Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdiri di Sisi Kanan
FAIZAL Reza Iskandar mengejar tenggat pada Selasa malam, 3 Juni lalu. Sendirian di kamar kosnya di Jalan Haji Nawi, Jakarta Selatan, pria 32 tahun ini berusaha merampungkan dua iklan tugas dari kantornya, perusahaan periklanan Narrada Communications. Di tengah pekerjaan, ia memainkan iPhone 5 miliknya. Tiba-tiba, serangkaian kata terlintas di kepalanya. "Saya lalu menulis, 'I Stand on the Right Side'," katanya Rabu pekan lalu.
Ia pengagum Joko Widodo sejak calon presiden itu menjabat Wali Kota Solo, Jawa Tengah. Alumnus Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Stikma Malang ini kerap menemani bosnya, Romanus Sumaryo, menyambangi markas relawan Jokowi di Jalan Cemara, Jakarta Pusat. Romanus adalah anggota tim media sosial Jokowi. "Kata 'right' karena Jokowi-JK berada di sebelah kanan surat suara. Orangnya juga baik," ujarnya.
Ia lalu menggambar dua kotak berwarna merah dan hitam. Bagian dalam kotak merah diberi angka 2. Pemuda asal Banyuwangi, Jawa Timur, ini menggabungkan gambar dan tulisan itu menjadi avatar. Ia mengunggahnya di Path. "Ini spontan. Proses membuatnya cuma lima menit."
Setelah dua menit avatar itu nangkring di Path, rekan sekantor Faizal, Lolita Lavietha, tertarik membaginya di Twitter. Ernest Prakasa, teman Lolita, pun terpincut dan memakainya di akun Twitter komedian ini. Ia mengajak pengikutnya memakai avatar serupa. "Menurut saya, itu avatar menarik," kata Ernest, Kamis pekan lalu.
Relawan Jokowi Advanced Social Media Volunteers, Thomas Harjanto, memperbarui aplikasi avatar itu. Tujuannya adalah memudahkan orang memasang foto diri di situ. "I Stand on the Right Side" pun menggelinding kencang di jagat maya sehari berikutnya, bertepatan dengan pencanangan JokowiDay. Pemakaian avatar ini menunjukkan sikap penggunanya mendukung Jokowi-JK. "Saya tidak menyangka orang menyukainya," ucap Faizal.
Semenit Menghilangkan Bingung
Secara terbuka Prisia Wulansari Nasution mengajak orang memilih Jokowi-JK. Pilihan pemeran Srintil dalam Sang Penari ini ditunjukkan lewat video berdurasi 52 detik berjudul 60 Detik buat Kamu yang Masih Bingung: Prisia. Video itu diunggah Edward Suhadi, 35 tahun, pemimpin perusahaan fotografi Edward Suhadi Productions, di YouTube, empat pekan lalu.
Edward mengatakan rekaman ini merupakan satu dari 50 video karyanya tentang Jokowi. Ada lagi video lain yang diperankan selebritas, seperti Butet Kartaredjasa, Olga Lydia, Ringgo Agus Rahman, Pandji Pragiwaksono, Slamet Rahardjo Djarot, Nia Dinata, dan Dewi Lestari, juga Goenawan Mohamad. Semua berjudul 60 Detik buat Kamu yang Masih Bingung. "Mereka berbicara atas kemauan sendiri," ujar Edward di kantornya di Slipi, Jakarta Barat, Selasa pekan lalu.
Ide membuat video pendek berawal dari percakapan Edward dengan rekan-rekannya di grup WhatsApp. Di grup ini ada Edward, Pandji, dan konsultan sumber daya manusia Rene Suhardono. Mulanya mereka mendiskusikan sikap Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan yang pro-Jokowi. Anies menjadi topik bahasan karena ia pendiri gerakan Turun Tangan, tempat Edward dan teman-temannya berkecimpung.
Edward berkenalan dengan Anies dalam diskusi di Jakarta pada 2010. Alumnus Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti inilah yang membuat video sosialisasi ketika Anies menjadi peserta konvensi Partai Demokrat. "Kami setuju dengan sikap Anies. Lalu saya usulkan harus ada media untuk mempengaruhi masyarakat," ucapnya. Sarana yang disepakati berupa video di YouTube.
Video perdana yang dibuat Mei lalu diperankan Rene, Pandji, dan Edward. Lalu menyusul nama-nama selebritas lain. Rekaman dikerjakan di kantor Rene di Jalan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan, dan di markas Turun Tangan, Jalan Ciasem, Jakarta Selatan. Bermodalkan kamera Canon 5D, Edward merekam setiap selebritas selama satu menit. Mereka bebas berbicara apa saja tentang sisi positif Jokowi.
Kisah Blusukan Tintin dan Jokowi
Suatu sore pada Mei lalu, Yoga Adhitrisna ditelepon teman kuliahnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Ikravani Hilman. Ikra, yang bergabung di kelompok relawan Joko Widodo, Jokowi Mania, meminta Yoga mencarikan pekerja kreatif yang pandai mendesain iklan sosialisasi. Syaratnya, orang itu bekerja sukarela. "Saya langsung jawab, 'Ada, gue'," kata pria 42 tahun itu Selasa pekan lalu.
Yoga adalah direktur utama perusahaan biro iklan Berakar Komunikasi di Blok S, Jakarta Selatan. Ia mendirikan perusahaan itu pada 2010 bersama Hari Prasetiyo (direktur kreatif), lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta 1993; Satrio Wibowo (perencana strategi), alumnus FISIP UI 1989; dan Eko Harso Sulanto (manajer keuangan), lulusan FISIP UI 1991. Sebelumnya, mereka karyawan agensi iklan multinasional di Jakarta.
Yoga bertemu dengan teman kuliahnya, membincangkan materi sosialisasi, di markas Jokowi Mania di Patal Senayan, Jakarta. "Materinya disepakati harus ringan, populer, keren, dan orang bangga memakainya," ujar Ikra.
Yoga mendiskusikan tawaran itu dengan Hari, Satrio, dan Eko. Mereka setuju asalkan kreativitasnya tak dibatasi. Mereka lalu memetakan sisi positif Jokowi: jujur, merakyat, bersih, pekerja, dan suka blusukan. Inilah yang diaplikasikan dalam materi sosialisasi.
Hari yang mengerjakan proyek itu. Ia mendesain komik Jokowi berkemeja putih dengan lengan digulung, disusul dua komik kisah Jokowi menyeberang jalan dan Jokowi blusukan ke Yogyakarta. Jokowi digambarkan seperti tokoh komik Tintin, wartawan Belgia yang gemar bertualang dalam serial Petualangan Tintin karya Georges Remi alias Herge. "Dua-duanya suka blusukan," ucap Hari.
Alasan lain, Hari paham karakter Tintin karena terbiasa menggambarnya sejak di sekolah. Pria asal Tulungagung, Jawa Timur, ini memilih kisah blusukan pertama Jokowi di Yogyakarta karena merasa dekat dengan kota gudeg itu. Komik ini dibuat sehari sebelum kunjungan Jokowi ke Yogyakarta, awal Juni lalu. "Kami mengunggahnya di media sosial."
Ikra, yang tertarik pada karya Hari, memintanya membuat delapan edisi cerita blusukan Jokowi, sesuai dengan jadwal kampanye Jokowi-JK. Satu edisi dibuat dalam sehari.
Koalisi Pekerja Optimistis
Video berdurasi tiga menit itu memprediksi kondisi tiga tahun setelah Jokowi-JK menang pemilu. Warga menikmati kartu Indonesia pintar, bahan pokok terpenuhi, dan Presiden meresmikan lima bandar udara. Video bertajuk Siapa Pahlawan Indonesia Sebenarnya itu dibuat Shendy Abdi, 31 tahun, pemilik studio Simulakrum Media Works.
Abdi adalah anggota relawan pro-Jokowi, Gerakan Optimis. Ia membuat video itu selama dua pekan, melibatkan dua tim. "Itu harapan masyarakat ketika Jokowi terpilih sebagai presiden," kata alumnus Jurusan Visual Institut Teknologi Bandung ini Kamis pekan lalu. Satu lagi video karyanya berjudul Indonesia Kita.
Gerakan Optimis dibentuk April lalu. Penggagasnya Marina Silvia Kusumawardhani, 30 tahun, karyawan perusahaan swasta di Wina, Austria, bersama seorang teman kuliahnya di Jurusan Teknik Industri ITB. Identitas temannya dirahasiakan karena berstatus pegawai negeri.
Marina mengajak pekerja kreatif bergabung, seperti Abdi, Syafiq Pontoh (pemerhati media sosial), Arief Widiasa (pembuat game), Josephine Tanuwijaya dan Beni Rahardian (komikus), Arie Kurniawan (desainer grafis), Bulit Sasarisa (pengusaha), Alfy Zackhyle (animator), Fareza Wahyudi (pelatih), serta Arya Jodipati (merchandiser). "Kami berkreasi sesuai dengan bidang masing-masing," ujar lulusan program pascasarjana Technical University of Vienna ini.
Ia mengatakan Arief memproduksi game animasi JokowiGo. Josephine dan Beni menghasilkan komik Jokomik. Alfy membuat video robot Dedication of Life. Arya menciptakan aneka cendera mata bergambar Jokowi-JK. Sedangkan Bulit memodifikasi sepuluh mobilnya menjadi Mobil Jokowi Blusukan, yang berkeliling ke sejumlah daerah. "Biaya produksinya ditanggung masing-masing dan dari donatur," ucap Marina.
Rusman Paraqbueq
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo