Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berpijar dari Ladang Jagung

Gigih menjajakan jagung dan menantang kerakusan babi hutan. Hasil petani bisa didongkrak hingga mengimbangi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

24 November 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ransel yang ditenteng Bambang Muhammad Yasin itu tak hanya berisi dokumen. Ada satu yang tak pernah lupa ia bawa di tas itu di masa awal menjabat Bupati Dompu pada 2010. "Saya membawa contoh jagung Dompu," ujarnya kepada Tempo, yang menemuinya di tengah kebun jagung di Desa Mumbu, Kecamatan Woja, Dompu, awal November lalu.

Dengan ransel berisi jagung itu, ia menemui sejumlah perusahaan, juga datang ke Dewan Jagung dan Asosiasi Perusahaan Pakan Ternak. "Saya undang mereka datang dan membeli jagung yang ditanam rakyat Dompu," katanya.

Menurut Bambang, pengembangan komoditas ini tak ubahnya proyek pemadam kebakaran. "Saya berpikir bagaimana caranya mengatasi rasa lapar masyarakat." Ia lalu mendata sejumlah komoditas yang dengan modal kecil tapi bisa menghasilkan dalam waktu yang singkat. "Akhirnya saya pilih jagung."

Bambang kemudian membentuk lembaga koordinasi yang ia sebut Satuan Pelaksana Tugas Pijar. Pijar adalah akronim dari "sapi, jagung, dan rumput laut", yang selama ini menjadi program unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Satuan ini memfasilitasi petani dan warga dengan bank untuk akses modal, juga dengan pemerintah buat keperluan bibit dan pupuk.

Awalnya ajakan Bambang menanam jagung ditanggapi sinis. Sebab, selama ini tanaman padi rakyat saja banyak yang habis dimakan babi hutan, apalagi jagung. Menjawab keraguan itu, ia menantang warga Dompu menanam jagung di atas lahan 20-30 ribu hektare. "Kita lihat seberapa kuat babinya makan jagung," ujarnya. Dan, terbukti, kini lahan jagung kian luas. "Tentu saja ada satu-dua yang dimakan babi."

Sebagai langkah awal, dinas pertanian memberikan bantuan bibit jagung untuk 6.500 hektare. Namun, di luar dugaan, masyarakat sudah menyiapkan lahan seluas 12.500 hektare. "Akhirnya saya pontang-panting datang ke bank minta kredit," katanya.

Masalahnya, tak semua proposal masyarakat diloloskan bank. Dengan segala macam cara, pemerintah mendapatkan bantuan modal dan bibit dari beberapa perusahaan swasta di Jakarta. Akhirnya 12.500 hektare lahan bisa ditanami jagung. Namun persoalan belum selesai. Setelah urusan bibit, datang masalah pupuk. Jatah pupuk yang semula hanya untuk padi kini banyak terserap buat jagung. "Kacau. Saya sampai didemo waktu itu," ujar Bambang.

Panen pertama pada 2011, harga jagung langsung melonjak Rp 2.800 per kilogram. Saat pasokan berkurang, Dompu justru sedang panen melimpah. Sayangnya, dengan harga yang bagus itu, pembeli tak ada. Belum lagi imbas aksi para spekulan yang bisa berujung pada kerugian petani. Bambang tak punya banyak pilihan. Ia memutuskan menggunakan dana perusahaan daerah. "Kami putuskan membeli jagung dengan harga Rp 2.000."

Tahu bahwa pemerintah membeli jagung petani, luas lahan langsung bertambah menjadi 27 ribu hektare. Akibatnya, pasokan yang bertambah membuat harga anjlok menjadi Rp 1.800 per kilogram. Pada 2012, luas tanaman jagung turun menjadi 17 ribu hektare. "Tapi harga bagus kembali," katanya.

Keseriusan pemerintah menggarap bisnis jagung itu mendorong PT Seger Agro Nusantara membangun instalasi pengeringan jagung pada 2012. Proyek senilai Rp 80 miliar ini berdiri di pinggir jalan lintas Sumbawa di Desa Tekasire, Manggelewa. Instalasi ini mampu mengeringkan 1.600 ton jagung per hari. Sejumlah gudang besar penyimpanan jagung mulai dibangun.

Pada 2013, luas panen jagung bertambah 35 ribu hektare, dengan harga Rp 2.200-3.200 per kilogram. Kesuksesan itu kemudian berlanjut pada tahun ini, dengan luas lahan jagung mencapai lebih dari 43 ribu hektare.

Perbankan juga ikut terlibat dengan penandatanganan nota kesepahaman antara bupati dan BRI untuk pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat serta Kredit Ketahanan Pangan dan Energi. Sistem perdagangan komoditas ini juga mulai berkembang, dan Bambang memilih melepasnya ke mekanisme pasar. "Yang terjadi adalah hubungan langsung antara petani dan pembeli."

Rezeki dari ladang belum habis mengalir. Sejumlah perusahaan pakan ternak kini bahkan berani memberi kuota khusus untuk membeli jagung-jagung dari Dompu. "Pembeli yang datang ke sini pasti pulang bawa jagung," ucap Bambang memberi jaminan.

Meningkatnya perdagangan jagung menghidupkan kembali Pelabuhan Kempo, yang selama ini seperti mati suri. Terletak di dalam Teluk Saleh, pelabuhan ini bahkan mulai dianggap tidak lagi memadai. Selain kapasitasnya kelewat kecil, kolam untuk sandar kapal terlalu dangkal. "Kami sedang menyiapkan pelabuhan yang lebih besar di Kecamatan Kilo, yang langsung menghadap laut Flores," ujar Bambang.

Dalam hitungan Risman, Direktur Yayasan Padi Kapas, lembaga pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Dompu, jumlah uang jagung yang beredar di masyarakat sudah hampir mengimbangi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Dompu 2014. Bila rata-rata 1 hektare menghasilkan 7 ton dan harga berkisar Rp 2.500 per kilogram, kata dia, tinggal dikalikan luas lahan 40 ribu hektare yang ditanami jagung. "Jumlahnya bisa mencapai Rp 700 miliar."

Angka itu setara dengan APBD Kabupaten Dompu 2014. "Itu riil uang yang beredar di masyarakat," ucap Risman. Putaran duit itu juga tampak dari catatan tabungan masyarakat di perbankan. Dari semula hanya Rp 60 miliar pada 2009, sekarang melonjak menjadi Rp 300 miliar pada 2014.

Pertumbuhan ekonomi Dompu juga ikut membaik dengan kisaran 6 persen. Bahkan pada 2012, gara-gara uang jagung, pertumbuhan ekonomi pernah mencapai 7,98 persen. Lima tahun lalu, Dompu selalu di nomor buncit di antara 10 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Barat. Kini pendapatan per kapita Dompu mencapai Rp 13,2 juta—menjadi yang tertinggi di NTB, yang rata-rata Rp 9,7 juta.

Permintaan penyediaan bahan bangunan; barang konsumtif, semacam produk elektronik; dan otomotif turut terkerek signifikan dalam beberapa tahun belakangan. Ketika musim panen jagung tiba, pembelian sepeda motor melonjak sampai 400 unit per bulan, dari biasanya 150 unit. Perilaku dan orientasi petani pun mulai bergeser, dari sekadar bertahan hidup berubah menjadi bertani sebagai bisnis.

Indikator lain menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Data rumah sakit umum daerah menyebutkan, dari 10 ribu pasien yang datang untuk menjalani rawat inap, sebanyak 2.000 orang menolak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial-Jamkesmas dan Jamkesda. Itu artinya mereka tidak lagi ditanggung pemerintah dan harus membayar penuh Rp 125 ribu per hari, belum termasuk biaya obat. "Dalam catatan rumah sakit, mereka banyak yang berasal dari Manggelewa," kata Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dompu Ahmad Faisal menunjuk pada wilayah sentra jagung.

Bambang Muhammad Yasin punya target: tahun depan, jagung bisa dua kali panen. Itu artinya uang yang beredar akan dua kali lipat jauh melampaui APBD Dompu. Menurut dia, pasar jagung menyimpan potensi yang besar karena Indonesia saat ini masih mengimpor 3 juta ton per tahun. "Tahun depan, kami tidak ingin melihat lahan-lahan kering yang kosong," ujarnya.

Andriyanto Leksono Widodo, Komisaris PT Seger Agro Nusantara, pemilik instalasi pengeringan jagung, juga punya target sendiri. Sebagai standby buyer jagung petani Dompu, ia berharap pemerintah bisa mempercepat pembangunan pelabuhan di Kecamatan Kilo. Demikian pula pembangunan Bendungan Raba Baka Kompleks di Manggelewa, yang tahun lalu sudah groundbreaking. "Kalau itu selesai, Dompu bisa panen jagung dua kali setahun."


Potensi Daerah
Luas wilayah: 2.324,55 km2
Jumlah penduduk: 268.937 jiwa
8 kecamatan
9 kelurahan
72 desa

Potensi

1. Pengembangan tebu:
- Budi daya tebu inti plasma target ± 6.500 ha
- Pabrik gula 5.000 ton per hari 25.000 pekerja per hari

2. Pertambangan
- Emas PT Sumbawa Timur Mining (tahap eksplorasi)
- Pasir besi PT Timur Raya Mas (menunggu izin pemerintah pusat)

3. Perbankan
Kredit Usaha Rakyat plus Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Rp 165,9 miliar


Bambang Muhammad Yasin, Bupati Dompu:
Daerah Lain Ikut Tak Jadi Masalah

Mengandalkan program penanaman massal, karier politik Bambang Muhammad Yasin sempat diprediksi hanya seumur jagung. Tapi ramalan itu meleset. Berkali-kali masa tanam dan panen berlalu, Bambang justru makin berkibar seiring dengan meluasnya lahan jagung petani. Awal November lalu, di tengah pematang di ladang yang siap panen di Desa Mumbu, Kecamata Woja, Bambang bercerita kepada Tempo tentang visi dan politik jagung yang dipilihnya.

Mengapa memilih jagung?

Ini untuk mengatasi rasa lapar masyarakat. Saya mengejar jumlah yang banyak dan ada harga. Paling tidak masalah kemiskinan bisa teratasi dulu. Dibanding padi dan kedelai, jagung memberi hasil yang lebih cepat. Kami mengajak masyarakat memanfaatkan lahan-lahan yang selama ini dibiarkan kosong untuk ditanami.

Bagaimana potensinya di masa depan?

Sampai hari ini, Indonesia masih impor jagung 3 juta ton. Target saya, Dompu bisa memproduksi 1 juta ton jagung dari jumlah sekarang 300-400 ribu ton.

Seperti apa gambaran produksi jagung nasional?

Sekarang konsumsi jagung nasional 15 juta ton per tahun, dengan pertumbuhan kebutuhan 10-20 persen. Jadi, dalam lima tahun ke depan, angka kebutuhan jagung nasional mencapai 20 juta ton. Kalau daerah lain ramai-ramai menanam jagung pun tidak jadi masalah.

Apa upaya Anda menjaga produktivitas tetap terjaga?

Dalam jangka panjang, kami berusaha meyakinkan investor terkait dengan masalah kontinuitas, kuantitas, dan kualitas. Kami akan terus berusaha agar volume jagung terus membesar. Kualitas jagung juga bisa diterima dengan standar industri.
Saya yakin, dengan semakin stabilnya harga jagung di pasar, masyarakat akan terus melakukan budi daya jagung, baik di lahan irigasi maupun yang tidak teririgasi. Pada musim kemarau ini, kami sudah panen jagung di lebih 30 hektare.
Tantangan kami adalah bagaimana jagung bisa ditanam sepanjang tahun, tidak lagi bergantung pada air hujan. Kami berharap, pada 2015, pemerintah pusat lewat Dana Alokasi Khusus bisa memberikan bantuan sumur bor untuk setiap 100 hektare.

Infrastruktur masih jadi masalah?

Sejak kami galakkan penanaman jagung, kami punya bahasa yang bisa diterima pemerintah provinsi dan pusat. Misalnya, untuk mengangkut komoditas jagung ke pelabuhan, perlu jalan yang besar dan memadai agar truk besar bisa masuk sampai ke dalam. Kami juga membangun jalan-jalan ekonomi dan jalan pertanian di antara ladang-ladang jagung.

Penanaman jagung oleh masyarakat banyak yang merambah hutan?

Memang ada kesan pemerintah membiarkan masyarakat melakukan perambahan hutan. Sebagai antisipasi, kami sudah menanam kembali 500 ribu pohon. Tahun ini kami sudah menyiapkan 800 ribu bibit pohon, yang dibiayai Kementerian Kehutanan.

Setelah menanam jagung hibrida, apalagi yang hendak Anda lakukan?

Suatu saat nanti, ketika orang Dompu sudah punya tabungan, mungkin kami tidak lagi menanam jagung hibrida, bisa beralih ke jagung sayur yang punya nilai ekonomi tinggi. Paling tidak, kalau coba-coba itu gagal, masyarakat teriaknya tidak terlalu keras, karena sudah punya tabungan.

Anda diundang Tim Transisi pemerintah Presiden Joko Widodo?

Saya diminta melakukan presentasi soal jagung dan dampaknya terhadap ekonomi-sosial masyarakat. Bagaimana kami bisa memperluas penanaman jagung dan menjaga kestabilan harga jagung. Mereka ingin program jagung ini bisa diterapkan di daerah lain.

Anda tidak khawatir bila daerah lain ikut menanam jagung?

Kami tidak perlu khawatir, karena bagaimanapun menjadi pengekspor jagung itu jauh lebih baik daripada impor. Karena itu, saya minta pemerintah pusat tidak menerbitkan rekomendasi impor jagung, terlebih pada saat kami panen jagung.

Bambang Muhammad Yasin
Tempat dan tanggal lahir:Dompu, 28 Agustus 1965

Pendidikan:
S-1 Sarjana Pendidikan IKIP Ujungpandang

Karier:
Bupati Dompu periode 2010-2015

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus