otak kami dengan nilai tertentu yang ia miliki -- tak menjual apa pun yang diberikan pada kami, dan tidak akan -- bagaimanapun -- melibatkan untuk memakai dadah untuk memperbaiki penampilan." Namun, David berpisah dengan Anderson. Sesudah ia memulai pencarian -- yang tanpa henti dan tanpa hasil -- berbagai kemungkinan teknik yang akan meningkatkan penampilan atletiknya. Bersamaan dengan itu, ia juga mencoba bangkit, dan kabur dari bayang-bayang orangtuanya. Kedua langkahnya gagal. David sempat berkonsultasi pada sejumlah penasihat. Lalu menempatkan dirinya di bawah sayap berbagai pelatih. Ia habis-habisan membaca buku-buku yang mengupas soal fisiologi dan biokimia untuk atletik. Dalam studi ini, ia memperoleh pendidikan lebih. Universitas mengajarkan teknis kimiawi. Namun, ia dikenal, kata orang, berintelektual dangkal dan berkekuatan konsentrasi capung. David termasuk jenis orang yang selalu "berlebihan". Ia bicara macam mesin yang sedang berpacu. Lidahnya cepat memintas kalimat, hampir tak menyentuh kata. Sewaktu berbicara, tangannya beraksi, memukul-mukul pahanya, mengusap pemmukaan, mengerdip pada 'notes' sungguhan atau khayal pada pakaiannya, menjumput sesuatu, memelintirnya hingga terbuka dan membelahnya. Cliff Temple, koresponden atletik The Sunday Times, ingat pada suatu hari di Olimpiade Munich. Yakni sewaktu David Jenkins memasuki kamamya buat ngobrol, "dan, selang 10 menit kemudian, ia telah memporakporandakan kamar." Konon, David bicara terus-menerus, tangannya usil -- misalnya mengambil lampu, melepaskan dari dudukannya selagi ia bicara, tanpa berusaha mengembalikannya ke tempat semula -- lupa -- membiarkan itu di bawah, membantingnya, lalu mengambil sesuatu yang lain dan menjadikannya kepingan jemarinya rajin menggaruk, menyiksa kulit kursi. Para atlet ffm Inggris menyebutnya "penggugup". Julukan lainnya, "laktat", datang dari tempat wartawan. Jenkins suka ke sana seusai bertanding, menjelaskan bagaimana jalannya pertandingan. Ia bicara soal-soal teknis, fisiologis, sambil tak pernah lupa menyertakan kalimat " . . . dan pada seratus meter akhir, sewaktu aku mulai letih lantaran asam laktat menyerangku ...." Para wartawan hanya tertawa di belakang David. Pelari yang tukang bual itu -- menang atau kalah, tak penting -- selalu tak pernah lupa menyebut "asam laktat"-nya. Kemudian jadilah itu julukan David. "Haram jadah itu tak akan pernah tahu apa yang aku katakan setiap aku mengejanya buat mereka," komentar David. Dengan sekian bacaan dan teori, petunjuk, dan instruksi, pertengahan '70-an David berada di puncak kemampuannya. Tapi sekaligus juga di geligir prestasi dunia atletik. Puncak sudah di depan kakinya, tapi ia bagaikan tak cukup niat, kemauan, ketekunan, dan oksigen untuk bisa ke sana. Ia kekurangan sesuatu, tapi tak menyadari apa itu. Ia hanya melihat satu pilihan: frustrasi. Mencatatkan diri untuk dilatih David Hemery adalah keputusan David yang janggal. Hemery memang baik. Keramahannya mengalir tanpa henti dari kedalaman sifatnya. Ia juara dunia 24 karat, asli, dan tanpa salah. Namun, ia tak pernah melatih siapa pun. Ia memang begitu baik, tapi ia tak dapat memberi Anda petunjuk jernih ke arah rumah miliknya sendiri. Ia akan mengirim Anda ke kanan ketika Anda berada di kiri. Ia membuat orang sesat. Kepada orang semacam inilah David Jenkins datang. Di bawah Hemery, latihan rutin dan pendekatan pun berubah. David digodok untuk percaya bahwa kekuatan dan staminanya pendek. Hemery menyuruhnya berlari lebih jauh dalam latihan, sambil membawa beban, untuk membangun tubuhnya. Namun, otot yang lebih besar tidak membuat putra Jenkins ini berlari lebih laju. Itu malah hanya menambah beban yang harus dibawa. Untuk menyangga berat badan yang lebih, ia memerlukan lebih banyak pendorong. Lalu David berpaling pada steroid. Tapi apa lacur yang ditolehnya itu pun membuatnya merasa tambah berat. Seorang atlet sahabat David saat itu bilang, "Saya kira ia mulai berpikir menggunakan steroid sebagai penunjang sukses, sesaat setelah ia kalah. Ia berpisah dengan John Anderson, kurasa, semata agar bebas mamakai dadah. Itu salah satu sisi sifatnya -- sisi yang saya anggap paling rumit -- bagaimana agar ia tampak sukses. Tak peduli jalan menuju sukses itu tak tepat." David mempelajari juga cara berlatih pelari lain waktu itu: Alberto Juantorena dan Pietro Mennea. Ia mendekat pada Allan Wells. Ia meluangkan banyak waktu untuk mendiskusikan menu, vitamin tambahan, dan fisiologi jaringan otot ketua timnya dengan Bill Hartley dan Donna. Donna kemudian menjadi istri Bill, dan kini binaragawati yang memamerkan ototnya di kompetisi. "Aku tak tahu kapan ia mulai memakai steroid," kata David Hemery," "Aku belajar banyak dari Allan Wells," kata David, "terutama ia mengajarku untuk mengerti bahwa banyak orang melakukan itu untuk menjadi pahlawan. Bergantung pada Andalah untuk memutuskan apakah Anda akan tampak seperff Mickey Mouse atau seorang pahlawan." Entah siapa orang pertama yang mengenalkan David pada steroid dan kapan ia mulai menggunakannya, atas pengakuannya sendiri sekarang jelas: kemenangannya di Kejuaraan Amerika Serikat tahun 1975 -- 400 meter tercepat sepanjang hidupnya dan rekor baru Inggris -- ternyata dibantu steroid. Selesai bertanding, ia berkata, "Aku sekarang tahu akulah yang terbaik di dunia." Tapi dia sendiri tak sungguh-sungguh mempercayai itu. Tak akan pernah. Jika ada yang bertanya mengapa ia tak pernah meraih medali emas olimpiade atau memecahkan rekor dunia, ia akan menjawab, "Oh, aku tak pernah memimpikan diriku semacam itu. Aku memandang diriku sebagai juara Eropa dan sebagai juara Amerika. Soalnya, aku tak pernah membayangkan jadi juara dunia atau olimpiade. Kalau kau ingin sesuatu, kau harus mampu dulu membayangkan dirimu begitu." Kenapa tidak bisa membayangkan diri sebagai juara olimpiade dan pemegang rekor dunia? "Ya, pokoknya, aku tak pernah membayangkan." David Jenkins tak pernah mengulang keberhasilan di kejuaraan AS. Pretasinya di Eugene, Oregon, akan menghasilkan medali perunggu jika ia mengulangnya di Olimpiade Montreal 1976. Ternyata, ia berlari sedetik lebih lambat, dan terpaksa puas dengan urutan ke-7, jauh di belakang Juantorena. Di sisa waktu 70-an, karier lari David tambah anjlok. Kemudian ia kabur. Sempat bekerja di Gateshead, bergabung dengan Brendan Foster, yang sendirian dan menyedihkan. Lalu menetap di Midland, bekerja pada perusahaan pakaian atletik, pada pengembangan pusat kesehatan di hotel-hotel. Tahun itu, ia mulai berceloteh tentang bisnis, menjadi seorang perancang dan pemimpi. David Hemery yakin sebenarnya Jenkins yang satu ini dapat menjadi seorang pengusaha sukses. Meskipun orang lain tak percaya. Soalnya, David terlalu gampang berpaling pada sesuatu yang baru. Ia pernah berspekulasi di bidang vitamin dan menu tambahan olahraga. Bersamaan dengan itu mulai berbincang soal menulis buku yang akan menjadi kata terakhir steroid di olahraga. Sementara itu, ia menikah dan bercerai. Toh semua itu tak menyebabkannya masuk ke Thirlestain Road, tempat ayahnya menegakkan konsep: "kamu harus mempertanyakan kemampuan manajemen siapa pun yang mengingkari janji yang dibuatnya saat kawin". Pada akhir '70-an, ketika karier tampaknya akan berakhir -- dicoret dari daftar tim Inggris David Jenkins bekerja sama lagi dengan John Anderson, dan menikmati kebangkitan singkat: terpilih ke Olimpiade Moskow. "Sewaktu ia kembali ke pangkuanku," kata Anderson, "ia telah terlalu gemuk. Aku cuma bilang padanya, 'he, ente mungkin pelari paling perkasa di dunia, David, tapi sekaligus juga yang paling lamban'." Namun, Anderson mengaku tak pernah menduga David memakai steroid. " la dapat memakai steroid sampai dadah itu keluar dari kupingnya. Namun, dadah itu tak akan menjadikannya apa-apa kecuali besar dan gemuk. Semua prestasinya adalah berkat latihan-latihan yang aku berikan." Anderson menerapkan jadwal berlatih yang ia tekuni 8 tahun sebelumnya. Ia paksa David berlari jarak pendek, untuk mengembangkan kecepatan. Tapi, di belakang Anderson, diam-diam David berlari 600 meter untuk memperbaiki stamina yang dirasanya tetap timpang. Setelah kegagalan di Moskow, David mencampakkan lari, keluarga, dan Inggris. Ia mencoba menjadi orang baru, memilih cara yang sudah dipraktekkan banyak, hengkang ke California. Ia mencari istri baru, memakai aksen antarbenua yang aneh: separuh anak pantai, separuhnya seorang 'banker'. Di Carlsbad, California, ia berbincang banyak dalam soal bisnis. Sewaktu mengunjungi Pekan Olahraga Persemakmuran di Edinburg, 1986, David Jenkins tampak meyakinkan. Ia datang sebagai veteran atletik, yang memiliki masa depan bisnis, di surga California Selatan. Ia tampak kaya, berkulit merah-kecokelatan, punya istri cantik dengan seorang bayi baru. Ia menyokong Roger Black, harapan baru Inggris pada 400 meter. David Hemery dan teman-teman sempat dibuatnya kagum dengan perbincangan spekulasi bisnisnya. Tapi itu semua, seperti biasa, omong kosong. Yang benar, ia terlibat dengan sekelompok pegulat murahan. Mereka menggiringnya ke dunia kriminal yang kejam: memeras dan menjadi tukang pukul. Untuk samaran, ia punya usaha bernama Olympus Foods. Sebuah usaha mengecerkan vitamin tambahan yang memenuhi halaman-halaman iklan majalah body-building di Amerika. David Hemery dan John Anderson sependapat apa motivasi David Jenkins memasuki perdagangan terlarang steroid. "Ia ingin kaya untuk bisa meyakinkan ayahnya," kata Anderson. "Ia pikir ia akan bisa mendekati ayahnya jika ia memperoleh jutaan dolar." Seorang teman wanita, yang mengunjungi David di tahanan, mengungkapkan bahwa David kelihatan amat sedih. Ia merasa gagal kedua kalinya. "Ia tahu, mestinya ia bisa mendapat medali emas olimpiade dan mengukir rekor dunia. Di tahanan, di sekitar para pengedar dadah, ia pikir akan lain rasanya dipenjara, bila punya tabungan jutaan dolar. Padahal, tidak dan ia lagi-lagi merasa gagal." Jaksa federal, Phil Harpern, menyebut jaringan steroid David Jenkins melibatkan perdagangan bernilai ratusan juta setahun. Ia membayangkan bahwa David Jenkins tentu punya tabungan seabrek di seluruh dunia. Celaka, memang. Halpern amat melebih-lebihkan itu dengan harapan agar kasus ini dianggap perkara yang amat besar. Betapapun banyak yang mungkin didapat David, kini semua telah berlalu. Jenkins mengaku ia "hampir melarat", tagihan pengacara nanti setelah ia keluar akan membuatnya bangkrut. Sebelum ia menyetujui diwawancarai, ia berupaya mendapat uang dari The Sunday Times. Ia minta 8 ribu dolar, lewat produser televisi Derek Wyatt -- orang ini menayangkan David di saluran 4. Sewaktu pasaran wawancara berkurang, David bersedia diwawancarai hanya "dengan harga makan malam yang baik". Ia memilih salah satu restoran termahal di California Selatan, dan tiba bersama Janet, "yang mengurus kepentinganku." Arthur Jenkins heran, mendengar anaknya datang untuk makan malam bersama pacar, dan bahwa anaknya minta uang. "Luar biasa!" ujarnya. "Ini kelakuan ingusan! Dasar tak mau belajar, ya tidak? Jika kamu mengambil uang dari seorang germo, kamu sundal di atas catatanku". Arthur menampik pendapat bahwa David berupaya mendapat banyak uang buat menyenangkannya. "Umurku 60 tahun," katanya. "Aku tak peduli soal begitu. Seperti kebanyakan orang yang disorot masyarakat, David terlalu memperhatikan kedudukannya. Publik kelewat penting baginya: ia memperhatikan bagaimana orang orang di restoran -- mungkin ada teman-temannya dari arena atletik dulu." Sebenarnya, orang-orang di restoran sama sekali tak tahu siapa David Jenkins ini atau apa yang sudah diperbuatnya. Kalaupun pernah mendengar atau mengenal David, mereka pasti sudah lupa wajahnya. David memang orang top dulu, tapi sekarang ia bukan Carl Lewis atau Ben Johnson. Jadi, siapa peduli. Apalagi nanti, 7 tahun lagi saat ia dibebaskan, siapa yang peduli pada budak dadah yang tak pernah merenggut emas di olimpiade? David langsung menggebrak meja. "Itu mauku! Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau!" Barangkali moral semacam itu yang menjerumuskannya bergelimang dadah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini